Tuesday, October 10, 2017

349. STANDAR

MEMAHAMI STANDAR PERILAKU MANUSIA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Standar perilaku manusia   menurut Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
      Kata “standar” (menurut KBBI V) bisa diartikan “ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”, “ukuran atau tingkat biaya hidup”, “sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran sebagai ukuran nilai atau harga”, “baku”, panji-panji, “bendera (sebagai lambing”, “alat penopang yang berkaki (untuk menaruh bendera, menyangga sepeda, penopang alat potret, dan sebagainya).
          Para ulama berpendapat bahwa standar atau tolok ukur perilaku yang baik dan buruk mestilah  merujuk  kepada ketentuan Allah, karena sesuatu yang dinilai baik oleh Allah, pasti dalam esensinya baik.
      Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 8 menyatakan bahwa Allah mempunyai segala sifat yang baik.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

     “Dia Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai “asmaulhusna” yaitu nama-nama yang baik”.
      Nabi memerintahkan umatnya agar berusaha sekuat kemampuan dan  kapasitasnya  sebagai  makhluk  untuk meneladani Allah dalam semua sifat-sifat-Nya, dan berakhlaklah dengan akhlak Allah, karena  Aisyah, istri Nabi, menjelaskan bahwa akhlak Nabi adalah Al-Quran.
      Para ulama menjelaskan bahwa sifat Allah yang terkenal adalah 99 nama “asmaulhusna”, sebagian ulama berpendapat terdapat lebih dari 99 nama “asmaul husna”.
       Pengertian untuk meneladani dan menirukan sifat Allah dalam “asmaulhusna” adalah yang sesuai dengan sifat manusia, misalnya sifat “Al-Kibriya” yaitu “sifat Keangkuhan Allah”,  artinya sifat Allah dalam  konteks  ancaman  terhadap  para  pembangkang, terhadap orang yang merasa dirinya superior.
     Ketika Nabi melihat seseorang  yang berjalan dengan congkak dan angkuh di medan perang, Nabi bersabda,”Itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali dalam medang perang seperti sekarang ini”. 
       Nabi bersabda, “Bersikap angkuh terhadap orang yang angkuh adalah      sedekah". 
      Al-Quran surah Luqman, surah ke-31 ayat 18.

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
    
    “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 273.

  لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

      “(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.
        Para ulama menjelaskan bahwa apabila seorang Muslim ingin meneladani Allah Yang Maha Kaya,  maka dia  harus menyadari   bahwa   istilah   yang  digunakan  Al-Quran  untuk menunjukkan sifat itu adalah “Al-Ghani”, yang artinya “tidak  membutuhkan”, dan bukan kaya materi, sehingga esensi sifat “kekayaan” adalah kemampuan  berdiri  sendiri dan tidak  menghajatkan pihak  lain,  sehingga tidak akan menjadi orang yang meminta-minta.     
     Al-Quran surah Fathir, surah ke-35 ayat 15 menyatakan bahwa manusia membutuhkan Allah, tetapi Allah tidak memerlukan manusia.

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

       “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dia Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
      Para ulama menjelaskan bahwa manusia harus meneladani sifat-sifat Allah dalam “asmaulhusna”, seperti  Maha  Mengetahui, Maha Pemaaf, Maha Bijaksana, Maha Agung, Maha Pengasih, dan lain-lain.
     Semua sifat Allah harus menjadi tolok ukur dan pedoman kebaikan dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan menjadikan ukuran kelezatan dan kenikmatan sesaat sebagai pedoman dalam kebaikan.
      Karena kelezatan dan kenikmatan dapat berlainan antara seseorang  dengan  yang lain, dalam berbagai generasi yang berbeda sesuai dengan kondisi dan situasi pada zamannya bisa berlainan.
Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2

5.    Tafsirq.com online.       

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment