MUNAFIK TUDUH AISYAH ISTERI NABI SELINGKUH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kisah Aisyah.
Isteri Nabi Muhammad dituduh selingkuh.
Jika Nabi Muhammad keluar daerah.
Menempuh suatu perjalanan.
Dalam perang atau kegiatan lain.
Nabi mengajak salah satu istrinya.
Mendampingi dalam perjalanan.
Pada
suatu hari.
Nabi siap berangkat perang.
Aisyah giliran mendampingi.
Selama perjalanan.
Aisyah duduk dalam keranda.
Tempat berlindung selama perjalanan.
Dinaikkan di atas seekor unta.
Perang selesai.
Nabi memberi tanda rombongan akan kembali
ke Madinah.
Aisyah
pergi agak jauh dari rombongan. Untuk melepaskan hajat.
Setelah selesai.
Aisyah kembali.
Mendekati unta tunggangannya.
Ternyata, kalungnya hilang.
Aisyah kembali ke tempat buang hajat.
Mencari kalung terlepas.
Aisyah
kembali ke rombongan.
Pasukan sudah meninggalkan lokasi.
Keranda dinaikkan di atas unta.
Pengawal menduga Aisyah sudah di
dalamnya.
Aisyah ketinggalan rombongan.
Tubuh Aisyah sangat ringan.
Para pengawal tak tahu kerandanya
kosong.
Aisyah
bertahan di tempat semula.
Dengan harapan pasukan akan kembali
menjemputnya.
Shafwan bin Muaththal, anggota pasukan
“pembersih”.
Bertugas menyisir pasukan.
Bertanggung jawab membawa benda apa pun yang tertinggal.
Dia
mengenali Aisyah, isteri Nabi.
Di padang pasir sendirian.
Shafwan berkata, “Innalillahi’.
Dia merendahkan untanya.
Aisyah naik di atasnya.
Shafwan menuntun untanya.
Mereka tidak berbicara apa pun.
Shafwan mengejar rombongan.
Rombongan Nabi berteduh di tengah hari terik.
Shafwan dan Aisyah menyusul datang.
Abdullah
bin Ubay, tokoh munafik Madinah. Mendapat kesempatan emas.
Dia menyebarkan isu.
Aisyah, isteri Nabi.
Selingkuh dengan Shafwan.
Kaum muslim gempar.
Nabi Muhammad hadapi masalah pelik.
Sekitar 1 bulan wahyu tak turun.
Nabi tak ambil putusan apa pun.
Siapakah Abdullah bin Ubay?
Dia kepala suku Khazraj.
Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah.
Abdullah bin Ubay akan dinobatkan jadi “Raja Madinah”.
Menjadi orang nomor 1 di Madinah.
Nabi datang di Madinah.
Abdullah bin Ubay kalah pamor.
Dia batal jadi “Raja Madinah”.
Sejak saat itu.
Abdullah bin Ubay jadi tokoh munafik.
Dia tak berani melawan Nabi.
Tapi,
selalu bekerja sama dengan musuh Nabi.
Menjadi musuh dalam selimut.
Dia menjadi tokoh munafik.
Penduduk
asli Madinah .
Yaitu suku:
1)
Aus.
2)
Khazraj.
Saad bin Muadz, kepala suku Aus.
Abdullah bin Ubay, kepala suku Khazraj.
Suku Aus dan suku Khazraj.
Nanti disebut kaum Ansar.
Pendatang dari Mekah.
Disebut kaum Muhajirin.
Di
Madinah juga bermukim kaum Yahudi.
Yaitu:
1)
Bani
Nadhir.
2)
Bani
Qaynuqa.
3)
Bani
Quraizhah.
Sejarah masuknya Yahudi di Madinah.
Kaisar Romawi mengusir kaum Yahudi.
Mereka menuju Madinah.
Menurut Taurat.
Kitab yang mereka percayai.
Akan datang seorang rasul.
Di daerah kebun kurma.
Kaum Yahudi merasa lebih cerdas daripada
penduduk Arab asli.
Mereka menguasai ekonomi.
Kelompok Yahudi terdiri atas 3 suku
utama.
Suku Nadhir, suku Qaynuqa, dan suku
Quraizhah.
Penduduk asli Madinah. Terdiri atas 2 kabilah bersaudara. Yaitu Bani Aus
dan Bani Khazraj.
Bani Khazraj bersahabat suku Qaynuqa.
Bani Aus berteman suku Quraizhah.
Kelompok Yahudi sering mengadu domba
Bani Aus dengan Bani Khazraj.
Kaum Yahudi selalu menyampaikan kepada Bani Aus dan Bani Khazraj.
Rasul
baru akan muncul di Madinah.
Mereka akan mengakui rasul baru.
Menjadi pengikut rasul baru.
Berperang melawan suku Aus dan suku
Khazraj.
Rasul yang ditunggu benar-benar datang. Tapi Yahudi mengingkarinya.
Mereka tidak mengakuinya.
Tidak seperti gembar-gembor dahulu.
Mengapa?
Hanya 1 sebabnya.
Rasul baru bukan bangsa Yahudi.
Tapi bangsa Arab.
Aisyah masuk rumah.
Nabi duduk sendirian.
Aisyah belum tahu kabar yang beredar.
Aisyah dituduh selingkuh.
Aisyah merasa gundah.
Sikap Nabi berubah terhadapnya.
Aisyah hendak bicara, Nabi malah
berpaling.
Aisyah sakit 1 bulan.
Minta izin kepada Nabi.
Untuk pulang ke rumah orang tuanya.
Aisyah tahu berita yang tersiar.
Aisyah
mengurung diri.
Di rumah orang tuanya.
Nabi berkunjung ke rumah mertuanya. Disambut baik oleh keluarga Abu
Bakar.
Aisyah masih bersedih.
Nabi bersabda,
“Wahai Aisyah, berita itu rupanya sampai
padamu.
Jika engkau masih suci, niscaya Allah
akan membersihanmu.
Tapi, jika engkau telah berbuat dosa.
Bertobatlah dengan penuh penyesalan. Niscaya
Allah akan mengampuni dosamu.”
Aisyah menjawab sambil menangis,
“Demi Allah, aku tahu engkau telah mendengar
kabar ini.
Ternyata engkau mempercayainya.
Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci.
Niscaya Allah mengetahui kesucianku.
Tentunya
engkau tak akan mempercayaiku.”
Aiysah melanjutkan,
“Tapi, jika aku mengakuinya.
Sedangkan Allah mengetahui bahwa aku
tetap suci.
Maka engkau akan mempercayai
perkataanku.
Aku hanya dapat mengatakan apa yang disampaikan
Nabi Yusuf.
Bahwa bersabar itu lebih baik.”
Beberapa saat kemudian.
Wahyu turun kepada Nabi.
Aisyah dinyatakan tidak bersalah.
Umar bin Khattab berkata,
“Wahai Nabi, wahyu sudah datang.
Izinkan saya menebas leher Abdullah bin
Ubay.
Dia menyebarkan berita bohong.”
Nabi menjawab,
”Wahai Umar, janganlah kamu membunuh
orang munafik itu.
Nanti akan beredar kabar Muhammad membunuh
sahabatnya.“
Daftar Pustaka
1.Syaikh
Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta.
2006.
0 comments:
Post a Comment