Thursday, April 23, 2020

4237. GAJI BESAR TANPA TANGGUNG JAWAB


GAJI BESAR TANPA TANGGUNG JAWAB
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1.    VENTILATOR TENGKURAP
2.    Oleh : Dahlan Iskan
3.    Mulailah berlatih prone –tidur dengan posisi tengkurap.
4.    Alias guring batiharap.
5.    Kebalikan dari telentang.
6.    Prone dan ventilator jadi pembicaraan di media Barat.
7.    Penderita Covid-19 ditolong dengan ventilator banyak meninggal.
8.    Sebaliknya, pasien diminta melakukan prone banyak terselamatkan.
9.    Tidak mudah guring batiharap.
10. Saya pernah dilatih khusus mengeluarkan dahak dari saluran pernafasan.
11. Agar setelah transplantasi hati selesai –14 tahun lalu– dahak tidak masuk paru.
12. Saya harus dianestesi lebih dari 12 jam –operasinya  8 jam.
13. Keesokan harinya, ketika saya siuman, instruksi pertama perawat ICU: keluarkan dahak.
14. Berhasil. Berkat latihan itu.
15. Kini saya latihan prone. Jaga-jaga.
16. Mengapa di pasien Covid-19 ventilator justru membunuh?
17. Menurut ahli di Barat tiupan oksigen membuat dahak masuk ke paru-paru.
18. Padahal dahak bervirus Corona menyebabkan paru buntu –tidak bisa mengalirkan oksigen ke darah.
19. Banyak pasien dibiarkan meninggal tanpa diberi bantuan ventilator.
20. Bukan soal kekurangan ventilator tapi ventilator tidak banyak membantu –bahkan mempercepat kematian.
21. Media Amerika banyak memberitakan ini.
22. Apakah universitas di Indonesia yang mengembangkan teknologi ventilator lokal harus berhenti menjelang finis?
23. Sekarang tidak hanya Masjid Salman ITB yang mengembangkan ventilator: Vent-I.
24. Juga ITS, Politeknik Surabaya, dan UGM.
25. Sampai universitas di Sumbawa –Universitas Teknologi Sumbawa didirikan Dr Zulkieflimansyah jauh sebelum jadi gubernur NTB.
26. Apakah ventilator non-invasive seperti Vent-I tetap diperlukan?
27. “Harus!,” tegas Dr. dr (dan banyak gelar lainnya) Ike Sri Rejeki dari Bandung.
28. Dr Ike adalah ahli anestesi dan perawatan intens.
29. Dia mengepalai departemen itu di RS Hasan Sadikin.
30. Juga mengepalai bidang studi itu di Universitas Padjadjaran.
31. Dr Ike juga pemimpin redaksi Jurnal Anestesi Perioperatif.
32. Saya bingung menebak orang mana dia.
33. “Ike itu kan nama Sunda. Tapi Sri Rejeki nama Jawa. Dokter ini orang mana?” tanya saya.
34. “Hahaha orang Indonesia pak,” jawabnya.
35.  “Saya Sunda 100 persen, hanya bapak ibu saya lama di Jogja,” tambahnya.
36. Dia asli Unpad 100 persen. Gelar dokter, spesialis, master, doktor, dan saya tidak hafal, semua diraih di Unpad.
37. Dokter Ike adalah ‘Ketua RT’ di ICU.
38. Dia akrab dengan batang seperti ventilator.
39. Ventilator ramai diperbincangkan di Amerika yang sifatnya invasive.
40. Yakni ventilator biasanya di ruang ICU.
41. Yang penggunaannya harus melalui pembuatan lubang di tenggorokan.
42. Dari lubang tenggorokan selangnya dimasukkan ke saluran pernafasan.
43. Saya pernah menjalani itu.
44. Saat transplantasi dulu.
45. Itu tidak sama dengan yang coba dikembangkan perguruan tinggi tersebut.
46. Yang dikembangkan adalah ventilator non-invasive.
47. Tidak pakai perlubangan tenggorokan.
48. Hanya lewat hidung.
49. “Sangat bermanfaat untuk sekarang,” ujar Dr Ike.
50. Alat itu belum dimiliki rumah sakit.
51. Yakni ventilator non-invasive independen.
52. Memang RS kita memilikinya.
53. Tapi fungsi itu menyatu di alat ventilator invasive.
54. Yang, ehm, yang mahal itu.
55. Harus ditaruh di ruang ICU itu.
56. Di alat itu ada mode invasive dan mode non-invasive.
57. Sebaiknya, kata dr Ike, penanganan pasien saat ini lebih fokus di stage II.
58. Itu disebut tahap sedang (moderate).
59.  “Agar pasien tidak ke stage III,” ujar Dr Ike.
60. Kalau sudah masuk tahap III (severe) penanganannya harus di ICU dan lebih sulit.
61. “Salah satu usaha di tahap II ini adalah ventilator non-invasive itu,” ujar Dr Ike.
62. “Itu bisa mencegah hipoksemia,” tambahnya.
63. Hipoksemia adalah sesak nafas akibat kurangnya oksigen dalam saluran darah.
64. Alat seperti Vent-I penting diadakan.
65. Justru karena independensinya.
66. Pengoperasiannya mudah. Dokter umum bisa.
67. Bahkan perawat sekali pun.
68. Ini kesempatan dalam negeri untuk berkembang –dari teknologi yang dianggap terlalu sederhana.
69. Saya menghargai proses merangkak.
70. Ada bayi tanpa merangkak bisa langsung membaca DI’s Way.
71. Proses merangkak harus dihargai.
72. Saya mengagumi yang mau membuat langkah –sesederhana apa pun.
73. Apalagi kalau bagian dari proses merangkak.
74. Kurangnya penghargaan proses seperti itu membuat tidak kunjung sampai tujuan.
75. Terus  diinginkan langsung canggih.
76. Baru bisa lolos uji kalau mencapai standar ‘itu’.
77. Maunya langsung melebihi tercanggih.
78. Penemuan sederhana langsung dihina –cuma begitu.
79. Saya ingat Geely.
80. Pabrik mobil raksasa di Tiongkok.
81. Yang kini mengambil alih Volvo.
82. Yang jadi pemegang saham terbesar Mercedes-Benz.
83. Dulunya 1986, hanya bengkel mobil.
84. Diizinkan membuat mobil sangat jelek sekali –lebih jelek dibanding mobil listriknya Kang Dasep Ahmadi.
85. Geely berkembang. Menjadi raksasa permobilan seperti sekarang.
86. Tapi ya sudahlah.
87. Kita bicara penyakit pernafasan.
88. Baik ditanyakan: apakah dokter Ike pernah minta pasien melakukan prone?
89. “Pernah. Setahun terakhir ini 1 kali,” ujarnya.
90. Pasien berumur 55 tahun.
91. Mminta pasien melakukan prone luar biasa rumitnya.
92. Pasien merasa tidak nyaman.
93. Perlu banyak perawat membantu.
94. “Apakah berhasil baik?,” tanya saya.
95. “Sebenarnya berhasil. Bahkan sudah bisa extub,” ujarnyi.
96. Extub adalah tahap selang dilepas dari tenggorokan.
97. “Sudah pindah ke ruang perawatan biasa. Tapi meninggal di ruang perawatan,” katanya.
98. Tidak semua pasien bisa diminta guring batiharap.
99. Pasien gemuk sekali misalnya –tidak mungkin melakukan itu.
100.      Juga tekanan darahnya tidak stabil. Atau jantungnya bermasalah.
101.      Walhasil, yang paling enak yang seger-bagas-waras.
102.      Yang tidak punya tanggungjawab apa pun –seperti menjadi stafsus misalnya.
103.      Apalagi kalau kantongnya ikut seger-bagas-waras.
(Sumber: internet Dahlan lskan)


Related Posts:

  • 977. PESAWATCATATAN HAJI 2018 (Seri ke-9) (Oleh : M. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur) (Regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya) KEGIATAN… Read More
  • 977. PESAWATCATATAN HAJI 2018 (Seri ke-9) (Oleh : M. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur) (Regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya) KEGIATAN… Read More
  • 976. KE JUANDA CATATAN HAJI 2018 (Seri ke-8) (Oleh : M. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur) (Regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya) … Read More
  • 976. KE JUANDA CATATAN HAJI 2018 (Seri ke-8) (Oleh : M. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur) (Regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya) … Read More
  • 977. PESAWATCATATAN HAJI 2018 (Seri ke-9) (Oleh : M. Yusron Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur) (Regu 23, rombongan 6, kloter 71 Surabaya) KEGIATAN… Read More

0 comments:

Post a Comment