CORONA DARI SEMARANG
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. KAYA
SEMARANG
2. Oleh
Dahlan lskan
3. COWASJP.COM – Kuburan pun
sepi.
4. Padahal
Sabtu kemarin adalah hari Cingbing.
5. Pedagang
bunga --yang biasanya panen raya-- ikut gigit jari.
6. Tapi
mereka sudah pintar.
7. Mereka
sudah tahu: tahun ini ada Covid-19.
8. Tidak
muncul pedagang bunga dadakan yang memenuhi pinggir jalan.
9. Pasar
bunga pun sepi.
10. Keluarga
Tionghoa memilih mendoakan orang tua di rumah masing-masing.
11. Mereka
tahu resiko tertular Covid-19.
12. "Jangan
sampai terjadi seperti di Semarang," ujar seorang teman Tionghoa di
Surabaya.
13. Ada
apa di Semarang?
14. Di
kalangan Tionghoa beredar medsos kejadian di Semarang itu.
15. Empat
orang pengusaha meninggal hampir serentak.
16. Banyak
lainnya masuk rumah sakit hampir bersamaan.
17. "Drama
Covid-19 Semarang" mirip dengan "Drama Gereja GPIB di Bogor".
18. Atau
"Drama Jamaah Tabligh" di Jakarta.
19. Terlalu
banyak tular-menular hanya satu rangkaian acara.
20. Di
Semarang yang meninggal "hanya" 4 orang.
21. Tapi
semuanya orang kaya-raya.
22. Meninggalnya
beruntun pula.
23. Hanya
dalam 3 hari.
24. Antara tanggal 25 sampai 28 Maret lalu.
25. Maka
hebohnya melebihi yang lain.
26. Juga
karena medsos berseliweran.
27. Yang
benar bercampur dengan setengah benar dan tidak benar.
28. Yang
terkaya di antara yang kaya itu bernama --baiknya tidak usah disebut.
29. Saya
dikirimi foto lengkap.
30. Termasuk
foto acara ulang tahun dan karaoke itu.
31. Tapi
terlalu pahit untuk dipublikasikan.
32. Juga
karena tidak ada hubungannya dengan peristiwa.
33. Yang
terkaya itu bisnis di bidang kimia --pedagang besar barang kimia.
34. Juga
dikenal pengusaha lemah --lemahe akeh banget (tanahnya banyak sekali).
35. Rumahnya
di daerah paling mahal di Semarang: Jalan Sultan Agung.
36. Di
kawasan Candi.
37. Yang
dari ketinggian ini bisa melihat ke bawah: ke pusat kota Semarang.
38. Juga
bisa melihat laut yang di utara sana.
39. Bos-bos
Djarum punya rumah di sini.
40. Hartono
bersaudara itu.
41. Rumah
mereka di deretan jalan ini.
42. Rumah
bos besar Sido Muncul tidak jauh dari sini.
43. Semarang
heboh.
44. Dunia
orang Tionghoa lebih heboh.
45. Ditambah
bumbu lebih seru.
46. Yang tidak
benar.
47. Misalnya
soal istri orang terkaya di antara yang meninggal tadi.
48. Dia
dikabarkan ikut masuk rumah sakit.
49. Bersama
anak-anaknya.
50. Padahal
sang istri baik-baik saja.
51. Demikian
juga anak-anaknya.
52. Ssang
istri harus membuat video.
53. Klarifikasi
menunjukkan dalam keadaan baik-baik saja.
54. Lagi
bersama anak-anaknya.
55. Bercengkerama
di taman di sebelah rumahnya.
56. Saya
juga mendapat video itu.
57. Keluarga
tersebut sibuk klarifikasi.
58. Juga mengancam menuntut pengedar hoaks tentang
keluarga itu.
59. Kemarin
muncul iklan resmi.
60. Iklan
duka cita.
61. Dari
keluarga ini.
62. Tidak
disebut beliau meninggal karena Covid-19.
63. Disebutkan
meninggal karena sakit pernafasan.
64. Ditambah
beberapa sakit kronis lainnya: darah tinggi dan diabetes.
65. Nama
almarhum disebut lengkap: Agus Setyawan Hartono.
66. Alias
Njoo Hok Sing.
67. Nama
istri dan anak-anaknya pun lengkap disebut di bawahnya.
68. Begitu
memang umumnya iklan duka cita.
69. Virus
Corona terbukti tidak mengenal siapa pun.
70. Uang
berlimpah tidak bisa menjamin keselamatan nyawa.
71. Drama
kian seru ada cerita di baliknya.
72. Ulang
tahun suami-istri di bulan sama.
73. Bulan
Maret.
74. Suami
di awal bulan.
75. Istri
pertengahan bulan.
76. Hanya
beda 10 harian.
77. Maka
di bulan itu ada 2 perayaan ulang tahun.
78. Di
rumahnya di atas itu.
79. Para
pengusaha besar hadir.
80. Kerabat
dan keluarga juga hadir.
81. Termasuk
dari Surabaya.
82. Peluk
cium terjadi.
83. Lalu berfoto
bersama.
84. Di
pinggir kolam renang besar.
85. Apakah
mereka menularkan Covid-19 di acara itu?
86. Kalau
iya, di acara pertama atau kedua?
87. Tidak
ada yang tahu.
88. Penyelidikan
belum sampai ke sana.
89. Bisa
saja bukan acara itu.
90. Bukan?
91. Bisa
jadi.
92. Di
antara 2 ulang tahun, masih ada acara lain: arisan.
93. Mereka kumpul di salah satu restoran milik
anggota.
94. Juga
suami istri.
95. Banyak
yang melanjutkan acara dengan karaoke.
96. Ruang
karaoke di lantai atasnya.
97. Semua
orang bergembira.
98. Bahagia.
99. Saat
itu.
100. Lalu....
101. Semua
orang menjadi sangat sedih.
102. Terutama
di perkumpulan itu.
103. Mereka
panik.
104. Ada
yang depresi: bagaimana orang begitu kaya harus opname di kelas 3.
105. Tidak
ada kamar kelas 2.
106. Apa
lagi kelas 1.
107. Lebih
lagi VIP.
108. Orang terkaya
di antara 4 harus meninggal di kelas 3.
109. Ia
tidak sendirian.
110. Salah
satu wanita perkumpulan juga meninggal di kelas 3 yang sama.
111. Dia
janda. Sudah agak tua.
112. Anak
sulungnya 1 rumah tidak boleh menengoknya.
113. Demikian
juga 3 anak lainnya.
114. Ketika
wanita tersebut meninggal, si anak hanya bisa menyerahkan sepenuhnya jasad
ibunya ke rumah sakit.
115. Untuk
dikuburkan oleh pihak rumah sakit.
116. Tanpa
kehadiran siapa pun.
117. Anak-anaknya
tentu menangis.
118. Amat
sedih.
119. Bagaimana
bisa ibunya sakit keras tanpa bisa menungguinya.
120. Dan
ketika meninggal tidak bisa di sampingnya.
121. Bahkan
ketika dimakamkan tidak bisa mengantar ke makamnya.
122. Untungnya
sang ibu bisa dimakamkan di pemakaman Tionghoa di Ungaran.
123. Anak-anaknya
mohon ke rumah sakit.
124. Dengan
mengganti seluruh biaya.
125. Berapa
pun.
126. Sang
anak bukan tidak mencintai sang ibu.
127. Tapi
tidak boleh.
128. Pasien
yang meninggal karena Covid-19 punya prosedur pemakaman sendiri.
129. Tapi
sang anak takut tertular.
130. Lalu
harus masuk rumah sakit.
131. Lebih-lebih
mereka takut dengan sal kelas 3 itu.
132. Kalau ia
ke rumah sakit harus mengaku: ia tinggal serumah dengan almarhum.
133. Berarti
ODP.
134. Ia
membayangkan --yang sebenarnya salah-- begitu dinyatakan ODP harus masuk rumah
sakit.
135. Lalu
tidak mendapat kamar yang bagus.
136. Ia
harus masuk kelas 3 seperti lainnya.
137. Lalu
meninggal dunia.
138. Dia memutuskan:
pilih di rumah saja.
139. Tidak
perlu di RS.
140. Biarlah
ibunya diurus pihak RS.
141. Ia mengarantina
diri di rumah.
142. Bersama
istri, anak, dan pembantu.
143. Total
ada 6 orang di rumah itu.
144. Para
tetangga sangat baik.
145. Mau
membantu.
146. Mereka
menyiapkan semua keperluan isolasi.
147. Menyiapkan
makanan yang diminta.
148. Setiap
waktu makan tiba, tetangga meletakkan makanan di depan rumah.
149. Begitu
si tetangga pergi, ia ambil makanan itu.
150. Tidak
hanya makanan.
151. Apa
pun bisa disiapkan tetangga.
152. Vitamin,
buah, dan segala macam keperluan.
153. Hari
Senin ini adalah hari ke 13 mereka lockdown mandiri.
154. Semua
baik saja.
155. Saya ikut mendoakan mereka agar berhasil
melewati hari ke 14 dengan sehat.
156. Ia
tidak sendirian memutuskan cara seperti itu.
157. Teman
lainnya melakukan hal sama.
158. Kian
banyak yang pilih isolasi mandiri di rumah.
159. Tidak
hanya di Semarang.
160. Di
seluruh Indonesia.
161. Sambil
memperbaiki kondisi badan secara maksimal.
162. Dengan
cara makan sayur dan buah. Dan vitamin.
163. Dan
minum banyak air hangat.
164. Dan
itu bisa meringankan rumah sakit.
165. Toh
semua tahu: belum ada obatnya.
166. Orang
kaya juga pusing.
167. Pusingnya
berbeda dengan yang tidak punya uang.
168. Coba
lihat daftar persoalan orang kaya --dan orang miskin-- yang banyak beredar di
medsos ini:
169. Ups...
Pusingnya beda.
170. Hanya
urutannya yang sama.(*)
(Sumber: internet Dahlan Iskan).
0 comments:
Post a Comment