Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Tema Gambar Slide 2

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Tema Gambar Slide 3

Deskripsi gambar slide bisa dituliskan disini dengan beberapa kalimat yang menggambarkan gambar slide yang anda pasang, edit slide ini melalui edit HTML template.

Showing posts with label Desa Muhammadiyah di Papua. Show all posts
Showing posts with label Desa Muhammadiyah di Papua. Show all posts

Monday, October 12, 2020

5757. DESA MUHAMMADIYAH PAPUA

 


DESA MUHAMMADIYAH PAPUA

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 

 

A. Kampung Muhammadiyah di Papua.

 

1.  Warmon, Kampung Muhammadiyah Bersinar di Tanah Papua.

 

2.  PWMU.CO-Kampung Warmon di Distrik Mayamuk Sorong, Papua Barat, saat ini sudah ramai dan tertata.

 

 

3.  Sudah banyak rumah tembok, mempunyai 5 masjid, 2 mushala, dan sekolah.

4.  Juga ada gereja, bahkan punya perpustakaan kecil yang disebut Nabaca Bukuga.

5.  Anak-anak setiap sore pergi mengaji di masjid dan mushala.

 

6.  Punya guru mengaji, masjid dan mushala dipakai salat berjamaah 5 waktu sehari dengan imam orang setempat.

 

 

7.  Ada pengurus kampung yang melayani warga, juga ada Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Warmon.

 

8.  Kepala Kampung yang juga Ketua PRM Warmon Syamsuddin Namugur mengatakan, Warmon Kokoda adalah kampung Muhammadiyah.

 

 

9.  ”Kami 100 persen Muhammadiyah dan ingin mewujudkan cita-cita Kiai Dahlan, Muhammadiyah yang berkemajuan,” kata Syamsuddin.

 

10.     Muhammadiyah, lanjut dia, banyak berkontribusi bagi kampung ini.

 

 

11.     Dahulu kita berkebun dengan cara-cara yang biasa.

 

12.     Kini kita tahu tentang pembibitan, penanaman, perawatan sampai panen.

 

 

13.     ”Kami juga belajar membuatan pupuk kompos, dan alhamdulillah panen kebun kami baik,” ujarnya.

 

14.     Dia menyampaikan, masyarakat Kokoda akan terus memperbaiki diri agar bisa melahirkan generasi yang lebih baik dan taat kepada Allah.

 

 

15.     ”Kami lebih konsen memperhatikan pendidikan anak muslim Papua untuk belajar di jenjang pendidikan tinggi agar mereka menjadi kader-kader Muhammadiyah terdepan dalam menciptakan Papua yang berkemajuan,” tandasnya.

 

16.     Ketua RT 1 Jalil Namugur menambahkan, sejak awal pertemuan Muhammadiyah sudah membuktikan keseriusan membangun  masyarakat suku Kokoda di sini.

 

 

17.     ”Saya masih ingat betul saat genset dari Muhammadiyah jadi bantuan pertama yang tiba,” ujarnya.

 

18.     ”Tidak sampai satu tahun, Muhammadiyah bangun lagi masjid, setelah itu sekolah,” tambahnya.

 

 

19.     Kemudian tahun 2016 membuka bantuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat membangun 55 rumah permanen dan tahun 2017 pembangunan lagi 80 rumah.

 

20.     Sekarang berbeda suasananya 10 tahun lalu.

 

 

21.     Waktu itu kampung ini masih baru, warga suku Kokoda yang menetap di situ, sebelumnya mereka hidup nomaden, berpindah-pindah untuk mencari makanan dan berburu.

 

22.     Saat mereka berpindah kadang menimbulkan konflik karena menduduki tanah masyarakat lain.

 

 

23.     Misalnya, tanah milik transmigran yang sudah diolah menjadi ladang.

 

24.     Pernah mereka menetap di sekitar Lapangan Udara Domine Eduard Osok.

 

 

25.     Kemudian ada perluasan  Lapangan Udara Domine Eduard Osok, permukiman warga ini tergusur. 

 

26.     Kehidupan suku dan problemanya ini menarik perhatian Rustamadji, ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sorong , sekitar tahun 2007.

 

 

27.     ”hal yang ironis bagi suku nomaden yang mulai hidup menetap tapi tak memiliki tanah sendiri,” kata Rustamadji yang terpilih sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2018 oleh Harian Republika.

 

28.     Tahun itu STKIP Muhammadiyah berubah menjadi Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong.

 

 

29.     Warga suku Kokoda yang tergusur pembangunan bandara ini kemudian mendapatkan tanah relokasi seluas dua hectare, berupa tanah rawa yang sekarang mereka tempati.

 

30.     Waktu itu jumlah penduduknya sekitar 350 orang.

 

 

31.     Rustamadji bersama tim dari kampusnya berdakwah mengajari berkebun dan beternak.

 

32.     Rustamadji lantas menggandeng Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah untuk membina suku ini.

 

 

33.     ”Banyak orang yang pesimis waktu itu.

 

34.     Menurut mereka, susah mengajari warga nomaden berkebun.

 

 

35.     Belum lagi sikap mereka yang suka bikin masalah, tapi kalau tidak kita mulai sekarang kapan suku ini bakal maju,” tuturnya.

 

36.     Tahun berikutnya 2008, kami membangun masjid.

 

 

37.     Menurutnya, masjid ini penting untuk pusat dakwah tempat pembinaan agama, mengaji, dan kegiatan sosial lainnya.

 

38.     ”Pemahaman agama warga masih minim. Dosen dan mahasiswa yang beragama Islam dilatih untuk membina mereka. Masjid ini menjadi tempat belajar bagi anak-anak Kokoda,” cerita Rustamdji.

 

 

39.     Setelah masjid berdiri berikutnya membangun sekolah, yaitu TK dan SD.

 

40.     Tetapi muncul masalah.

 

 

41.     Besi-besi untuk fondasi dijarah orang, dijual, dan duitnya untuk membeli rokok.

 

42.     ”Orang masih belum paham betapa pentingnya sekolah sehingga tega mengambil besi,” katanya.

 

 

43.     Pembangunan sekolah terhenti, penggalangan dana diaktifkan lagi, dengan susah payah akhirnya sekolah berdiri.

 

44.     Ternyata muncul masalah juga.

 

 

45.     Anak-anak Kokoda belum mengenal sekolah.

 

46.     Tidak langsung begitu saja mau belajar di dalam kelas.

 

 

47.     Apalagi orangtua, menganggap sekolah tak penting.

 

48.     Mereka harus kerja membantu orangtua mencari makanan.

 

 

49.     ”Mahasiswa STKIP Muhammadiyah yang ditugaskan di sini bebannya berat, harus menjemput murid-murid di rumah mereka, dan harus sabar membujuk agar mau datang ke sekolah,” ujarnya.

 

50.     Lambat laun akhirnya orang tua dan anak-anak terbiasa dengan sekolah.

 

 

51.     Kegiatan belajar di sekolah lantas berjalan.

 

52.     Mengutip Muhammadiyah.or.id, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) juga turun berdakwah di kampung Warmon melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mulai 2016.

 

 

53.     Para mahasiswa membantu mengajar, mengaji, dan membaca.

 

54.     Para mahasiswa ini yang mendirikan perpustakaan Nabaca Bukuga dan mengajari anak-anak muda manajemen.

 

 

55.     Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah yang juga dosen UMY Bachtiar Dwi Kurniawan mengatakan untuk mengajar warga bertani dan beternak harus telaten dan sabar karena suku ini sebelumnya tak pernah mengenal bidang ini.

 

56.     ”MPM pernah memberi 5 ekor sapi untuk dikembangbiakan.

 

 

57.     Ternyata semua sapi jadi kurus, 2 ekor mati, karena sapi hanya dikandangkan tak diberi makan,” tuturnya.

 

58.     Masa itu sudah berlalu, kampung Warmon dan warganya makin maju.

 

 

59.     Mereka juga mendapat kucuran dana desa.

 

60.     Warga juga sudah mengenal kartu identitas seperti KTP dan KK sehingga ada yang bisa bekerja di sektor formal.

 

 

61.     Sertifikat tanah hibah kampung ini diserahkan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir tahun 2019.

 

(Sumber: pwmu.com)