Monday, May 4, 2020

4343. GUS BAHA NGAJI RUTIN KE KIAI


GUS BAHA NGAJI RUTIN KE KIAI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


1.    Gus Baha berpesan kepada pengurus PBNU agar kembali ke adat ulama terdahulu.
2.     Yaitu adat kebiasaan orang-orang ingin mengaji, harus datang kepada kiai.
3.    searang di Indonesia orang kaya bisa mengundang kyai.
4.    Orang miskin tidak bisa mengundang, karena perlu biaya banyak.
5.    pengajian Rabu di sini banyak yang datang.
6.    misalanya keluarga Lirboyo, keluarga Syaikhona Kholil, dan lainnya.
7.    Mengaji efisien.
8.    Ceramah umum ribet, harus menata panggung dan lainnya.
9.    Saya tidak anti, tapi harus dikurangi.
10. Saya kemarin di Tebuireng, diajak masuk ke kamar pribadi Mbah Hasyim.
11. Banyak kitab beliau selesaikan, ada yang belum selesai.
12. Ada yang ditulis ketika masih muda, setengah tua, sampai fi nihayati amri sampai ketika beliau klimaks.
13. Gus keturunan Mbah Hasyim) minta,”Gus mohon disortir kapan Mbah Hasyim punya pendapat ini, pendapat beliau cabut, atau sudah tamkin fokus yakin dengan itu.”
14. Dalam kamar itu cucunya Mbah Hasyim semua, termasuk Gus Sholah.
15. Alhamdulillah naskah2 Mbah Hasyim terjaga dan perlu dilestarikan dan dikaji  ulama.
16. Saya bilang: Ini baru benar.
17. Maaf Semua acara2 di pondok besar itu kadang nuwun sewu basa-basi.
18. Naskah Mbah Hasyim itu kalau selesai harus ditanggali.
19. Jika tidak ditanggali bahaya buat ilmu, karena takutnya dikarang ketika beliau muda.
20. Kemarin ada kejadian agak error ya.
21. Kubu sebelah yang anti 7 hari dan 40 hari berdasar kitabnya Mbah Hasyim.
22. Ibarat orang fanatik PPP anti PKB, karena duluan PPP atau sebaliknya.
23. Dalam disiplin ulama, tanggal itu penting.
24. Tebuireng terhenyak debat kritikan 7 harian – 40 hari berdasar kitab Mbah Hasyim.
25.  Mungkin dikarang ketika muda, atau maksudnya kondisi tertentu.
26. Saya mendorong cucunya  Syaikhona Kholil untuk menerbitkan karya beliau.
27. Jika begini terus, NU akan kalah.
28. Kemarin dikirim file pdf karangan Habib Salim, Mbahnya Habib Jindan.
29. Ketemu di Lasem, “Ini Gus njenengan takhrij.”
30. Beliau dari Jakarta. Habib Salim mbah beliau murid Syaikhona Kholil.
31. Beliau pengarang kitab juga.
32. Jadi di Indonesia, orang alim susah.
33. Gus-gus saya minta mengkaji kitab mbahnya, buyutnya.
34. Sekarang pengajian sudah tidak NU …. seneng rame-rame.
35. Saya kemarin bilang ke Gus Sholah, saya mau datang ke Tebuireng, bagian membaca kitabnya Mbah Hasyim.
36. Kalau cucunya tidak peduli saya tidak mau.
37. Coba Ihya’ sudah terbit kalau tidak ada orang membacanya buat apa?
38. Kan pajangan saja.
39. Apa artinya Fathul Qarib kalau tidak dibaca.
40. Setiap orang menyukai kyai di Indonesia ngatur kyai.
41. Wah amit-amit.
42. Kita ini adatnya masih seperti itu.
43. Jadi orang-orang kaya yang mencintai Tebuireng, mencintai Syaikhona Kholil itu ya ngatur2 kyai.
44. Tapi ketika diminta, mereka tidak mau.
45. Misalnya tiap pengajian habis 50 juta mau.
46. Tapi orang kaya diminta 50 juta mencetak kitabnya Mbah Hasyim, mereka gak mesti mau.
47. Jadi ini curhat saya.
48. Saya khawatir keulamaan Indonesia hilang.
49. Indonesia sekarang menjadi kiblat.
50. Syiria gagal mengelola negara, Mesir gagal, Irak gagal.
51. Sekarang percontohan dunia tinggal Indonesia.
52. Kita menjaga tradisi ulama: yaitu ulama mengatur orang kaya, bukan orang kaya mengatur ulama.
53. Masalahnya sebagian ulama kedonyan, salahe dhewe.
54. Dikasih mobil senang, diumrahkan senang.
55. Terutama di Jawa Timur karena menghormati ulama.
56. Saya mengisi PWNU Jawa Timur, keluar ruangan langsung diberi voucher umrah.
57. Saya bilang gak, saya kIai Jawa Tengah.
58. Kalau suka dengan kIUai, mengaji saja, gak usah aneh-aneh.
59. Jadi ada naskahnya Mbah Hasyim, dipakai debat dengan orang NU.
60. Kubu sebelah pakai naskahnya Mbah Hasyim.
61. Dan itu mungkin, karena tadi.
62. Beliau mungkin marah terhadap adat tertentu, mungkin datang ke kampung abangan, ada acara 7 hari mungkin sindhenan.
63. Judulnya itu bab hurmati ikhtifalil maulid ma’al trus ma’al ma’asyi.
64. Memang ulama dulu meski orang Indonesia, menulisnya bahasa Arab.
65. Saya punya tulisan tangannya Mbah Hasyim.
66. Beliau teman mbah saya, di kitab-kitab mbah saya itu ada tulisan tangan Mbah Hasyim.
67. Keluarga sudah masyhur, sibuk mengurus politik, pengajian, warisan naskah mulai hilang.
68. Di Mekah, di Belanda, mereka punya naskah ulama Indonesia, tapi para cucu penulisnya tidak punya.
69. Itu akibat kebanyakan pengajian umum.
70. Saya kemarin diundang di Termas.
71. Saya bilang ke Gus … saya mau datang asal disediakan naskahnya Mbah Mahfud.
72. Kalau gak, saya gak datang.
73. Saya tunjukkan, saya bukan cucunya punya naskah2 beliau.
74. Akhirnya cucu2 beliau ngaji sama saya, ushul fiqh memakai naskah yang tidak ada di Termas.
75. Yang punya Mbah Moen, diberikan saya, karena Mbah Moen cucu murid sama Kyai mahfud.
76. Yang cucu gen tidak punya, cucu murid punya.
77. Lucu kan. Kalau siklus itu terus-menerus, bisa habis.
78. Naskah Syaikhona Kholil kemarin ketemunya sebagian di Bangkalan, Jember, Surabaya.
79. Paling banyak di Jember.
80. Gara2 beliau nulis….. dulu gaK ada fotokopi, tErus beliau punya santri di Surabaya, akhirnya naskah itu di Surabaya.
81. Wong NU besarnya karena ngaji kok sekarang hanya seremonial organisasi.
82. Kecakapan organisasi, lebih pandai Muhammadiyah.
83. Kecakapan politik NU itu cakapnya mana ….
84. Satu-satunya kelebihan yang menang sebenarnya ngaji.
85. Tapi masalahnya di NU sudah gak suka ngaji.
86. Jadi nanti kalau kita mau berpikir kan begitu.
87. NU gak latihan praktis berorganisasi kalah dengan Muhammadiyah.
88. Di Lirboyo saya sampaikan, “Gus Kafa, saya disambut 4 orang gak masalah, asal serius mengaji, dibanding ribuan orang tapi tidak jelas niatnya.
89. Kalau pengajian umum, pasti orientasinya datang banyak, bupatinya datang, pokoknya ribet.
90. Menurut saya seperti itu dikurangi, meskipun jangan dihilangkan.
91. Pendirinya Mbah Hasyim, tapi orang tahu tulisan Ulil, Nusron, …. tapi gak tahu tulisan rais akbarnya.
92. Karena naskah itu tidak pernah dishare secara terbuka, secara massal.
93. Dulu bahasa Arab seperti bahasa Jawa, orang alim dengan temannya korespondensi pakai bahasa Arab.
94. Saya punya tulisan Mbah Hasyim banyak, menyurati Mbah saya pakai bahasa Arab.
(sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment