MAKNA EGOISME
Oleh: Drs. H.
M. YusronHadi, M.M

Beberapa
orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang keakuan (egoisme)
menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.
Egoisme adalah tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan
diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain.
2.
Seorang wartawan Mesir pernah mengadakan penelitian tentang percakapan
di antara manusia dengan merekam data dari sebuah perusahaan telepon.
3.
Dengan cara merekam 500 percakapan untuk mengetahui kata yang
paling banyak digunakan oleh manusia.
4.
Ternyata, kata yang paling banyak dipakai adalah kata yang menunjuk
kepada diri sendiri, yaitu kata “aku” atau “saya” yang terulang sebanyak 3.999
kali atau muncul sekitar 8 kali setiap dilakukan suatu percakapan.
5.
Agaknya, kata “aku” atau “saya” adalah kata yang paling ringan, indah,
dan lezat untuk diucapkan oleh lidah manusia, meskipun sering kali kata “aku”
atau “saya” adalah kata yang “berat” terdengar di telinga mitra bicara kita.
6.
Hal tersebut adalah tanda dan indicator tentang mendalamnya sifat individualism
dan menonjolnya keakuan dalam jiwa manusia, sehingga mustahil kata “aku” atau “saya"
dihapus dari kamus bahasa manusia.
7.
Dalam Al-Quran, kita dapat menemukan petunjuk dan pedomanyang tersirat
melalui ayat-ayatnya yang tersurat.
8.
Allah dan manusia juga menggunakan kata “aku” atau “saya”, meskipun
diakui bahwa Allah Yang Maha Mutlak serta tidak ada yang menyamai kebesaran dan
keagungan Allah
9.
Allah Yang Maha Kuasa jarang menggunakan kata-kata “Aku” atau
“Saya”.
10. Apabila dikhawatirkan
dapat timbul kesalahpahaman tentang Zat Allah atau wewenang Allah, barulah
kata-kata “Aku” atau “Saya” digunakan.
11. Tetapi pada umumnya
Allah menunjuk kepada diri-Nya dengan bentuk jamak, yang mengandung makna keterlibatan
Allah dan mahluk Allah dalam aktivitas yang ditunjuk.
12. Para nabi dan rasul
adalah manusia pilihan Allah.
13. Para nabi dan rasul
menggunakan kata “aku” bukan untuk menonjolkan “keakuan”, tetapi menggambarkan kebutuhan
dan kelemahan para nabi dan rasul di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.
14. Al-Quran surah
Al-An’am (surah ke-6) ayat 50.
قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ
اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ
أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ
وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
Katakan:
"Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan
tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu
bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku. Katakan: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?
15. Al-Quran surah
An-Naml (surah ke-27) ayat 40.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ
أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ
مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ
أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Berkata
seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia
Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan
nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur
untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya
Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
16. Al-Quran surah
Yusuf (surah ke-12) ayat 86.
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى
اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Yakub menjawab:
"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku,
dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya."
17. Al-Quran surah
Yunus (surah ke-10) ayat 72.
فَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَمَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ
أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى اللَّهِ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
Jika
kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikit pun dari padamu.
Upahku tidak lain hanya dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk
golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)".
18. Al-Quran surah
Fussilat (surah ke-41) ayat 33.
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى
اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri?"
19. Umat Islam
dituntut oleh Al-Quran untuk mengucapkan,”Hanya kepada-Mu kami mengabdi dan hanya
kepada-Mu kami memohon bantuan”.
20. Al-Quran surah
Al-Fatihah (surah ke-1) ayat 5.
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya
kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan
21. Tidak dibenarkan
mengubah kata “kami” menjadi “aku”, meskipun ketika seseorang melakukan salat sendirian.
22. Hal ini memberikan
kesan bahwa “keakuan” seorang Muslim secara konseptual harus lebur dalam “aku-aku”
yang lain dan harus selalu bersama orang-orang atau mahluk yang lain.
23. Kebersamaan tersebut
menghasilkan keterikatan seorang Muslim dengan sesame manusia, sehingga dapat merasakan
penderitaan orang lain.
24. Bagaikan satu jasad
yang memiliki organ-organ, sehingga seluruh jasad akan merasakan keluhan organ
lain yang terkecil sekalipun.
25. Sehingga Qarun
(orang yang kaya raya pada zaman Nabi Musa), yang tidak mau merasakan penderitaan
orang yang lain, dikecam oleh Al-Quran ketika menonjolkan “keakuannya” dengan berkata,”Sesungguhnya
aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”.
26. Al-Quran surah
Al-Qashas (surah ke-28) ayat 78.
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ
عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ
الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ
عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ
Qarun
berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa
itu, tentang dosa-dosa mereka.
DaftarPustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan.
Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai
Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online
0 comments:
Post a Comment