Monday, October 16, 2017

368. AISYAH

KISAH AISYAH DITUDUH SELINGKUH
(NABI MENGHADAPI ORANG MUNAFIK)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      “Sirah Nabawi” atau biografi Nabi Muhammad adalah riwayat hidup Nabi Muhammad yang ditulis oleh para ahli sejarah. 
      Keuntungan yang diperoleh dalam mempelajari Sirah Nabawi atau riwayat hidup Nabi Muhammad adalah kita bisa mengenal fisik dan perilaku Nabi serta memahami pribadi Nabi Muhammad dalam segala sisi kehidupan.
      Sirah Nabawi dipakai sebagai pedoman oleh umat Islam untuk menjalani kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga dan bermasyarakat, serta cara  menyebarkan agama Islam dan menghadapi peperangan dan menyelesaikan permasalahan. 
      Mengetahui para sahabat Nabi, yaitu orang-orang  yang pernah melihat Nabi, berinteraksi dengan Nabi, membela dan melindungi Nabi, serta meninggal dalam kondisi Islam.
      Mengetahui “Asbabunnuzul”, atau penyebab turunnya Al-Quran, yaitu peristiwa, perkataan, atau perbuatan yang terjadi pada masa tertentu, dan melatarbelakangi atau menjadi penyebab turunnya ayat Al-Quran.
      Mengetahui “Asbabulwurud” atau penyebab munculnya sebuah hadis, yaitu  perkataan, perbuatan, atau ketetapan Nabi Muhammad yang diriwiyatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum.
      Mengenal orang-orang “kafir”, yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang “mukmin”, yaitu orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan setiap orang mukmin harus mempercayai semua Rasul Allah.
      Oleh karena itu, orang Islam yang tidak meyakini Nabi Isa, anak Maryam, sebagai Rasul Allah, maka dia kafir, serta siapa pun yang tidak meyakini Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, maka dia kafir, jadi, perbedaan orang mukmin dengan orang kafir sangat jelas.
      Mengenal orang-orang “munafik” atau “orang yang bermuka dua”, yaitu orang yang bepura-pura beriman kepada Islam, tetapi, sebenarnya dalam hatinya tidak beriman.
      Syaikh Shafiyyurahman, penulis buku “Sirah Nabawi” menjelaskan kisah Aisyah, istri Nabi, yang dituduh selingkuh, yaitu apabila Nabi Muhammad keluar daerah untuk menempuh suatu perjalanan dalam peperangan atau kegiatan lain, maka beliau selalu mengajak salah satu istrinya untuk mendampinginya selama perjalanan.
      Pada suatu hari, Nabi bersiap berangkat perang, dan Aisyah mendapatkan giliran untuk mendampingi, maka Aisyah ikut berangkat bersama rombongan. Selama dalam perjalanan, Aisyah duduk di dalam keranda, yaitu tempat berlindung selama perjalanan dan dinaikkan di atas seekor unta. 
      Ketika Peperangan selesai, maka Nabi memberikan tanda rombongan akan kembali ke Madinah, waktu itu, Aisyah pergi agak menjauh dari rombongan untuk melepaskan hajat. Setelah selesai, Aisyah kembali dan mendekati unta tunggangannya, ternyata, kalungnya hilang terjatuh, maka Aisyah kembali ke tempat buang hajat untuk mencari kalung yang terlepas.
      Sewaktu Aisyah kembali ke rombongan, ternyata pasukan Islam sudah meninggalkan lokasi, dan kerandanya sudah dinaikkan di atas onta, karena para pengawal menduga Aisyah sudah berada di dalamnya, tubuh Aisyah sangat ringan, sehingga para pengawal tidak mengetahui kerandanya kosong.
      Aisyah yang tertinggal tetap bertahan di tempat perhentian semula, dengan harapan pasukan akan kembali menjemputnya. Kemudian muncul Shafwan bin Muaththal, anggota pasukan “pembersih” yang bertugas menyisir pasukan dan bertanggung jawab untuk membawa benda apa  pun yang tertinggal.
     
      Shafwan bin Muaththal  mengenali Aisyah, istri Nabi, sedang berada di padang pasir sendirian, “Innalillahi, “kata Shafwan. Kemudian Dia merendahkan untanya untuk dinaiki oleh Aisyah, kemudian Shafwan menuntun untanya mengejar rombongan Nabi. Selama dalam perjalanan mereka tidak berbicara apa pun, ketika rombongan Nabi berteduh di bawah pohon saat tengah hari yang terik, maka Shafwan dan Aisyah menyusul datang.
      Abdullah bin Ubay, tokoh munafik Madinah mendapatkan kesempatan emas, dengan cepat dia menyebarkan isu bahwa Aisyah, istri Nabi, selingkuh dengan Shafwan, maka kaum muslim gempar, karena Nabi Muhammad menghadapi masalah yang pelik, dan selama sebulan wahyu tidak turun, maka Nabi tidak mengambil keputusan apa pun.
      Siapakah Abdullah bin Ubay? Dia kepala suku Khazraj. Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, Abdullah bin Ubay akan dinobatkan menjadi “Raja Madinah”, yaitu akan menjadi orang nomor satu di Madinah, ketika Nabi datang di Madinah, maka Abdullah bin Ubay kalah pamor, sehingga dia batal menjadi “Raja Madinah”.
      Sejak saat itu, Abdullah bin Ubay menjadi tokoh munafik, memang dia tidak berani melawan Nabi secara langsung, tetapi selalu bekerja sama dengan musuh Nabi, artinya Abdullah bin Ubay menjadi musuh dalam selimut dan menjadi tokoh munafik.
       Penduduk asli Madinah adalah suku Aus dan suku Khazraj, dan Saad bin Muadz, adalah kepala suku Aus, sedangkan Abdullah bin Ubay adalah kepala suku Khazraj. Suku Aus dan suku Khazraj yang memeluk Islam disebut kaum Ansar, sedangkan para pendatang dari Mekah disebut kaum Muhajirin.
      Pada zaman itu, di Madinah juga bermukim kelompok Yahudi Bani Nadhir, Bani Qaynuqa, dan Bani Quraizhah. Sejarah masuknya orang Yahudi di Madinah, karena Kaisar Romawi mengusir kaum Yahudi, lalu mereka menuju  Madinah, menurut Taurat, kitab yang mereka percayai, akan datang seorang rasul di daerah perkebunan kurma.
      Kaum Yahudi lebih cerdas dari penduduk Arab asli, sehingga mereka menguasai ekonomi, sedangkan penduduk asli Madinah terdiri atas dua kabilah bersaudara, yaitu Bani Aus dan Bani Khazraj, serta Bani Khazraj bersahabat dengan suku Qaynuqa, dan Bani Aus berteman dengan suku Quraizhah, tetapi kamu Yahudi sering mengadu domba Bani Aus dengan Bani Khazraj.
      Kaum Yahudi selalu menyampaikan kepada Bani Aus dan Bani Khazraj bahwa rasul  baru akan muncul di Madinah, maka mereka akan mengakui rasul baru dan menjadi pengikut rasul baru akan berperang melawan suku Aus dan suku Khazraj.
      Setelah rasul yang ditunggu benar-benar datang, ternyata kaum Yahudi mengingkarinya dan mereka tidak mengakuinya, tidak seperti yang digembar-gemborkan dahulu, padahal kaum Yahudi sangat mengenal nabi baru seperti mereka mengenal anaknya sendiri, “Mengapa kaum Yahudi tidak mau mengikuti Nabi Muhammad?” jawabnya,  “Karena rasul baru ternyata bukan berasal dari bangsa Yahudi”.
       Aisyah memasuki rumah, ketika Nabi duduk sendirian, karena Aisyah belum mengetahui kabar yang beredar bahwa Aisyah dituduh selingkuh. Aisyah merasa gundah, karena sikap Nabi berubah terhadapnya, ketika Aisyah hendak bicara, Nabi malah berpaling ke arah yang lain.
      Aisyah sakit sebulan, lalu minta izin kepada Nabi untuk pulang ke rumah orang tuanya, lalu Aisyah mengetahui berita yang tersiar bahwa Aisyah dituduh selingkuh, maka Aisyah mengurung diri di rumah orang tuanya, Abu Bakar.
      Ketika Nabi berkunjung ke rumah mertuanya, Abu Bakar, disambut baik oleh keluarga Abu Bakar, tetapi Aisyah masih bersedih, dan Nabi bersabda, “Wahai Aisyah, berita itu rupanya telah sampai kepadamu. Jika engkau masih suci, niscaya Allah akan membersihanmu. Tetapi, apabila engkau telah berbuat dosa, bertobatlah dengan penuh penyesalan, niscaya Allah akan mengampuni dosamu.”
        Aisyah menjawab sambil menangis, “Demi Allah, aku tahu engkau telah mendengar kabar ini. Ternyata engkau mempercayainya, seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci, niscaya  Allah mengetahui kesucianku. Tentunya engkau tidak akan mempercayaiku.”
      Aiysah melanjutkan, “Tetapi, jika aku mengakuinya, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tetap suci, maka engkau akan mempercayai perkataanku. Aku hanya dapat mengatakan apa yang disampaikan Nabi Yusuf, yaitu “Bersabar adalah lebih baik”.
      Beberapa saat kemudian, wahyu turun kepada Nabi, dan Aisyah dinyatakan tidak bersalah, maka Umar bin Khattab berkata, “Wahai Nabi, wahyu sudah datang, maka izinkan saya untuk menebas leher Abdullah bin Ubay, karena dia menyebarkan berita bohong.” Nabi bersabda, ”Wahai Umar, janganlah kamu membunuh orang munafik itu, karena nanti akan beredar kabar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.“

Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

  • 241. ISRA3MEMAHAMI PERISTIWA ISRA’ MIKRAJ (Seri ke-3) Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.       Beberapa orang bertanya,”Mo… Read More
  • 242. NATALSELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 242. NATALSELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 242. NATALSELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More
  • 242. NATALSELAMAT NATAL MENURUT AL-QURAN Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelas… Read More

0 comments:

Post a Comment