SURAT RASUL
KEPADA RAJA ROMAWI
Oleh:
Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

A. Rasulullah
menyuruh Zaid bin Tsabit belajar bahasa asing.
1. Rasulullah
bersabda kepada Zaid bin Tsabit, "Aku akan berkirim surat kepada
seseorang. Aku khawatir, mereka akan menambah atau menguranginya, maka kamu
harus belajar bahasa asing.”
2. Zaid
bin Tsabit sangat cerdas dan cepat menguasai bahasa asing.
3. Zaid
bin Tsabit mahir bahasa Suryani dalam 17 hari dan mahir berbahasa Ibrani dalam
15 hari.
B. Rasulullah
berkirim surat kepada para raja.
1. Tahun
ke-6 Hijriah, Rasulullah (59 tahun) mengirim surat kepada para raja untuk mengajak
mereka masuk lslam.
1) Raja
Najasyi di Habasyah.
2) Raja
Muqauqis di Mesir.
3) Raja Kisra di Persia.
4) Raja
Qaishar di Romawi.
5) Al-Mundzir
bin Sawa, pemimpin Bahrain.
6) Haudzah
bin Ali Hanafy, pemimpin Yamamah.
7) Al-Haris
bin Abu Syamr, pemimpin Damaskus.
8) Jaifar,
Raja Oman.
C. Stempel
perak Rasulullah
1. Rasulullah
memakai stempel cincin terbuat dari perak.
2. Tulisan
stempel berbahasa Arab.
3. Cincin
dipasang di jari kelingking kanan Rasulullah.
4. Tulisan
dibaca dari kiri ke kanan dan disusun dari bawah ke atas.
5. Stempel
cincin Rasulullah bertulisan, ”Muhammad Rasul Allah”.
6. Tulisan
disusun dalam 3 baris.
7. Baris bawah:
“Muhammad”, baris tengah: “Rasul”, dan baris atas: “Allah“.
D. Surat
Rasulullah.
1. Rasulullah
mengirim surat kepada Raja Heraklius di Romawi.
2. Romawi
sangat amat jauh dari Arab Saudi.
3. Romawi
jaraknya lebih dari 2.000 km di barat laut Madinah, Arab Saudi.
E. Isi surat
Rasulullah.
1. Bismillahir-rahmanir-rahim.
2. Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
3. Dari
Muhammad bin Abdullah.
4. Kepada
Heraklius Pemimpin Romawi.
5. Kesejahteraan
bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk.
6. Masuklah
Islam, niscaya Allah akan melimpahkan pahala kepada Tuan Raja sebanyak 2 kali
lipat.
7. Tapi,
jika Tuan Raja berpaling, maka Tuan Raja akan menanggung dosa rakyat Asiriyin.
8. Rasulullah
mengutip Al-Qquran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 64.
قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ
كَلِمَةٍ سَوَآءٍۭ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ
بِهِۦ شَيْـًٔا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ ۚ
فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُولُوا۟ ٱشْهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Katakan, “Wahai ahli Kitab, mari berpegang kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian. Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah. Tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakan kepada mereka,"Saksikan, kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah,"
Katakan, “Wahai ahli Kitab, mari berpegang kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian. Bahwa tidak kita sembah kecuali Allah. Tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun. Tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakan kepada mereka,"Saksikan, kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah,"
F. Petugas
yang mengirim surat.
1. Petugas
yang mengirim surat Rasulullah adalah Dihyah bin Khalifah.
2. Pada saat
bersamaan kafilah pedagang Quraisy Mekah berada di Syam.
3. Abu
Sufyan, pemimpin kafilah menceritakan kisahnya dipanggil Raja Heraklius.
4. Abu Sufyan dan rombongannya dipanggil oleh Raja
Heraklius di Palestina.
5. Abu Sufyan dipanggil dalam pertemuan pejabat
Romawi.
6. Raja
Heraklius memakai penerjemah bahasa.
7. Raja
Heraklius bertanya, “Siapa di antara kalian, saudara dekat dengan orang yang
mengaku nabi?”
8. Abu
Sufyan menjawab, “Saya, Tuan Raja”.
9. Mendekatlah
kemari,”Perintah Raja Heraklius.
10. Raja
Heraklius bertanya, “Bagaimana garis keturunannya di tengah kalian?”
11. “Dia
orang terpandang di antara kami,” jawab Abu Sufyan.
12. Raja
Heraklius melanjutkan, “Apakah pernah ada orang yang mengaku nabi sebelumnya?”
13. “Tidak ada,” jawab Abu Sufyan.
14. Raja
Heraklius bertanya, “Apakah bapak-bapaknya dahulu, ada yang menjadi raja?”
15. “Tidak
ada.”Jawab Abu Sufyan.
16. “Apakah
para pengikutnya, orang terhormat atau orang lemah?” lanjut Raja.
17. Abu
Sufyan menjawab, “Para pengikutnya, orang miskin dan lemah.”
18. Raja
Heraklius bertanya,”Apakah jumlah pengikutnya, makin hari makin berkurang atau
bertambah?”
19. “Pengikutnya
semakin bertambah,” jawab Abu Sufyan.
20. “Apakah
pengikutnya, ada yang keluar karena benci, setelah masuk agama itu?” tanya
Raja.
21. “Tidak
ada,” jawab Abu Sufyan.
22. “Apakah dia seorang pembohong?” tanya
Raja.
23. Abu
Sufyan menjawab, “Tidak”.
24. Raja
bertanya, “Apakah dia pernah berkhianat?”
25. “Tidak
pernah,” jawab Abu Sufyan.
26. Raja
Heraklius bertanya,”Apakah kalian pernah memeranginya.”
27. “Ya, kami pernah berperang,” jawab Abu Sufyan.
28. Raja
bertanya, “Bagamana cara kalian memeranginya?”
29. Abu
Sufyan menjawab, “Peperangan kami dengan dia bergantian, terkadang dia menang dan
terkadang kami menang.”
30. Raja
melanjutkan,“Apa yang dia perintahkan kepada kalian?”
31. Abu Sufyan menjawab, “Dia berkata, sembahlah
Allah semata.
32. Jangan
menyekutukan sesuatu dengan-Nya.
33. Dia
menyuruh kami salat, sedekah, menjaga keselamatan diri, dan menjalin hubungan
persaudaraan.“
34. Raja
Heraklius berkata, “Jika yang kamu katakan itu benar, maka dia akan menguasai
tempat kakiku berpijak saat ini.
35. Jauh
sebelumnya, aku sudah menduga dia akan muncul.
36. Tetapi,
aku tidak menyangka dia berasal dari
kalian.
37. Seandainya,
aku bebas bertemu dengannya.
38. Aku
memilih bertemu dengannya.
39. Andaikan
aku berada di dekatnya. Aku akan membasuh kedua kakinya.”
G. Raja Herqaklius
membaca surat Rasulullah.
1. Raja
Heraklius minta surat Rasulullah dan membacanya.
2. Setelah
itu, terdengar suara gaduh.
3. Rombongan
Abu Sufyan dibawa keluar dari ruang pertemuan.
4. Abu
Sufyan berkata, “Sejak saat itu, aku yakin Nabi Muhammad akan menang”.
H. Abu Sufyan
masuk lslam.
1. Pada tahun
ke-8 Hijriah sebelum penaklukan Mekah tanpa pertumpahan darah, Abu Sufyan memeluk
agama Islam.
2. Abu Sufyan
masih kerabat Rasulullah.
Daftar
Pustaka
1. Syaikh
Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
2006.
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017



0 comments:
Post a Comment