Thursday, May 28, 2020

4543. KIAI HINDARI TEMA KERAS


KIAI HINDARI TEMA KERAS
Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M.

1.    KIAl TAKUT TERJADI PERTUMPAHAN DARAH.
2.    Oleh: Gus Baha.
3.    BincangSyariah.Com – Kita tidak bisa menutup mata bahwa sebagian belahan dunia Timur Tengah habis dilanda konflik secara bergantian.
4.    Bahkan, di antara tokoh Timur Tengah, ada yang menyerukan jihad melalui jalur perang.
5.    Di Indonesia hanya sekelompok kecil yang suka membahas tema perang, jihad dan sejenisnya.
6.    Rata-rata, yang suka mengutak-atik dan berfatwa berkaitan jihad melalui jalur keras bersumber ilmu dasar agama minim.
7.    Para kiai yang ilmunya mendalam berusaha menghindari fatwa konflik.
8.    Dalam kitab salaf (klasik) yang dikaji pesantren Indonesia, dalam urusan hukum, kajian fiqih paling paling utama adalah cara beribadah dengan baik (ubudiyyah).
9.    Setelah ilmu ibadah mapan, baru melanjutkan kajian muamalah (undang-undang transaksi), lalu bab nikah.
10. Setelah itu, baru dibahas jihad, dan lainnya.
11. Jihad dalam arti perang dikaji oleh santri yang ilmunya sudah cukup purna.
12. Bukan malah mendahulukan bab jihad dibanding bab salat.
13. Mengapa para kiai Indonesia menghindari membahas tema ekstrem atau  keras?
14. KH Bahaudin Nur Salim, Narukan, Kragan, Rembang, memberi alasan bersumber hadits berikut:
15. يعذب اللسان بعذاب لا يعذب به شىء من الجوارح فيقول يا رب عذبتنى بعذاب لم تعذب به شيئا من الجوارح فيقال له خرجت منك كلمة بلغت مشارق الأرض ومغاربها فسفك بها الدم الحرام وأخذ بها المال الحرام وانتهك بها الفرج الحرام فوعزتى لأعذبنك بعذاب لا أعذب به شيئا من الجوارح
     Mulut akan disiksa dengan siksaan yang tidak akan dibebankan pada satu anggota tubuh pun. Lalu mulut bertanya kepada Tuhan, ‘Ya Tuhan, mengapa Engkau menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada anggota mana pun selain aku?’ Tuhan menjawab, “Ada kata-kata yang menembus jajahan timur dan barat. Dengan kalimat itu, darah yang terhormat malah menjadi mengalir, harta haram menjadi terampas, kelamin yang dilindungi malah menjadi terkoyak. Maka, demi keagungan-Ku, Aku akan menyiksamu dengan siksaan yang tidak pernah dipikul oleh anggota tubuh mana pun’.” (Jâmiul Ahâdits: 28617)

16. Gus Baha’ berpendapat fatwa serius dapat membuat orang ekstrem, sengaja dihindari para kiai karena berisiko memicu perpecahan, chaos, dan safkud dimâ’ (pertumpahan darah).
17. “Jangan berfatwa dengan meluncurkan satu kalimat, yang bisa saja darah orang yang seharusnya dihormati, malah justru mengalir,” pesan Gus Baha’.
18. Gus Baha menjelaskan, sudah menjadi tradisi ulama secara turun-temurun selalu menghindari pembahasan ini.
19. Bukan karena tidak bisa, tapi takut jika salah fatwa akan timbul pertumpahan darah.
20. Dan itu dihindari oleh Sayidina Hasan bin Ali saat konflik dengan Muawiyah.
21. Waktu itu, Sayid Hasan bin Ali lebih memilih mengalah.
22. Alasannya menurut Hasan, bisa jadi kepemimpinan yang berhak semestinya adalah Muawiyah, maka dengan ikhlas Hasan bin Ali menyerahkannya.
23. Atau terjadi kemungkinan lain, Hasan bin Ali yang justru mempunyai hak menduduki jabatan itu, dalam rangka beliau ingin tetap menjaga tidak terjadi pertumpahan darah.
24. Hasan bin Ali berniat memberi haknya kepada Muawiyah agar darah semua umat Islam terlindungi.
25. Sayyid Hasan menutup perkataannya dengan sebuah ayat:
26. وَإِنْ أَدْرِي لَعَلَّهُ فِتْنَةٌ لَكُمْ وَمَتَاعٌ إِلَى حِينٍ
     Dan aku tidak tahu, boleh jadi hal itu cobaan bagi kamu dan kesenangan sampai waktu yang ditentukan. (QS Al-Anbiya’: 111)
27. Hasan bin Ali mungkin berpendapat konflik antara orang yang mendukung beliau dengan kelompok Muawiyah hanya sebuah fitnah atau ujian dari Allah.
28. Sehingga beliau memilih menyelamatkan pertumpahan darah dibanding kekuasaan, meskipun beliau berhak berkuasa.
29. Terlebih lagi, kalau Hasan tidak berhak, maka tidak ada satu alasan pun untuk mempertahankan kekuasaan dengan menumpahkan darah manusia.
30. Pemikiran tersebut juga sangat kental di telinga kita sebagaimana yang pernah digelorakan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
31. Ketika Gus Dur dilengserkan dari jabatannya sebagai Presiden, banyak orang beriktikad menyerbu Jakarta, ingin membela Gus Dur.
32. Gus Dur menahan mereka.
33. Menurut Gus Dur, darah manusia lebih berharga ketimbang jabatan apa pun, termasuk presiden sekalipun.
34. “Tidak ada jabatan di dunia ini yang harus dipertahankan mati-matian,” kata Gus Dur.
(sumber internet)

0 comments:

Post a Comment