Monday, April 6, 2020

4083. CORONA DARI SEMARANG


CORONA DARI SEMARANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1.    KAYA SEMARANG
2.    Oleh Dahlan lskan
3.    COWASJP.COM – Kuburan pun sepi. 
4.    Padahal Sabtu kemarin adalah hari Cingbing.
5.    Pedagang bunga  --yang biasanya panen raya-- ikut gigit jari.
6.    Tapi mereka sudah pintar.
7.    Mereka sudah tahu: tahun ini ada Covid-19.
8.    Tidak muncul pedagang bunga dadakan yang memenuhi pinggir jalan.
9.    Pasar bunga pun sepi. 
10. Keluarga Tionghoa memilih mendoakan orang tua di rumah masing-masing.
11. Mereka tahu resiko tertular Covid-19.
12. "Jangan sampai terjadi seperti di Semarang," ujar seorang teman Tionghoa di Surabaya.
13. Ada apa di Semarang?
14. Di kalangan Tionghoa beredar medsos kejadian di Semarang itu.
15. Empat orang pengusaha meninggal hampir serentak.
16. Banyak lainnya masuk rumah sakit hampir bersamaan.
17. "Drama Covid-19 Semarang" mirip dengan "Drama Gereja GPIB di Bogor".
18. Atau "Drama Jamaah Tabligh" di Jakarta.
19. Terlalu banyak tular-menular hanya satu rangkaian acara.
20. Di Semarang yang meninggal "hanya" 4 orang.
21. Tapi semuanya orang kaya-raya.
22. Meninggalnya beruntun pula.
23. Hanya dalam 3 hari.
24.  Antara tanggal 25 sampai 28 Maret lalu.
25. Maka hebohnya melebihi yang lain. 
26. Juga karena medsos berseliweran.
27. Yang benar bercampur dengan setengah benar dan tidak benar. 
28. Yang terkaya di antara yang kaya itu bernama --baiknya tidak usah disebut.
29. Saya dikirimi foto lengkap.
30. Termasuk foto acara ulang tahun dan karaoke itu.
31. Tapi terlalu pahit untuk dipublikasikan.
32. Juga karena tidak ada hubungannya dengan peristiwa. 
33. Yang terkaya itu bisnis di bidang kimia --pedagang besar barang kimia.
34. Juga dikenal pengusaha lemah --lemahe akeh banget (tanahnya banyak sekali).
35. Rumahnya di daerah paling mahal di Semarang: Jalan Sultan Agung.
36. Di kawasan Candi.
37. Yang dari ketinggian ini bisa melihat ke bawah: ke pusat kota Semarang.
38. Juga bisa melihat laut yang di utara sana.
39. Bos-bos Djarum punya rumah di sini.
40. Hartono bersaudara itu.
41. Rumah mereka di deretan jalan ini.
42. Rumah bos besar Sido Muncul tidak jauh dari sini.
43. Semarang heboh.
44. Dunia orang Tionghoa lebih heboh.
45. Ditambah bumbu lebih seru.
46. Yang tidak benar.
47. Misalnya soal istri orang terkaya di antara yang meninggal tadi.
48. Dia dikabarkan ikut masuk rumah sakit.
49. Bersama anak-anaknya.
50. Padahal sang istri baik-baik saja.
51. Demikian juga anak-anaknya.
52. Ssang istri harus membuat video.
53. Klarifikasi menunjukkan dalam keadaan baik-baik saja.
54. Lagi bersama anak-anaknya.
55. Bercengkerama di taman di sebelah rumahnya.
56. Saya juga mendapat video itu.
57. Keluarga tersebut sibuk klarifikasi.
58.  Juga mengancam menuntut pengedar hoaks tentang keluarga itu.
59. Kemarin muncul iklan resmi.
60. Iklan duka cita.
61. Dari keluarga ini.
62. Tidak disebut beliau meninggal karena Covid-19.
63. Disebutkan meninggal karena sakit pernafasan.
64. Ditambah beberapa sakit kronis lainnya: darah tinggi dan diabetes. 
65. Nama almarhum disebut lengkap: Agus Setyawan Hartono.
66. Alias Njoo Hok Sing.
67. Nama istri dan anak-anaknya pun lengkap disebut di bawahnya.
68. Begitu memang umumnya iklan duka cita.
69. Virus Corona terbukti tidak mengenal siapa pun.
70. Uang berlimpah tidak bisa menjamin keselamatan nyawa. 
71. Drama kian seru ada cerita di baliknya.
72. Ulang tahun suami-istri di bulan sama.
73. Bulan Maret.
74. Suami di awal bulan.
75. Istri pertengahan bulan.
76. Hanya beda 10 harian.
77. Maka di bulan itu ada 2 perayaan ulang tahun.
78. Di rumahnya di atas itu.
79. Para pengusaha besar hadir.
80. Kerabat dan keluarga juga hadir.
81. Termasuk dari Surabaya.
82. Peluk cium terjadi.
83. Lalu berfoto bersama.
84. Di pinggir kolam renang besar.
85. Apakah mereka menularkan Covid-19 di acara itu?
86. Kalau iya, di acara pertama atau kedua?
87. Tidak ada yang tahu.
88. Penyelidikan belum sampai ke sana.
89. Bisa saja bukan acara itu. 
90. Bukan? 
91. Bisa jadi.
92. Di antara 2 ulang tahun, masih ada acara lain: arisan.
93.  Mereka kumpul di salah satu restoran milik anggota.
94. Juga suami istri.
95. Banyak yang melanjutkan acara dengan karaoke.
96. Ruang karaoke di lantai atasnya.
97. Semua orang bergembira.
98. Bahagia. 
99. Saat itu.
100.      Lalu....
101.      Semua orang menjadi sangat sedih.
102.      Terutama di perkumpulan itu.
103.      Mereka panik.
104.      Ada yang depresi: bagaimana orang begitu kaya harus opname di kelas 3.
105.      Tidak ada kamar kelas 2.
106.      Apa lagi kelas 1.
107.      Lebih lagi VIP.
108.      Orang terkaya di antara 4 harus meninggal di kelas 3.
109.      Ia tidak sendirian. 
110.      Salah satu wanita perkumpulan juga meninggal di kelas 3 yang sama. 
111.      Dia janda. Sudah agak tua.
112.      Anak sulungnya 1 rumah tidak boleh menengoknya.
113.      Demikian juga 3 anak lainnya.
114.      Ketika wanita tersebut meninggal, si anak hanya bisa menyerahkan sepenuhnya jasad ibunya ke rumah sakit.
115.      Untuk dikuburkan oleh pihak rumah sakit.
116.      Tanpa kehadiran siapa pun.
117.      Anak-anaknya tentu menangis.
118.      Amat sedih.
119.      Bagaimana bisa ibunya sakit keras tanpa bisa menungguinya.
120.      Dan ketika meninggal tidak bisa di sampingnya.
121.      Bahkan ketika dimakamkan tidak bisa mengantar ke makamnya.
122.      Untungnya sang ibu bisa dimakamkan di pemakaman Tionghoa di Ungaran.
123.      Anak-anaknya mohon ke rumah sakit.
124.      Dengan mengganti seluruh biaya.
125.      Berapa pun. 
126.      Sang anak bukan tidak mencintai sang ibu.
127.      Tapi tidak boleh.
128.      Pasien yang meninggal karena Covid-19 punya prosedur pemakaman sendiri.
129.      Tapi sang anak takut tertular.
130.      Lalu harus masuk rumah sakit.
131.      Lebih-lebih mereka takut dengan sal kelas 3 itu.
132.      Kalau ia ke rumah sakit harus mengaku: ia tinggal serumah dengan almarhum.
133.      Berarti ODP. 
134.      Ia membayangkan --yang sebenarnya salah-- begitu dinyatakan ODP harus masuk rumah sakit.
135.      Lalu tidak mendapat kamar yang bagus.
136.      Ia harus masuk kelas 3 seperti lainnya.
137.      Lalu meninggal dunia.
138.      Dia memutuskan: pilih di rumah saja.
139.      Tidak perlu di RS.
140.      Biarlah ibunya diurus pihak RS.
141.      Ia mengarantina diri di rumah.
142.      Bersama istri, anak, dan pembantu.
143.      Total ada 6 orang di rumah itu.
144.      Para tetangga sangat baik.
145.      Mau membantu.
146.      Mereka menyiapkan semua keperluan isolasi.
147.      Menyiapkan makanan yang diminta.
148.      Setiap waktu makan tiba, tetangga meletakkan makanan di depan rumah.
149.      Begitu si tetangga pergi, ia ambil makanan itu. 
150.      Tidak hanya makanan.
151.      Apa pun bisa disiapkan tetangga.
152.      Vitamin, buah, dan segala macam keperluan. 
153.      Hari Senin ini adalah hari ke 13 mereka lockdown mandiri.
154.      Semua baik saja.
155.       Saya ikut mendoakan mereka agar berhasil melewati hari ke 14 dengan sehat.
156.      Ia tidak sendirian memutuskan cara seperti itu.
157.      Teman lainnya melakukan hal sama.
158.      Kian banyak yang pilih isolasi mandiri di rumah.
159.      Tidak hanya di Semarang.
160.      Di seluruh Indonesia.
161.      Sambil memperbaiki kondisi badan secara maksimal.
162.      Dengan cara makan sayur dan buah. Dan vitamin.
163.      Dan minum banyak air hangat. 
164.      Dan itu bisa meringankan rumah sakit. 
165.      Toh semua tahu: belum ada obatnya.
166.      Orang kaya juga pusing.
167.      Pusingnya berbeda dengan yang tidak punya uang.
168.      Coba lihat daftar persoalan orang kaya --dan orang miskin-- yang banyak beredar di medsos ini:
169.      Ups... Pusingnya beda.
170.      Hanya urutannya yang sama.(*)
(Sumber: internet Dahlan Iskan).



Related Posts:

0 comments:

Post a Comment