MUHAMMADIYAH DAKWAH ISLAM
ALTERNATIF GLOBAL
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
Ketua Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Haedar Nashir jelaskan.
Bangsa yang sudah “akil
balig”.
Atau sudah dewasa.
Mampu ciptakan relasi social.
1)
Toleran.
2)
Kondusif.
Dalam perbedaan.
Perbedaan antar:
1)
Agama.
2)
Golongan.
Tak harus dijadikan satu.
Tapi saling:
1)
Toleran.
2)
Menghormati .
Dalam perbedaan.
Haedar tambahkan.
Tak perlu ada upaya penyatuan.
1)
Golongan.
2)
Agama.
3)
Dan lainnya.
Termasuk tak perlu disatukan.
Secara simbolis.
Bahwa bangsa besar.
Punya tradisi.
Biasa dengan perbedaan.
Atasi konflik dengan
baik.
“Di mana bumi dipijak.
Disitu langit dijunjung.
Dalam publik harus dewasa.
Muhammadiyah arah ke sana.”
Ungkap Haedar Nashir.
Jumat (12/5/2023.
Rapat Senat Terbuka
Laporan Tahunan Rektor.
Milad ke-42
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).
Dalam konteks Indonesia.
Haedar dorong bisa bersatu.
Dalam perbedaan.
Bukan hanya urusan simbol.
Dan jargon institusi.
Termasuk semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Jangan tonjolkan keragaman.
Tapi lupa tunggalnya.
Bukan hanya bhineka.
Tapi juga kesatuannya.
Tak cukup kesatuan
bangsa.
Tapi umat juga harus
dimajukan.
Muhammadiyah ingin.
Agar umat dan bangsa.
Maju dan terbaik.
Dalam segi:
1)
Politik.
2)
Ekonomi.
3)
Budaya.
4)
Pendidikan.
5)
Dan lainnya.
Muhammadiyah ingin bangsa
maju.
Tak hanya 1 aspek saja.
Tapi maju seimbang.
Aspek ketuhanan dan
kemanusiaan.
Muhammadiyah antitesis Barat.
Mereka maju.
Tapi sekuler.
Indonesia negara :
1)
Beragama.
2)
Pancasila.
3)
Beradab luhur.
4)
Tak sekuler.
5)
Tak ateis.
6)
Tak agnostik.
Menurut Haedar.
Perlu dakwah global.
1)
Mencerahkan.
2)
Mencerdaskan.
3)
Membangun peradaban.
Dakwah global Muhammadiyah.
Hadirkan Islam.
Sebagai alternatif.
Islam jadi pemicu.
Dan mendorong kemajuan.
(Sumber muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment