Sunday, April 5, 2020

4077. HUMOR SONTOLOYO


HUMOR SONTOLOYO
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1.    ASAL MUASAL SONTOLOYO
2.    Ada yang nanya, kok dipanggil sontoloyo sih boss, gimana cerita awalnya?.
3.    Pertanyaan menarik.
4.    Menjadi orang lahir dikelilingi saudara tetua pakde, paklik, eyang, mbah yang memiliki panggilan khusus di desa Jawa Timur yang aslinya kampung halaman kedua orang tua saya itu.
5.    Saya merasa berilmu (padahal yang berilmu pakde, mbak, eyang dll).
6.    Itu ego dan sombong saya tentang pelajaran agama.
7.    Sebelum akhirnya saya mengetahui ilmu agama saya super cetek alias payah sekali.
8.    Panggilan khusus seperti abah, ustad, kiai, gus pak yai adalah sebutan saudara sedarah saya yang pastinya 1 atau 2 lapis lebih tua, sepuh ke atas.
9.    Pada jaman dulu, sebutan itu kehormatan besar.
10. Dicapainya bukan waktu cepat.
11. Bukan dengan mudah.
12. Harus memakai pembuktian dan makan waktu lama, baru orang bisa dipanggil ustad, kiai, buya dan lain sebagainya.
13. Jaman sekarang, ustadz di TV adalah gelaran asal disebut dan ditempel tanpa sebuah proses “earning”.
14. Dan banyak gelar lainya, yang menyandang yang menempelkannya.
15. Bukan sebutan karena masyarakat mendapat manfaat ilmu yang memanggilnya.
16. Disinilah (urusan agama) asal kenakalan saya yang memberi saya sebutan si sontoloyo wowiek itu sering diucapkan.
17. Nama panggilan mencerminkan sisi negatif tentunya.
18. Kalau dipikir, ya memang pantas saya menyandangnya.
19. Sejak usia 9 tahun, kali pertama mungkin sontoloyo disematkan ke saya.
20. Bayangkan, dalam sebuah kelas nyantri atau pengajian yang diajarkan kiai pini sepuh yang terhormat.
21. Saya bisa motong bicara mereka.
22. Itu kebandelan saya.
23. Suatu hari, "Nyuwon sewu pak yai. Kenapa kita sholat bacaannya nggak sama dengan Rosulullah?,"
24. Pertanyaan ini membuat kiai besar di daerah saya tersendak kaget.
25. Tapi dia khan pak de saya juga.
26. Dia bisa dengan nada bergetar karena menahan kesal wibawanya di tantang anak 9 tahun.
27. Dan bertanya balik, "Apa buktinya bacaan sholat Rosulullah beda dengan kita?,"
28. Saya jawab, "Iya. Waktu kita baca tahiyat akhir.
29. Kita setelah baca shahadat kita baca sholawat.
30. Allohuma sholi ala Muhammad wa ala ali Muhammad.
31. Nah, nabi Muhamad baca apa?
32. Aluhuma sholi ala ana?!!.
33. Kita membaca : ya Allah berikan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad.
34. Nah beliau baca apa?
35. Berikan kesejahteran ke saya.
36. Khan beda bacanya dengan kita?
37. Waduh, pak kiai (pak de saya) petinggi NU itu dan di juluki salah satu kiai senior tersebut murka dan berkata.
38. Kamu dasar sontoloyo!
39. Sana keluar wudhu sholat tobat sana.
40. Ya saya ngeloyor keluar ruang dari acara sakral pengajian akbar.
41. Maaf, saya hanya anak usia 9 tahun.
42. Apa sih yang saya tahu, makanya saya tanya.
43. Beberapa bulan berselang, ada haul nasional.
44. Menghormati ulama besar pendiri NU, di daerah saya diadakannya.
45. Dalam sebuah khotbah pak kiai cerita tentang sholat.
46. Dan saya mengacungkan tangan lagi.
47. Saya tanya, "Kok bacaan doa iftitah di awal tidak membaca persis seperti al Quran.
48. Di Al Quran bacaannya “wa ana awalul muslimin”, sementara bacaan sholat “ wa ana minal muslimin”.
49. Kok beda sama al Quran, kok boleh “improvisasi” ya.
50. dan...kembali saya di usir sama pak yai.
51. Dia paklik saya.
52. Kesel mangkel dia.
53. "Kowe emang sontoloyo,"
54. Selang berapa waktu terlewati, kali ini saya sudah SMA.
55. Seorang Kiai muda ceramah berapi-api ala Habib Rizieq.
56. Mucrat semua liur ke depan mike rasanya.
57. Berhubung pesantrennya punya mbah sendiri di kota ini, saya dapat duduk barisan depan.
58. Dia menceritakan kehebatan Rasulullah membina kerukunan keluarga dengan istri.
59. Dia menegur kesalahan istri sopan sekali.
60. Suatu hari istri Rasululah (siti Aisyah) salah meletakkan gula di tehnya.
61. Dia bukan menaruh gula tetapi menaruh garam.
62. Jadi tehnya asin.
63. Rosulullah meminum dan terasa asin.
64. Rasulullah memanggil istrinya Aisyah dan memuji lalu memintanya meminumnya.
65. Aisyah minum teh tersebut terasa asin kemudian minta maaf.
66. Peristiwa itu tidak membuat malu sipapun, yang tahu hanya Rasulullah dan istrinya.
67. Sebuah cerita bijak bukan?
68. Tapi tidak buat saya.
69. Entah saya yang memang sontoloyo beneran atau bagaimana.
70. Denger cerita itu, saya mangkel.
71. Kecewa.
72. Saya kesel.
73.  Asli saya naik pitam!!
74. "Waduh!" mengkelap darah saya naik ke ubun-ubun.
75.  "Ini ustad geblek juga," kata saya dalam hati.
76. Saya hanya berusia 15 tahun waktu itu.
77. Saya berdiri dan langsung ambil mike.
78. "Pak ustad, Anda kalau ceramah yang bener dong kalau kasih contoh!!!,"
79. Semua terdiam ketika saya bicara begitu.
80. Ustad merah mukanya, mendengar saya langsung melabrak.
81. "Begini ya," saya dengan belagunya bicara.
82. "Yang namanya gula putih rafinasi itu bahannya dari tebu, baru ada di abad 17 atau 18, jaman revolusi industri.
83. Jaman dulu jaman RAsulullah, adanya gula aren dari kelapa/korma, warnanya coklat. Nggak putih.
84. Beda sama garam, sejak dulu putih.
85. Jadi istri Rasululah pasti nggak bakal salah.
86. Itu cerita dari mana.
87. Hadis?
88. Hadis apa?
89. Atau kalau ngarang ya nggak usah bawa-bawa Rasulullah kenapa?,"
90. Kalimat itu terakhir saya ucapkan karena banser NU keburu mengiring saya keluar ruangan.
91. Ya seperti biasa, si sontoloyo ini, yang hijau ilmu agamanya ini, di bawa keluar ruangan lagi.
92. Dan mbah-mbah saya, pini sepuh langsung ceramahin saya, saya di omeli abis-abisan.
93. Ya beginilah pengalaman keagamaan saya.
94. Diomelin mulu.
95. Salah mulu.
96. Selang waktu berjalan.
97. Masih fresh graduate. lama di negeri orang.
98. Ada undangan pertemuan para ahli agama.
99. Saya hanya sebagai oberver.
100.      Mewakili keluarga.
101.       Tema acara membahas tafsir al Quran agar bisa mengikuti perkembangan jaman.
102.      Ada saham, forex, internet, narkoba dan banyak hal muncul karena perkembangan zaman dan tafsir harus juga secanggih perkembangan jaman.
103.      Waktu itu ada otokritik dari Tuan Mahathir Muhamad PM Malaysia (masa itu) mengingatkan dunia Islam, jangan pakai tafsir lama zaman Bani Abbas dari kerajaan Abbasiyah 10 abad lalu di pakai secara buta.
104.      Generasi sekarang harus up date dan punya tafsir mengikuti kemajuan zaman.
105.      Mengartikan setiap hikmah kehidupan di zaman modern ini.
106.      Makanya ada symposium ini.
107.      Pertemuan waktu itu sangat terbuka, para doktor lulusan terbaik negeri 1000 menara Mesir, Yaman, Saudi, para ikhwan, dari ikhawanul muslimin mesir, HT dan banyak doktor doktor agama dan ulama senior dari organisasi Islam besar tanah air hadir.
108.      Mantap deh pertemuan nasional di Bandung kala itu.
109.      Acara 4 hari fokus group diskusi itu diawali dengan metode diskusi di awalnya.
110.      Ternyata makan 3 jam, masih belum menemukan formatnya.
111.      Entah angin apa ketika nama saya mewakili organisasi pesantren di panggil untuk memberikan pendapat.
112.      Pak kiai pakde saya kasih mike ke saya.
113.      "Tuh. Bicara." katanya..
114.      Dengan diawali kalimat sapaan standar, saya memulai bicara dan memberi usulan.
115.      Saya berkata, "Bapak ibu yang terhormat. Bagaimana kalau diskusi awal kita tidak menggunakan referensi al Quran sebagai acuan, tetapi pakai akal sehat saja dulu, pakai common sense?
116.      Al Quran itu terlalu mulia. Kita gunakan terakhir.
117.      Jangan apa-apa berdasarkan ayat ini.
118.      Atau berdasar perawi ini.
119.      Atau berdasar tafsir itu.
120.      Wah kita kelelahan karena berdebat nanti.
121.      Kita pakai akal sehat aja.
122.      Karena menghindari multi tafsir."
123.      Wah, kalimat saya langsung di debat keras.
124.      Wah ngak bisa!!!
125.      Kita kan lagi bicarakan al Quran dan lain komentar pedas-pedas lainnya.
126.      Saya ya cuek saya, toh saya lagi pegang mike.
127.      Saya lanjutkan begini, saya tanya. "Siapa yang percaya di ruangan ini Nabi Muhammad adalah nabi terakhir."
128.      Semua diam dan semua angkat tangan tinggi-tinggi.
129.      Kenapa? saya bertanya.
130.      Karena di al-Quran ada mengatakan, “katamul nabiyin”, katam terakhir, nabi terakhir.
131.      Jawab doktor yang duduk di barisan depan.
132.      Tuh kan kita bawa ke Quran lagi?
133.      Kata saya..lalu saya lanjutkan , Ok saya tanya sekarang: Nabi Muhammad itu apa nabi terakhir, apa KENABIAN berakhir?
134.      Semua terdiam.
135.      Mereka otaknya yang mulai cari data di al Quran.
136.      Ngak ada tuh data itu.
137.      Saya tanya lagi apakah kenabian berakhir?
138.      Sebelum ada yang menjawab, “Saya lanjutkan dengan pertanyaan: Siapa Presiden terakhir di lndonesia?
139.      Gus Dur, (waktu itu beliau presiden)
140.      Apakah kepresidenan di lndonesia berakhir? Tidak kan.
141.      "Sekali lagi apakah kenabian berakhir?"
142.      Maka saya jawab sendiri, terserah Allah. Itu hak Allah, emang manusia yang atur?
143.      Wah..ruangan mendadak bubar, suara makian hujatan kesaya kembali menggelora. Ini edan ini orang, dasar ngak ngerti agama.
144.      Sontoloyo..turun luh!!!
145.      Saya menatap pini sepuh NU di sisi pakde paklik saya..wajah mereka semua sama..datar, sambil tangan tetap nge-wirid tasbih, dan semuanya berkata dengan gerak wajah..lanjutkan kalau kamu berani bicara.
146.      Saya celingukan, kembali mike saya dekatkan ke bibir saya dan melanjutkan bicara,”Begini bapak-bapak sekalian ...selamat berbuka puasa.”
(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment