KIAI HINDARI TEMA KERAS
Oleh:
Drs. H. Yusron Hadi, M.M.
1. KIAl TAKUT TERJADI
PERTUMPAHAN DARAH.
2. Oleh: Gus Baha.
3. BincangSyariah.Com – Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian belahan dunia Timur
Tengah habis dilanda konflik secara bergantian.
4. Bahkan, di antara
tokoh Timur Tengah, ada yang menyerukan jihad melalui jalur perang.
5. Di Indonesia hanya sekelompok
kecil yang suka membahas tema perang, jihad dan sejenisnya.
6. Rata-rata, yang suka
mengutak-atik dan berfatwa berkaitan jihad melalui jalur keras bersumber ilmu
dasar agama minim.
7. Para kiai yang ilmunya
mendalam berusaha menghindari fatwa konflik.
8. Dalam kitab salaf (klasik)
yang dikaji pesantren Indonesia, dalam urusan hukum, kajian fiqih paling paling
utama adalah cara beribadah dengan baik (ubudiyyah).
9. Setelah ilmu ibadah
mapan, baru melanjutkan kajian muamalah (undang-undang transaksi),
lalu bab nikah.
10. Setelah itu, baru
dibahas jihad, dan lainnya.
11. Jihad dalam arti perang
dikaji oleh santri yang ilmunya sudah cukup purna.
12. Bukan malah
mendahulukan bab jihad dibanding bab salat.
13. Mengapa para kiai Indonesia
menghindari membahas tema ekstrem atau keras?
14. KH Bahaudin Nur Salim,
Narukan, Kragan, Rembang, memberi alasan bersumber hadits berikut:
15. يعذب اللسان بعذاب لا
يعذب به شىء من الجوارح فيقول يا رب عذبتنى بعذاب لم تعذب به شيئا من الجوارح
فيقال له خرجت منك كلمة بلغت مشارق الأرض ومغاربها فسفك بها الدم الحرام وأخذ بها
المال الحرام وانتهك بها الفرج الحرام فوعزتى لأعذبنك بعذاب لا أعذب به شيئا من
الجوارح
Mulut akan disiksa dengan siksaan yang
tidak akan dibebankan pada satu anggota tubuh pun. Lalu mulut bertanya kepada
Tuhan, ‘Ya Tuhan, mengapa Engkau menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah
ditimpakan kepada anggota mana pun selain aku?’ Tuhan menjawab, “Ada kata-kata
yang menembus jajahan timur dan barat. Dengan kalimat itu, darah yang terhormat
malah menjadi mengalir, harta haram menjadi terampas, kelamin yang dilindungi
malah menjadi terkoyak. Maka, demi keagungan-Ku, Aku akan menyiksamu dengan
siksaan yang tidak pernah dipikul oleh anggota tubuh mana pun’.” (Jâmiul
Ahâdits: 28617)
16. Gus Baha’ berpendapat
fatwa serius dapat membuat orang ekstrem, sengaja dihindari para kiai karena
berisiko memicu perpecahan, chaos, dan safkud dimâ’ (pertumpahan darah).
17. “Jangan berfatwa
dengan meluncurkan satu kalimat, yang bisa saja darah orang yang seharusnya
dihormati, malah justru mengalir,” pesan Gus Baha’.
18. Gus Baha menjelaskan,
sudah menjadi tradisi ulama secara turun-temurun selalu menghindari pembahasan
ini.
19. Bukan karena tidak
bisa, tapi takut jika salah fatwa akan timbul pertumpahan darah.
20. Dan itu dihindari oleh
Sayidina Hasan bin Ali saat konflik dengan Muawiyah.
21. Waktu itu, Sayid Hasan
bin Ali lebih memilih mengalah.
22. Alasannya menurut
Hasan, bisa jadi kepemimpinan yang berhak semestinya adalah Muawiyah, maka
dengan ikhlas Hasan bin Ali menyerahkannya.
23. Atau terjadi
kemungkinan lain, Hasan bin Ali yang justru mempunyai hak menduduki jabatan
itu, dalam rangka beliau ingin tetap menjaga tidak terjadi pertumpahan darah.
24. Hasan bin Ali berniat
memberi haknya kepada Muawiyah agar darah semua umat Islam terlindungi.
25. Sayyid Hasan menutup
perkataannya dengan sebuah ayat:
26. وَإِنْ أَدْرِي
لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu
cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan. (QS Al-Anbiya’:
111)
27. Hasan bin Ali mungkin
berpendapat konflik antara orang yang mendukung beliau dengan kelompok Muawiyah
hanya sebuah fitnah atau ujian dari Allah.
28. Sehingga beliau
memilih menyelamatkan pertumpahan darah dibanding kekuasaan, meskipun beliau
berhak berkuasa.
29. Terlebih lagi, kalau
Hasan tidak berhak, maka tidak ada satu alasan pun untuk mempertahankan
kekuasaan dengan menumpahkan darah manusia.
30. Pemikiran tersebut
juga sangat kental di telinga kita sebagaimana yang pernah digelorakan KH
Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
31. Ketika Gus Dur
dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden, banyak orang beriktikad menyerbu
Jakarta, ingin membela Gus Dur.
32. Gus Dur menahan
mereka.
33. Menurut Gus Dur, darah
manusia lebih berharga ketimbang jabatan apa pun, termasuk presiden sekalipun.
34. “Tidak ada jabatan di
dunia ini yang harus dipertahankan mati-matian,” kata Gus Dur.
(sumber internet)
0 comments:
Post a Comment