MANFAAT WAKTU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang memanfaatkan waktu
menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1. Al-Quran surah Al-Ashri (surah ke-103)
ayat 1-3.
وَالْعَصْرِ . إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling
menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi
kesabaran.
2. Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk
memanfaatkan waktu semaksimal mungkin.
3. Umat manusia dituntun oleh Al-Quran untuk
mengisi seluruh “ashr” (waktu) dengan berbagai amal perbuatan yang memaksimalkan
semua daya yang dimilikinya.
4. Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah ke-51)
ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.
5. Sebagian ulama berpendapat bahwa jin dan
manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah dalam pengertian yang
sempit.
6. Pemahaman dan penerjemahan ini
menimbulkan kerancuan, karena memahami kata “lam” dalam “li ya'budun”, kata
“li” diartikan “agar”.
7. Dalam bahasa Al-Quran, kata “lam” tidak
selalu berarti “agar”, tetapi dapat berarti “kesudahannya” atau “akibatnya”.
8. Al-Quran surah Al-Qashash (surah ke-28)
ayat 8, yang menguraikan dipungutnya Nabi Musa oleh keluarga Firaun.
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ
إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ
Maka dipungutlah dia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi
musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman beserta
tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
9. Jika
kata “lam” dalam Al-Quran surah Al-Qashshas (surah ke-28) ayat 8
diterjemahkan “agar”, maka artinya “Maka dipungutlah dia (Musa) oleh keluarga
Firaun “agar” dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.”
10. Kalimat seperti itu tidak logis, tetapi jika
kata “lam” dipahami sebagai “akibat atau kesudahan”, maka terjemahannya akan
berbunyi, “Maka dipungutlah dia (Musa) oleh keluarga Firaun dan kesudahannya
adalah dia menjadi musuh bagi mereka.”
11. Dalam Al-Quran surah Adz-Dzariyat (surah
ke-51) ayat 56, dapat disimpulkan bahwa Al-Quran menuntut agar kesudahan semua
pekerjaan manusia hendaknya menjadi ibadah kepada Allah, apa pun jenis dan
bentuknya.
12. Al-Quran memerintahkan untuk melakukan
kegiatan apa pun setelah menyelesaikan ibadah ritual.
13. Al-Quran surah Al-Jumuah (surah ke-62)
ayat 10.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan salat (Jumat), maka bertebaranlah kamu di muka
bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.
14. Al-Quran mengecam orang-orang yang
mengisi waktunya.
1) Bermain tanpa tujuan, seperti anak kecil.
2) Melalaikan yang lebih penting, seperti
sebagian remaja.
3) Sekadar bersolek, seperti sebagian wanita.
4) Menumpuk kekayaan dan memperbanyak anak
dengan tujuan kebanggaan, seperti dilakukan sebagian orang tua.
15. Al-Quran surah Al-Jumuah (surah ke-57)
ayat 20.
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ
وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ
غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ
يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ
وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan
dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
16. Pekerjaan atau amal perbuatan dalam
bahasa Al-Quran, sering kali ditampilkan dalam bentuk “indefinitif” (nakirah),
yang dapat dipahami memberikan makna “keumuman”, sehingga “amal perbuatan” yang
dimaksudkan mencakup “segala macam pekerjaan”.
17. Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3)
ayat 195 menyatakan Allah tidak menyia-nyiakan amal perbuatan.
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لَا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ
مِنْكُمْ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ ۖ بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ ۖ فَالَّذِينَ
هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا
وَقُتِلُوا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ
عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antaramu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan
dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai
pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.
18. Al-Quran surah Al-Anam (surah ke-6) ayat
135 memerintahkan bekerja sungguh-sungguh.
قُلْ يَا قَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌ ۖ
فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ ۗ إِنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
Katakanlah,”Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku
pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang
akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang
dzalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.
19. Al-Quran surah Alam-Nasrah (surah ke-94)
ayat 5-6.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
20. Sesungguhnya bersama satu kesulitan yang
sama, terdapat dua kemudahan yang berbeda, karena kata “al-ushr” terulang 2
kali dalam bentuk “definitif” (ma'rufah), yaitu menggunakan “al” atau “alif dan
lam”, sedangkan kata “yusra” terulang 2 kali dalam bentuk “indefinitif”, karena
tidak menggunakan “alif dan lam”.
21. Al-Quran surah Alam-Nasrah (surah ke-94)
ayat 7.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.
22. Kata “faraghta” terambil dari kata
“faragha” ditemukan dalam Al-Quran sebanyak 6 kali dengan berbagai bentuk
derivasinya.
23. Dari segi bahasa, kata “faraghta” artinya “kosong
setelah sebelumnya penuh yang berisi material atau non-material”. Misalnya,
1) Seperti gelas yang penuh dengan air,
kemudian airnya diminum atau tumpah sehingga gelas menjadi kosong.
2) Hati yang gelisah penuh dengan ketakutan
dan kesedihan, kemudian merasa plong.
24. Jika seseorang yang telah memenuhi
waktunya dengan pekerjaan, kemudian dia menyelesaikan pekerjaannya, maka jarak
waktu antara selesai pekerjaan pertama dengan dimulainya pekerjaan selanjutnya
dinamakan “faragh”.
25. Apabila kita berada dalam “keluangan”
(faragh), sedangkan sebelumnya kita telah memenuhi waktu dengan kerja keras,
maka itulah yang dimaksudkan dengan “fanshab”.
26. Kata “fanshab” artinya “berat” atau
“letih”.
27. Kata “fanshab” pada mulanya artinya
“menegakkan sesuatu sampai nyata dan mantap”.
28. Al-Quran surah Al-Ghasiyah (surah ke-88)
ayat 17-19.
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ وَإِلَى
السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan, Dan
langit, bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan (sehingga
menjadi nyata)?
29. Kalimat terakhir pada terjemahan
dijelaskan dalam Al-Quran dengan kata yang berakar sama dengan “fanshab” yaitu
“nushibat” dalam kalimat “Wa ilal jibali kaifa nushibat”.
30. Dari kata “nushibat” dibentuk kata
“nashib” (nasib) yang artinya “bagian tertentu yang diperoleh dari kehidupan
yang telah ditegakkan sehingga menjadi nyata, jelas, dan sulit dielakkan”.
31. Ayat Al-Quran ini tidak memberikan peluang
kepada manusia untuk menganggur selama masih ada “waktu”, karena setelah
selesai satu kesibukan, dituntut melakukan kesibukan yang lain untuk
menghasilkan karya nyata.
32. Nabi Muhammad menganjurkan umat Islam
meneladani sifat-sifat Allah sesuai dengan kemampuannya sebagai makhluk Allah.
33. Salah satu contoh sikap Allah adalah
selalu dalam kesibukan.
34. Al-Quran surah Ar-Rahman (surah ke-55)
ayat 29.
يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ
فِي شَأْنٍ
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap
waktu Allah dalam kesibukan.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment