PERANG KHANDAQ
Oleh: Drs. H.
M. Yusron Hadi, M.M.

Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan
tentang Perang Khandaq?” Kementerian Agama RI menjelaskannya.
1.
Pada tahun 627 Masehi (bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah) terjadi
Perang Khandaq (Perang Parit/Perang Ahzab).
2.
Perang antara pasukan gabungan melawan pasukan Islam, dengan lokasi
medan perang di utara Madinah.
3.
Dalam Perang Parit, umat Islam dikeroyok oleh pasukan koalisi (gabungan
suku Quraisy, Gathafan, Yahudi Bani Nadhir dan Qaynuqa) serta dibantu kelompok
kabilah dan suku lainnya.
4.
Kabilah adalah suku bangsa yang berasal sari satu ayah.
5.
Suku adalah golongan kaum yang berasal dari satu keturunan.
6.
Pada zaman itu, kota Madinah dihuni kaum Ansar (suku Aus dan
Khazraj), kaum Muhajirin (pendatang dari Mekah yang hijrah ke Madinah), serta
kelompok Yahudi (Bani Qaynuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah).
7.
Kaum Muhajirin dan Ansar sudah memeluk agama Islam.
8.
Kaum Yahudi Bani Qaynuqa bersekutu dengan suku Khazraj.
9.
Kaum Yahudi Bani Quraizhah bersekutu dengan suku Aus.
10. Bersekutu adalah
bekerja sama dalam perdagangan dan perlindungan keamanan.
11. Pada waktu
itu, Piagam Madinah (Perjanjian perdamaian antara umat Islam dengan kelompok
Yahudi) sudah disepakati.
12. Nabi Muhammad pernah
mengusir kelompok Yahudi Bani Quraizhah dari Madinah, karena mereka melanggar
perjanjian.
13. Bani Quraizhah
tinggal di Khaibar yang terletak di luar kota Madinah.
14. Kaum Yahudi
Bani Nadhir berkhianat kepada Rasulullah.
15. Yahudi Bani Nadhir
sangat membenci umat Islam.
16. Yahudi Bani
Nadhir pintar berbisnis sehingga menguasai ekonomi, tetapi kaum Yahudi Bani
Nadhir tidak biasa berperang dan tidak pintar mengangkat senjata, mereka suka
berkhianat dan bersekongkol.
17. Perang Badar
selesai, pasukan Islam menang, pamor pasukan Islam makin tinggi.
18. Kaum Yahudi
Bani Nadhir tidak berani berperang secara langsung dengan umat Islam, tetapi mereka
suka mengganggu dan mengadu domba sesama umat Islam.
19. Perang Uhud
berakhir dan pasukan Islam mengalami “kekalahan”.
20. Yahudi Bani
Nadhir mulai berani menampakkan permusuhan dan pengkhianatan dengan menjalin
kesepakatan dengan musuh Islam dan melanggar perjanjian yang disepakatinya.
21. Kaum Yahudi
Bani Nadhir akan membunuh Nabi Muhammad dengan menjatuhkan batu dari atas rumah
penduduk, tetapi usaha mereka gagal.
22. Rasulullah mengusir
mereka keluar dari Madinah, mereka pindah ke Khaibar, sebuah wilayah di luar
Madinah.
23. Kaum Yahudi
Bani Nadhir dan kaum Yahudi Bani Quraizhah menyimpan dendam kepada Nabi Muhammad,
lalu mencari dukungan untuk melawan umat Islam dengan mendatangi suku Quraisy
di Mekah, suku Gathafan dan suku lainnya.
24. Usaha kaum
Yahudi berhasil, terkumpul 10.000 pasukan gabungan siap menghancurkan Madinah,
sedangkan jumlah pasukan muslim 3.000 orang bertahan di Madinah.
25. Nabi Muhammad mengetahui gerakan musuh dan segera
menyiapkan strategi pertahanan untuk menghadapi pasukan kafir yang berjumlah
lebih banyak.
26. Salman
Al-Farisi (dari Persia), baru saja memeluk Islam dan bebas dari perbudakan
sangat mahir dalam strategi perang mengusulkan untuk membangun sistem
pertahanan parit untuk menghambat pergerakan musuh.
27. Salman
berkata, ”Wahai Rasulullah, kebiasaan kami di Persia, jika kami diserang musuh,
maka kami membuat parit, sebaiknya kita menggali parit untuk menghalangi mereka
dalam melakukan serangan.” Nabi menerima usul tersebut.
28. Di sebelah timur
Madinah terdapat pegunungan sulit dilewati kuda dan onta, sebelah barat terdapat
pegunungan dengan bebatuan tajam, selatan penuh pohon kurma, tenggara terdapat
benteng kelompok Yahudi suku Quraizhah, di utara Madinah berupa lapangan
terbuka.
29. Pasukan musuh
pasti menyerbu masuk lewat utara Madinah, meskipun mereka berdatangan dari selatan
Madinah, sehingga medan peperangan berada di perbatasan utara Madinah.
30. Nabi Muhamad dan
para sahabat berkemah di utara Madinah, di bukit gunung Sala, kaum muslim mulai
menggali parit untuk mdnghambat pasukan musuh.
31. Ukuran paritnya
sedalam 7 meter, lebar 15 meter, dan sepanjang lebih 10 km.
32. Nabi Muhammad
membuat peta dan membagi kelompok penggalian.
33. Penggalian parit
berlangsung 6 hari dikerjakan tanpa berhenti, siang dan malam, karena pasukan
musuh dalam perjalanan menuju Madinah.
34. Jumlah pasukan
kafir sangat banyak dengan senjata lengkap siap menghancurkn Madinah, lebih
banyak dibandingkan jumlah seluruh penduduk Madinah.
35. Waktu itu
musim dingin, umat muslim kekurangan makanan, para sahabat mengganjal perutnya
dengan batu, Nabi Muhammad mengganjal perutnya dengan dua buah batu untuk
menahan lapar.
36. Rasulullah Bersabda,”Ya
Allah, sesungguhnya kehidupan yang lebih baik adalah kehidupan akhirat,
ampunilah kaum Ansar dan Muhajirin”.
37. Mereka
menjawab, ”Kami telah berbaiat kepada Nabi Muhammad dan kami siap berjihad
selama kami masih hidup.”
38. Nabi Muhammad
ikut terlibat langsung menggali dan mengangkat bebatuan, tanah,yang diletakkan
di depan pasukan Nabi sebagai tameng pelindung dan senjata melawan musuh.
39. Jabir bin
Abdullah melihat Nabi sangat lapar, dia pulang ke rumah menyembelih seekor domba kecil, istrinya
memasak satu sak tepung gandum, setelah masakan siap.
40. Jabir
membisiki Rasulullah agar datang ke rumahnya dengan beberapa sahabat saja.
41. Rasulullah berdiri
di atas sebuah batu mengumumkan kepada seribu orang yang menggali parit,“Wahai
kaum Muhajirin dan Ansar, marilah kita makan di rumah Jabir.”
42. Jabir terkejut
dan pucat, “Innalillahi,” gumamnya. Dia memasak hanya untuk beberapa orang
saja, tetapi Rasululah mengajak semua orang yang berada di parit yang jumlahnya
seribu orang.
43. Jabir berlari
pulang untuk menjumpai istrinya, mengabarkan Rasulullah akan datang beserta
semua orang, istrinya pucat sambil bertanya,”Rasulullah berpesan apa?” Jabir menjawab, “Jangan
menyentuh tempat masakan.”
44. Makanan sedikit
itu cukup 1.000 orang, caranya tiap 10 orang bergantian masuk, makan sampai
kenyang. Selama penggalian parit, mereka tiga hari tidak makan.
45. Semuanya sudah
kenyang, makanan masih bersisa, inilah salah satu mukjizat Nabi Muhammad selama
Perang Khandaq.
46. Nukman bin
Basyir datang ke penggalian parit, membawa setangkup kurma untuk diberikan kepada
ayah dan pamannya.
47. Rasulullah meminta
kurma tersebut, dan meletakkan kurma di atas selembar kain.
48. Rasulullah memanggil
semua orang untuk memakannya, semua orang yang menggali aprit sudah makan, kurma
masih bersisa, bahkan jumlahnya lebih banyak, sebagian tercecer keluar hamparan
kain.
49. Al-Barra berkata, “Kami menggali parit dan
menemukan sebuah batu besar sangat keras yang tidak bisa dipecah”.
50. Kami melaporkan
kepada Rasulullah, lalau beliauturun mendekati batu itu dengan mengangkat
cangkul, “Bismillah, Allahu akbar.” Dengan tiga kali pukulan, batu yang keras
itu hancur berkeping-keping.
51. Rasulullah terus
membangkitkan semangat juang, tidak akan menyerah, meskipun jumlah pasukan
kafir lebih banyak.
52. Para wanita,
anak-anak, dan para orang tua dimasukkan ke dalam benteng di tempat yang dianggap aman.
53. Pengamanan sebelah
tenggara Madinahdiserahkan kepada kelompok Yahudi Bani Quraizhah, mereka
terikat perjanjian dengan umat Islam, jika ada musuh dari luar Madinah, maka
mereka berjanji untuk saling melindungi.
54. Pasukan
gabungan tiba di Madinah, mereka terkejut melihat pertahanan pasukan Islam, parit
yang dalam, lebar dan memanjang yang menutup jalur utama masuk Madinah.
55. Pasukan
penyerbu sulit melewati parit, stategi perang yang belum pernah terjadi di Jazirah
Arab.
56. Pasukan Quraisy
berjumlah 4.000 berkemah di Rumat, 6.000 pasukan Ghathafan dan lainnya berkemah
di kaki gunung Uhud.
57. Beberapa orang
munafik dan orang yang berjiwa lemah langsung menggigil ketakutan menyaksikan banyaknya
pasukan penyerang.
58. Pasukan muslim
bertahan di seberang parit, berlindung dibalik gundukan tanah dan bebatuan, bersenjata
lengkap pedang, tameng dan panah, serta siap melempari musuh dengan bebatuan.
59. Abu Sufyan (komandan
pasukan kafir) murka, karena pasukan penyerbu hanya berputar-putar saja, dengan
amarah menggelegak.
60. Mereka mengepung pasukan muslim, pertempuran
terjadi sporadis, kadang kala dengan saling melontarkan panah dan batu.
61. Kelompok
pasukan kafir jagoan berkuda, mencari jarak lompat paling sempit, beberapa
orang berhasil melewati parit.
62. Amru bin Abdi
Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Dhirar bin Al-Khaththab, berhasil melompati
parit mendekati pasukan Islam.
63. Amru bin Abdi
Wudd (pendekar Quraisy) menantang duel satu lawan satu.
64. Amru bin Abdi
Wudd tewas di tangan Ali bin Abi Thalib dan sisanya melarikan diri balik
menyeberangi parit.
65. Beberapa hari
sudah berlalu, pasukan kafir terus berusaha melewati parit dengan membuat jalur
penyeberangan.
66. Pasukan muslim
terus bertahan, membalas dengan panah, melempari dengan batu, sehingga usaha
pasukan kafir selalu gagal.
67. Huyai bin
Akhthab (pemimpin kelompok Yahudi Bani Nadhir) mendatangi benteng kelompok
Yahudi Bani Quraizhah, yang berada di tenggara Madinah menjumpai Kaab bin Asad
Al-Qurazi, pemimpin Bani Quraizhah.
68. Kelompok
Yahudi Bani Quraizhah terikat perjanjian Piagam Madinahuntuk saling membantu
menghadapi musuh dari luar.
69. Awalnya, Kaab
bin Asad Al-Qurazi tidak mau mengkhianati Rasulullah, tetapi akhirnya kelompok
Yahudi Bani Quraizhah melanggar perjanjian dengan membatalkan kesepakatan
sepihak, mereka memberontak kepada Nabi.
70. Rasulullah mengetahui
pemberontakan, keadaan menjadi sangat gawat, pasukan muslim terjepit, menghadapi
musuh dari dua arah, melawan musuh di depan yang dibatasi parit dengan pasukan
kafir lebih banyak, serta menghadapi pengkhianatan dari dalam wilayah Madinah
sendiri.
71. Tempat penampungan
wanita dan anak-anak dekat lokasi pemberontak, sungguh situasi yang sangat
mengkhawatirkan.
72. Shafiyah binti
Abdul Muththalib (bibi Nabi Muhammad) mengamankan benteng wanita dan anak-anak,
beberapa pasukan Bani Quraizhah mengelilingi benteng penampungankhusus wanita,
anak-anak, dan orang tua tersebut tanpa penjaga.
73. Pada malam
gelap gulita, Shafiyah binti Abdul Muththalib berbisik kepada Hassan (berusia
90 tahun), “Hai Hassan, bunuhlah orang Yahudi yang menyelinap.” Hassan
menjawab, “Maaf, saya sudah tua, tidak mampu melakukannya.”
74. Shafiyah binti
Abdul Muththalib mengenakan pakaian perang laki-laki memukul penyelusup dengan
potongan besi hingga tewas, kepalanya dilemparkan keluar benteng, kelompok
Yahudi Bani Quraizhah, yang berada di dalam kota Madinah, tidak berani
menyerang benteng penampungan, karena dianggap banyak penjaganya.
75. Kelompok
Yahudi Bani Quraizhah yang berada di dalam Madinah, tidak berani menyerang
pasukan muslim secara langsung, tetapi mereka memasok kebutuhan logistik kaum
kafir berupa bahan makanan, onta dan senjata lainnya.
76. Selama
peperangan berlangsung, Rasulullah dan pasukan Islam sangat sibuk bertahan dan
menghalau musuh, sehingga mereka melaksanakan salat jamak.
77. Nuaim bin
Masud (tokoh Ghathafan) melemparkan sepucuk surat minta menemui dengan Rasulullah,
dia menyatakan masuk Islam, tidak ada orang yang mengetahuinya, lalu Nabi
meminta Nuaim bin Masud untuk mengacaukan musuh.
78. Nuaim berhasil
mengadu domba pasukan kafir, sehingga timbul perpecahan, semangat pasukan
penyerang turun drastic.
79. Tiba-tiba
muncul angin topan yang merusak kemah pasukan kafir, semuanya porak-poranda
berhamburan, dan pasukan kafir kocar-kacir.
80. Pagi harinya,
pasukan kafir sudah bubar, kembali ke tempat asal mereka, Perang Khandaq selesai, dan pasukan Islam
berhasil mempertahankan Madinah.
Daftar Pustaka
2. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2017.
3. Ghani,
Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2017.
4. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com
online.
Keterangan gambar
1. Masjid
Khandaq Madinah
2. Masjid Nabawi Madinah.



0 comments:
Post a Comment