Tuesday, May 12, 2020

4421. PENGERTIAN HALAL BIHALAL


PENGERTIAN HALAL BIHALAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    HALAL BIHALAL adalah dua kata ciri khas Islam Indonesia yang sering diucapkan dalam suasana Hari Raya Idul Fitri.
2.    Biasanya HALAL BIHALAL disertai kalimat “Minal Aizin Wal Faizin” dan “Mohon Maaf Lahir Batin”.
3.    Pengertian halal bihalal.
1)    Pengertian Hukum.
a.    Biasanya kata “halal” dihadapkan dengan kata “haram”.
b.    Haram artinya sesuatu yang terlarang, yang melanggar akan berdosa dan mengundang siksa.
c.    Halal maknanya sesuatu yang dibolehkan, ynag tidak mengundang dosa.
d.    Halal bihalal dapat diartikan menjadikan sikap seseorang terhadap pihak lain, yang semula haram dan berakibat dosa, berubah menjadi halal, dengan cara memohon maaf.

2)    Pengertian Bahasa.
a.    Akar kata “halal” membentuk berbagai kata dan memiliki arti beraneka ragam. Sesuai dengan rangkaian kata berikutnya.
b.    Halal dapat diartikan menyelesaikan masalah, meluruskan benang kusut, melepaskan ikatan, dan mencairkan yang beku.
c.    Kegiatan halal bihalal adalah suatu bentuk aktifitas yang dapat mengantarkan para pelaku meluruskan benang kusut, menghangatkan hubungan yang membeku, sehingga cair kembali.
d.    Halal bihalal dapat melepaskan ikatan yang membelenggu, menyelesaikan masalah yang mengganggu, sehingga harmonis kembali.
4.    Itulah substansi halal bihalal, yang bungkusnya memang unik, sebagai salah satu ciri khas umat Islam Indonesia, tetapi hakikatnya adalah ajaran Islam.
5.    Halal bihalal (menurut KBBI V) adalah hal maaf memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat tertentu berupa aula, auditorium dan sebagainya.
6.    Berhalal bihalal artinya bermaaf-maafan pada saat Lebaran dan saling memaafkan pada waktu Idul Fitri.
7.    Kata “halal” terulang 6 kali dalam Al-Quran, yang 4 kali dalam perintah makan, yang disifati dengan kata “thayyibah” (baik dan menyenangkan) dan 2 kali dalam konteks kecaman.
8.    Istilah halal mencakup 4 hal.
a.    Wajib (harus dikerjakan).
b.    Sunah (dianjurkan).
c.    Makruh (tidak disukai).
d.    Mubah (pilihan bebas, boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan).

9.    Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 168.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

      Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik yang terdapat di bumi. Jangan kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu.

10. Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 69.
فَكُلُوا مِمَّا غَنِمْتُمْ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

      Maka makanlah sebagian rampasan perang yang kamu ambil. Sebagai makanan halal dan baik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

11. Al-Quran surah Al-Maidah (surah ke-5) ayat 88.

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

     Dan makanlah makanan halal dan baik yang Allah telah rezekikan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.

12. Al-Quran surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 114.

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
  
      Makanlah yang halal dan baik rezeki yang diberikan Allah kepadamu. Syukuri nikmat Allah. Jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.

13.  Setiap tahun, mendekati Hari Raya Idul Fitri arus mudik amat besar karena banyak penduduk kota pulang ke desa, kembali ke kampung halaman.
14. Mereka bersilaturahmi, menyambung tali persaudaraan, berlibur dan bernostalgia.
15. Sebagian orang berpendapat, ada yang memamerkan keberhasilan, menunjukkan hasil  kesuksesan yang diraih di kota.
16. Mudik yang terkait dengan silaturahmi adalah ajaran yang dianjurkan Islam.
17. Kata “silaturahmi” berasal dari kata “shilat” dan “rahim”.
18. Shilat bermakna “menyambung dan “menghimpun”.
19. “Rahim” berarti kasih sayang, peranakan, atau kandungan” , karena anak yang dikandung memperoleh curahan kasih sayang.
20. Hubungan yang renggang, bahkan terputus. Antara orang yang berada di kota dengan orang di kampung halaman karena berbagai alasan diharapkan tersambung dengan silaturahmi.
21. Menyambung tali yang putus adalah hakikat silaturahmi.
22. Nabi Muhammad bersabda, “Bukan silaturahmi namanya, orang yang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang disebut silaturahmi adalah menyambung yang putus”.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2,
5.    Tafsirq.com online.      




     

     
   

Related Posts:

  • 836. IKTIKAFIKTIKAF DI MASJID Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang iktika… Read More
  • 836. IKTIKAFIKTIKAF DI MASJID Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang iktika… Read More
  • 836. IKTIKAFIKTIKAF DI MASJID Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang iktika… Read More
  • 836. IKTIKAFIKTIKAF DI MASJID Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang iktika… Read More
  • 836. IKTIKAFIKTIKAF DI MASJID Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang iktika… Read More

0 comments:

Post a Comment