Friday, July 28, 2017

149. FILSAFAT

AL-QURAN DI TENGAH PERKEMBANGAN FILSAFAT
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo

      Beberapa orang bertanya,”Apakah filsafat itu? Bagaimana hubungan antara Al-Quran dengan perkembangan filsafat? Profesor Quraish Shihab menjelaskan posisi Al-Quran di tengah perkembangan filsafat.
      Filsafat (menurut KBBI V) merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat  segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya. Filsafat adalah teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan. Filsafat ialah ilmu yang berintikan logika, estetika,  metafisika, dan epistemologi.
     Logika atau ilmu mantik merupakan pengetahuan tentang kaidah berpikir. Logika ialah jalan pikiran yang masuk akal. Estetika adalah cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya.
      Metafisika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hal-hal yang non-fisik atau tidak kelihatan. Epistemologi adalah cabang ilmu filsafat tentang batas-batas pengetahuan.
       Pemikiran filsafat bersifat mengakar atau “radikal” yang mencoba memberikan jawaban menyeluruh dan “tuntas” dari A sampai Z, mencari yang sedalam-dalamnya sehingga melintasi dimensi fisik dan teknik.
     Objek penelitian filsafat ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Ada secara  umum maupun ada yang khusus atau mutlak, yaitu Tuhan. Objek penelitian filsafat mencakup pembahasan logika, estetika, etika, politik, dan metafisika. Etika ialah ilmu tentang hal yang baik dan buruk tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak.
      Pembahasan tulisan ini pada bagian “ada yang umum”. Yang diperhatikan hanya “pemikir” yaitu pihak yang menentukan sejarah kemanusiaan, yakni “manusia”.
      Dewasa ini sedikit orang yang berbicara bukti wujud Tuhan atau kebenaran wahyu, tidak pula menyangkut pertentangan agama dengan aliran materialisme. Pusat pembicaraan adalah “manusia”, karena manusia memberikan arah dalam sikap dan memberikan penafsiran terhadap semua gejala.
    Materialisme merupakan pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu termasuk kehidupan manusia dalam alam kebendaan semata, dan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra.
      Pada zaman pertengahan, manusia dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah melebihi makhluk lainnya sejalan dengan keyakinan  agama dan menganggap bumi tempat manusia hidup sebagai pusat alam semesta.
     Pandangan ini digoyahkan Galileo yang membuktikan bumi tempat tinggal manusia, bukan pusat alam semesta. Bumi hanya bagian kecil dari planet yang mengitari matahari.
     Pandangan yang didukung penelitian ilmiah bertentangan dengan penafsiran Kitab Suci (Kristen) yang membuka lembaran baru dalam sejarah manusia Barat yang menimbulkan krisis keimanan.
      Muncul “Teori evolusi” Darwin. Faktor negatif teori ini bukan hanya disebabkan teorinya, tetapi lebih banyak dikarenakan kesan yang ditimbulkan dalam pikiran masyarakat dan para ahli pada zamannya.
     Sigmund Freud mengamati sekelompok orang sakit atau “abnormal”, akhirnya berkesimpulan manusia hakikatnya “makhluk bumi”. Segala aktivitas manusia bertumpu dan terdorong “libido”. Menurut Freud agama berpangkal dari “oedipus complex”.  Tuhan hanya “ilusi” belaka.
    Libido adalah nafsu berahi yang bersifat naluri. Ilusi atau khayalan adalah sesuatu yang hanya di angan-angan. Ilusi sesuatu yang tidak dapat dipercaya alias palsu. 
     Kemajuan yang dicapai Eropa di bidang industri dan iptek sejak masa “renaissance”, mengantarkan masyarakat menolak kekuasaan agama secara total. Muncul sikap kagum berlebihan kepada otoritas sains yang terlepas dari nilai spiritual keagamaan.
      Terjadi peristiwa pemboman di Hiroshima dan Nagasaki, Jepang oleh pasukan Sekutu pada Perang Dunia II. Sejak itu agama mulai diingat lagi meskipun dengan suara yang sayup-sayup.
   Bagaimana pandangan Al-Quran tentang manusia? Jawabnya,”Banyak ayat Al-Quran  berbicara tentang manusia”. Manusia makhluk pertama yang disebut dua kali dalam rangkaian Wahyu Pertama.
    Al-Quran surah Al-Alaq, surah ke-96 ayat 1-5. “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Allah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Allah mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya.”
   Manusia sering dipuji Allah dan mempunyai kapasitas paling tinggi dibandingkan makhluk lain. Manusia memiliki kecenderungan dekat kepada Tuhan melalui kesadaran tentang kehadiran Tuhan yang terdapat jauh di bawah alam sadarnya.
     Manusia diberi kebebasan oleh Allah memilih untuk “menentukan nasibnya sendiri”. Al-Quran surah Al-Ahzab, surah ke-33 ayat 72.
      “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung, semuanya enggan memikul amanah mereka khawatir mengkhianatinya, dan amanah itu dipikul manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh.”
      Al-Quran surah Al-Insan, surah ke-76 ayat 2-3.“Sesungguhnya Kami  menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami  menunjukinya jalan yang lurus. Ada yang bersyukur dan ada yang kafir.”
      Manusia diberi kesabaran moral untuk memilih yang baik dari yang buruk, sesuai dengan nurani mereka atas bimbingan wahyu.
      Al-Quran surah As-Syams, surah ke-91 ayat 7-8. “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
     Manusia makhluk dimuliakan Allah dan diberi kesempurnaan dibandingkan makhluk lainnya.  Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 70.
      “Sesungguhnya Kami muliakan anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
       Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Al-Quran surah ke-95 ayat 4. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
   Tetapi, manusia mendapat cercaan Allah, amat aniaya, mengingkari nikmat Allah, dan banyak membantah.
      Al-Quran surah Ibrahim, surah ke-14 ayat 34. “Allah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah).”
     Al-Quran surah Al-Haj, surah ke-22 ayat 67. “Setiap umat Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan. Jangan mereka membantahmu dalam urusan (syariat) dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu berada pada jalan yang lurus.”
      Hal ini menunjukkan potensi manusia bisa mulia dan terpuji, atau meluncur ke tempat yang rendah sehingga tercela.
      Al-Quran menjelaskan manusia diciptakan dari unsur tanah, kemudian Allah  menghembuskan roh ciptaan-Nya.
      Al-Quran surah Shad, surah ke-38 ayat 71-72. “(Ingatlah) ketika Allah berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah”. Apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya Aku tiupkan kepadanya roh ciptaan-Ku. Hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya”.
    Manusia terbuat dari unsur tanah, sehingga bisa dipengaruhi kekuatan alam seperti makhluk lain. Manusia butuh makan, minum, hubungan seks, dan keperluan lainnya.  Manusia dilengkapi dengan “roh” ke arah tujuan non-materi yang tidak berbobot dan tidak bersubstansi, serta tidak dapat diukur di laboratorium sains dan tidak dikenal dalam alam material.
     Dimensi spiritual yang mengantar manusia cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dan sejenisnya. Dimensi yang mengantarkan manusia kepada realitas yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas dan tanpa Akhir.
      Surah ke-53 ayat 40 - 42. “Bahwasanya usaha manusia kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian diberi balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmu kesudahan (segala sesuatu).“
    Allah akan mengembalikan manusia sesudah mati. Al-Quran surah Al-Insyiqaq, surah ke-84 ayat 6. “Wahai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, pasti kamu akan menemui-Nya.”
      Manusia akan berada dalam satu alam yang hidup, bermakna, tidak terbatas, yang dimensinya melebar keluar melampaui dimensi material “tanah”.
     Al-Quran memandang manusia makhluk yang diciptakan untuk mengemban tugas sebagai seorang khalifah di bumi. Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 30.
      “Ingat ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Alah berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
    Allah membekali manusia potensi kekuatan positif untuk mengubah corak kehidupan dunia ke arah lebih baik. Al-Quran surah Ar-Ra’du. Surah ke-13 ayat 11.
      “Bagi manusia ada malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaga atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya. Tidak ada pelindung bagi mereka selain Allah.” 
     Allah menundukkan dan memudahkan alam semesta dikelola dan dimanfaatkan manusia. Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 12-13.
      “Allah menundukkan lautan untukmu agar kapal dapat berlayar dengan seizin-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan semoga kamu bersyukur. Allah menundukkan untukmu yang ada di langit dan yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat)-Nya. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.”
      Al-Quran memberikan petunjuk dan menjelaskan arah yang harus dituju manusia.  Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 38.
      “Allah berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga. Apabila datang petunjuk-Ku kepadamu, barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
     Al-Quran surah Adz-Dzariyat, surah ke-51 ayat 56. “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
     Kesimpulannya, filsafat materialisme dengan aneka ragam panoramanya berbicara tentang manusia. Al-Quran juga berbicara tentang manusia. Keduanya menjelaskan pandangannya dan mengajak manusia menemukan dirinya.
     Filsafat materialisme berusaha menyeret manusia dari “roh” Allah ke dalam “debu” tanah. Sedangkan Al-Quran mengajak manusia meningkat dari “debu” tanah menuju Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.   Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment