UKHUWAH SESAMA MUSLIM
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Ukhuwah dengan orang-orang sesama pemeluk agama Islam menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “ukhuwah” menurut KBBI V artinya “persaudaraan”, menurut bahasa Arab, kata “ukhuwah” terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”, dan makna asal ini memberikan kesan bahwa “persaudaraan” mengharuskan adanya “perhatian” semua pihak yang merasa bersaudara.
Faktor “perhatian” pada mulanya muncul karena adanya persamaan orang yang bersaudara, sehingga makna tersebut kemudian berkembang, dan pada akhirnya “ukhuwah” diartikan sebagai “setiap persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan”.
Secara “majazi” kata “ukhuwah” (persaudaraan) mencakup persamaan dalam salah satu unsurnya seperti suku, agama, profesi, dan perasaan, dan dalam kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata “akh” yang membentuk kata “ukhuwah” digunakan juga dengan arti “teman akrab” atau “sahabat”.
Untuk memantapkan persaudaraan antara sesama Muslim, maka Al-Quran pertama kali menggarisbawahi perlunya menghindari segala macam sikap lahir dan batin yang dapat mengeruhkan hubungan sesama umat Islam.
Al-Quran menyatakan bahwa orang-orang Mukmin adalah bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan “ishlah” (perbaikan hubungan) apabila terjadi kesalahpahaman di antara umat Islam, dan Al-Quran memberikan contoh penyebab keretakan hubungan dan melarang setiap umat Islam melakukannya.
Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 11.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Al-Quran memerintahkan umat Islam untuk menghindari prasangka buruk, dan tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing yang diibaratkan oleh Al-Quran seperti memakan daging saudaranya sendiri yang telah meninggal dunia.
Al-Quran surah Al-Hujurat, surah ke-49 ayat 12.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antaramu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang”.
Al-Quran dan hadis Nabi tidak merumuskan definisi “ukhuwah” (persaudaraan), tetapi Al-Quran dan hadis Nabi memberikan contoh praktis dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia .
Pada umumnya contohnya berkaitan dengan sikap kejiwaan manusia, seperti jangan mengolok-olok, jangan memberikan julukan yang jelek, jangan berprasangka buruk, jangan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan menggunjing, jangan iri, jangan membenci, dan jangan membelakangi, karena sikap batiniah akan memunculkan sikap lahiriah.
Para ulama menjelaskan bahwa melakukan “at-takhliyah” (menyingkirkan kejelekan) harus didahulukan daripada perbuatan “at-tahliyah” (menghiasi diri dengan kebaikan), karena “melarang kejelekan” artinya sama dengan “memerintahkan berbuat kebaikan”.
Semua petunjuk dalam Al-Quran dan hadis Nabi yang berbicara tentang interaksi sesama manusia pada akhirnya bertujuan untuk memantapkan “ukhuwah” (persaudaraan).
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 188 melarang makan harta dengan batil.
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antaramu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”.
Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 278 melarang riba.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman”.
Al-Quran surah Al-Mutaffifin, surah ke-83 ayat 1-3 melarang berbuat curang.
وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”.
Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, Al-Quran secara tegas memerintahkan umat Islam untuk merujuk kepada Allah dan Nabi, tetapi apabila terjadi perbedaan pemahaman, maka harus dikembalikan kepada Al-Quran dan hadis Nabi.
Al-Quran surah An-Nisa, surah ke-4 ayat 59.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antaramu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment