TETAP AKTIF DALAM CORONA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

1. Tetap Aktif dan Produktif di Tengah
Pagebluk
2. Oleh: Robby H. Abror*
3. Kecemasan tampak pada raut muka setiap
anak bangsa kala pagebluk atau wabah corona (Covid-19) yang terjadi sejak tahun
2019 dan telah merambah seluruh dunia hingga jutaan orang terinfeksi positif
dan ratusan ribu orang meninggal dunia.
4. Wajar saja ekspresi itu terjadi, sebab
setiap orang pada masa pandemi Covid-19 ini bertambah beban hidupnya.
5. Singkat kata, problematika sosial
berkecamuk memenuhi hati dan pikiran kita.
6. Ekonomi seolah-olah runtuh, warung-warung
tutup, mall juga demikian.
7. Ojek online (OJOL) juga mengalami hal
serupa.
8. Setiap sendi kehidupan ini tak lepas dari
deru keprihatinan.
9. Selain realitas tersebut, masyarakat
dikagetkan dengan dilepasnya puluhan ribu narapidana (napi) untuk
mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 di balik jeruji penjara.
10. Ribuan orang juga di-PHK.
11. Tindakan kriminalitas marak lagi.
12. Satu persatu ditangkap dan dijebloskan
kembali oleh pihak berwajib atau kepolisian.
13. Pemerintah dibikin kelabakan, sibuk dan
pusing tujuh keliling dengan semua fenomena dan peristiwa tersebut.
14. Lantas apa yang bisa dilakukan oleh kita
yang diharuskan karantina atau isolasi di dalam rumah minimal selama 14 hari.
15. Diberlakukannya lockdown atau dalam
bahasa pemerintah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lumayan membuat makin
terhentinya denyut nadi kehidupan ekonomi di tanah air.
16. Lockdown Sosial bukan Lockdown Pikiran
17. Banyak pihak yang mengkritik bahwa
instruksi PSBB itu terbilang terlambat karena sudah ribuan yang terinfeksi
positif virus corona di Indonesia.
18. Belum lagi polemik dan konflik kepentingan
antara pemerintah pusat dan daerah menambah bingung rakyat di kalangan bawah.
19. Banyak yang mengeluhkan penanganan wabah
covid-19 berjalan lamban dan tidak profesional.
20. Belum lagi data yang diupdate setiap hari
oleh pemerintah dinilai tidak sesuai dengan kenyataan.
21. Apa yang terjadi di lapangan disinyalir
lebih banyak berkali lipat dari pada angka yang diumumkan setiap harinya di
layar kaca atau TV.
22. Yang positif terinfeksi, pasien dalam
pengawasan (PDP), orang dalam pantauan (ODP), orang tanpa gejala (OTG) tapi
sangat rawan tertular karena kontak erat dengan pasien positif, yang sembuh dan
yang meninggal dunia, di lapangan justru lebih banyak daripada yang diumumkan.
23. Kenyataan ini seperti ditutup-tutupi.
Harian Kompas (23/4/2020) yang terbit sehari jelang puasa Ramadan memasang
headline dengan bunyi yang menggemaskan “Transparansi Data Covid-19 Semakin
Mendesak”.
24. Anehnya, penyampaikan berita seperti ini
pun masih dibilang hoax dan dapat dianggap menyebar fitnah oleh sebagian
netizen.
25. Benar-benar “aneh tapi nyata” lalu lintas
kehidupan di negeri +62 ini. Kebersamaan jadi retak disebabkan kritik atau
sekadar menyampaikan kebenaran atau pandangan yang berbeda dengan sikap
pemerintah.
26. Kran demokrasi seperti mandeg atau masih
jalan di tempat.
27. Sikap kritis dianggap ancaman dan musuh.
28. Kebenaran dibungkam.
29. Nasi sudah menjadi bubur.
30. Sejarah akan mencatatnya.
31. Suara kritis seolah tidak akan ada yang
mendengar.
32. Demikian juga masukan dan kritik tajam
dari pakar ekonomi dan keuangan sekelas Rizal Ramli—mantan Menko Bidang
Kemaritiman, Menko Bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan masa Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur)— dibilang nyinyir.
33. Dalam situasi seperti ini, ada baiknya
kita lupakan hiruk-pikuk politik yang tidak sehat dan tak pernah selesai.
34. Kotak cebong dan kampret (“percekcokan
abadi” sejak pilpres tahun lalu) telah menjadi alat lockdown pikiran.
35. Selama tidak bisa keluar dari “Pembatasan
Pikiran Bersaka Besar” atau lockdown pikiran Cebong-Kampret ini, kita tidak
akan dewasa melihat perbedaan dan terjebak pada kebencian dan permusuhan abadi.
36. Untuk sementara waktu, pujian, sticker
dan emoticon “jempol” dan “love” di media sosial bisa menjadi sarana mengakhiri
lockdown pikiran antar pihak yang berseberangan dan saling membenci, agar dunia
sejenak mampu tersenyum.
37. Tetaplah bersahabat dengan siapa pun dan
terus berkarya.
38. Jangan habiskan energi percuma, arahkan
pada pikiran positif kegiatan produktif, sebab PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar) itu bukan PPBB (Pembatasan Pikiran Berskala Besar).
39. Melakukan yang Terbaik
40. Berdiam diri di rumah dalam waktu lebih
dari sebulan sejak pertengahan Maret 2020 hingga puasa Ramadan bahkan hingga
melampaui masa Hari Raya Idul Fitri—bahkan ada yang sudah memperkirakan
hitungan bakal terjadi tahunan—akan terasa panjang, melelahkan dan membosankan.
41. Meskipun sudah ada perintah WFH (Work
From Home), hanya berapa persen saja dari ratusan juta penduduk bangsa ini yang
bisa menghasilkan uang dari rumah. Tak
mungkin dipukul rata.
42. Setiap orang mengalami kebingungan bahkan
keputusasaan.
43. Beberapa di antara anak bangsa meninggal
dunia karena tak bisa makan sesuap nasi, terlambat menerima uluran tangan.
44. Sebagian lagi meninggal karena positif
terinfeksi Covid-19 ini.
45. Sebagian lagi berjuang mempertahankan
kehidupan ini agar tetap berjalan sebagaimana mestinya.
46. Lima macam kegiatan dapat disampaikan di
sini untuk mengisi ruang dan waktu yang sangat longgar tersebut.
47. Sederhananya, kegiatan itu meliputi
pekerjaan di dalam rumah (dan bisa juga di luar rumah tapi secara terbatas).
48. Semua pekerjaan kreatif tersebut bisa
dimulai dari sekarang, di sini dan dari diri kita sendiri.
1) Membaca buku-buku yang selama ini mungkin
belum pernah disentuh atau bahkan menyelesaikan bacaan sampai tuntas.
a. Meringkas hasil bacaan.
b. Menulisnya dalam bank data di komputer, laptop
atau hand phonekita.
c. Yang suatu saat akan sangat berguna kita
gunakan untuk melengkapi tulisan kita atau sebagai bahan ceramah, khutbah,
pidato, dan sebagainya.
d. Bisa juga dipakai untuk membuat peta
konsep (mind map) semacam draft buku, novel, cerpen atau puisi.
2) Membuat aneka kreativitas semacam hasil
karya olah tangan (handmade).
a. Membuat karangan bunga, membikin kue,
menata ruangan, dan lain-lain.
b. Bisa juga mencoba menjual barang secara
online dari hasil karya sendiri.
c. Atau menjadi reseller dari produk atau
barang jualan teman.
d. Masa Ramadan ini bisa dimanfaatkan dengan
baik.
e. Ada teman yang menjual ruthob (kurma
muda)—khasiatnya bisa dicek langsung dari internet—dari Arab Saudi, ada juga
yang menawarkan kurma Iran yang lezat.
f. Meskipun ada yang tidak suka dengan
mengatakan itu “kurma Syi’ah”.
g. Ternyata kurma punya ideologi ya.
3) Mengisi kesibukan dengan koreksi diri dan
koreksi lingkungan kita.
a. Mungkin selama ini kita terlalu sibuk
sehingga tidak punya waktu untuk memperbaiki diri sendiri atau merasa diri
sudah paling sempurna.
b. Mungkin terlalu sering sibuk menilai
orang lain, lupa menilai diri sendiri.
c. Apa yang kurang dari kita mestinya dapat
kita lengkapi.
d. Ada yang bilang, jika engkau bukan
siapa-siapa, maka berkaryalah!
e. Jika kita bukan pejabat, sibukkan saja
dengan kebaikan-kebaikan.
f. Filantropi, mencintai sesama dengan
menumbuhkan rasa kemanusiaan dan mengulurkan bantuan sosial dan finansial.
Apalagi di masa pandemi seperti ini, banyak warga masyarakat atau jamaah masjid
di sekitar kita yang sangat membutuhkan uluran tangan kita.
g. Buka donasi, bikin grup whatsapp untuk
menggerakkan teman-teman, saudara dan sahabat untuk ikhlas menyumbangkan dana
atau makanan.
h. Mungkin sebagian masyarakat yang sangat
membutuhkan merasa malu untuk meminta-minta, kita sendiri yang harus mengambil
inisiatif berbagi dan mengantarkan makanan sampai ke pintu rumahnya.
i. Bergeraklah untuk membantu fakir miskin,
menyantuni anak-anak yatim, mendonasikan sebagian rejeki kita untuk masyarakat
yang membutuhkan.
j. Juga jangan lupa membantu saudara dan
keluarga sendiri.
4) Mengecek rumah kita.
a. Mungkin selama ini lupa tidak
memperhatikan engsel pintu yang rusak, lampu di belakang rumah atau salah satu
ruang yang mati, cat tembok yang sudah rusak, keramik yang pecah, kran yang
patah, tali jemuran yang putus, genteng yang melorot, sepeda, motor dan mobil
yang sudah kotor, anak-anak yang lupa berjemur, pakaian dan piring yang
menumpuk, dan sebagainya.
b. Kita sendiri yang paling tahu “persoalan
domestik” rumah tangga dan rumah kita sendiri.
c. Saat yang tepat untuk melakukan yang
terbaik yang bisa kita kerjakan.
d. Ambil sapu, kuas, sabun, tang, beng,
semua alat yang Anda butuhkan.
e. Bersegeralah dalam kebaikan.
f. Mungkin burung-burung gereja dan kucing
tetangga tak segan mampir ke rumahmu.
5) Karena saat tulisan ini ditulis, kita
sedang berada di bulan puasa Ramadan, tidak ada salahnya kita membuat daftar
kebersamaan dalam keluarga.
a. Masa pandemi ini, sudah keluar fatwa MUI,
himbauan dari ormas-ormas Islam lain untuk beribadah di rumah, meniadakan
sholat berjamaah di masjid, termasuk tarawih dan buka puasa bersama.
b. Sedih memang, tetapi kalau kita tahu
sejarahnya (tarawih) kita bisa jadi lebih paham.
c. DI saat seperti ini kita bisa
memaksimalkan sholat berjamaah 5 waktu dan tarawih bersama keluarga di rumah.
d. Menambah bacaan dan hapalan al-Quran, khataman
al-Quran, dan sebagainya.
e. Masih banyak lagi yang sebenarnya bisa
kita lakukan, seprti berseluncurlah di dunia maya, mencari buku-buku yang baik
dan memotivasi diri kita.
f. Kita juga bisa mencoba mendownload
kitab-kitab agama atau film-film yang menggerakkan.
g. Kita bisa membaca buku karya Samantha
Ettus, The Experts’ Guide to Doing Things Faster 100 Ways to make life more
efficient(2008), Scott Belsky, Making Ideas Happen(2010), Malti Bhojwani, Don’t
Think of a Blue Ball (2012), atau karya-karya motivator beken seperti Napoleon
Hill, Kevin Murray, Maxwell, Robert T. Kiyosaki, dan sebagainya.
h. Semua agama punya tradisi yang baik untuk
mengelola suasana kebatinan dan intelektual.
i. Meskipun banyak rumah ibadah yang
ditutup, bukan berarti pintu kedekatan dengan Tuhan tertutup.
j. Justru dengan banyak waktu dalam
kesendirian ini, ibadah menjadi lebih intim dan dekat dengan Tuhan.
k. Di balik keheningan itu, agama menjadi
rumah keyakinan yang menyejukkan.
l. Selama ini kesibukan mungkin telah
menjauhkan kita dari kehadiran Tuhan.
m. Tuhan ada dalam hati orang beriman.
n. Dia tak mungkin membiarkan
hamba-hamba-Nya yang saleh larut dalam kesedihan.
49. Tetap optimis.
50. Selamat beraktivitas. Jangan lupa
berzikir, berpikir positif, berbagi, olah raga dan bahagia.
51. *) Penulis adalah Ketua Majelis Pustaka
dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (MPI PWM
DIY), Wakil Ketua Asosiasi Aqidah dan Filsafat Islam (AAFI), dan Sekretaris
Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Filsafat Indonesia (APPFI). Kaprodi Aqidah dan
Filsafat Islam FUPI UIN Sunan Kalijaga.
52. Sumber:
https://studiagama.or.id/opini/tetap-aktif-dan-produktif-di-tengah-pagebluk/
(Sumber: internet)
0 comments:
Post a Comment