MEMAHAMI TAKDIR ALLAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan masalah takdir Allah? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “takdir” (menurut KBBI V) bisa diartikan “ketetapan Tuhan”, “ketentuan Tuhan”, dan “nasib”. Kata “taqdir” berasal dari kata “qadar”, yang artinya “ukuran”, “kadar”, atau “batas”.
Al-Quran surah Yasin, surah ke-36 ayat 38-39.
وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ
“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikian ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikian takdir (ketetapan) Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami takdirkan (tetapkan) bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) dia kembali sebagai bentuk tandan yang tua.”
Al-Quran surah Al-Furqan, surah ke-25 ayat 1-2.
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menakdirkan (menetapkan) ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
Segala sesuatu yang berada di alam semesta, mulai dari yang kecil hingga yang besar, semuanya berdasarkan takdir atau ketetapan dari Allah.
Al-Quran surah At-Tallaq, surah ke-65 ayat 3.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
Al-Quran surah Al-A’la, surah ke-87 ayat 1-5.
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى الَّذِي خَلَقَ فَسَوَّىٰ وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ وَالَّذِي أَخْرَجَ الْمَرْعَىٰ فَجَعَلَهُ غُثَاءً أَحْوَىٰ
“Sucikan nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk dan yang menumbuhkan rumput-rumputan, lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman.”
Segala sesuatu yang berada di alam semesta ini, semua ukurannya telah ditetapkan oleh Allah, itulah takdir atau “sunnatulah”, dan para ilmuwan menyebutnya “hukum alam”, yaitu hukum Allah yang berlaku di alam semesta.
Manusia mempunyai takdir sesuai dengan ketetapan Allah, misalnya manusia tidak mampu terbang seperti burung, dan manusia hidup berada dalam lingkungan takdir Allah, apa saja yang dilakukan semuanya terikat dalam takdir atau hukum Allah.
Takdir atau hukum Allah terhadap manusia adalah berupa pilihan, karena Allah menakdirkan manusia bisa memilih, bukan seperti matahari dan bulan yang tidak dapat memlilih, artinya manusia dapat memilih takdir atau ukuran yang diambil.
Umar bin Khattab membatalkan kunjungan ke suatu daerah, karena mengetahui wilayah tersebut terkena wabah penyakit, lalu para sahabat Nabi bertanya,” Apakah kamu menghindar dari takdir Allah?” Umar bin Khattab menjawab,”Saya menghindar dari takdir satu ke takdir lainnya.”
Kadang kala manusia salah menilai takdir, yaitu ketika mendapatkan suatu bencana atau musibah, lalu dia berkata,”Semua bencana ini terjadi karena takdir dari Allah”. Tetapi, ketika dia mendapatkan suatu kesuksesan atau kenikmatan, dia berkata,”Semua keberhasilan ini adalah hasil kerja cerdas saya sendiri.”
Hal ini bertentangan dengan firman Allah surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 79.
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh berasal dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, dari kesalahan dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Cukup Allah yang menjadi saksi.”
Allah Maha Mengetahui segalanya, dan manusia diberikan kemampuan untuk memilih dan menentukan “nasibnya sendiri”, tetapi ilmu Allah sungguh sangat luas, sehingga Allah Mengetahui semua masa lalu dan masa akan datang.
Dengan keluasan ilmu Allah, maka Allah mengetahui semua yang akan dipilih manusia untuk masa depannya sendiri, yaitu apakah seorang manusia akan memilih jalan yang mengantarkan ke surga atau terjemus ke dalam neraka? Semuanya adalah pilihan bebas manusia sendiri dan menjadi tanggung jawabnya sendiri.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment