BEDA PEMIMPIN MUHAMMADIYAH
DAN PEMERINTAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Pimpinan Muhammadiyah.
Tingkat Kota atau Kabupaten.
Mungkin selevel.
Bupati atau Walikota.
Menurut Sekretaris Umum
Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Abdul Mu’ti.
Yang membedakan.
Yaitu:
1)
Tunggangan (kendaraan).
2)
Tunjangan (gaji).
3)
Model sistem pimpinan.
Sabtu (3/6/2023).
Pengukuhan PDM, PDA dan
IMM.
Cabang Blitar.
Soal sistem kepemimpinan.
Muhammadiyah.
Pakai sistem kolektif
kolegial.
Yaitu pada sistem
Bukan pada tokoh.
Bukan pada orang “sinten”
(siapa).
Kelebihan sistem kolektif.
Organisasi jalan seperti
biasa.
Meskipun pimpinan.
Atau Ketua.
Tak ada di tempat.
Misalnya.
Tahun 2017.
1)
Haedar Nashir
(Ketua Umum PP Muhammadiyah).
2)
Siti Noordjannah
Djohantini
(Ketua Umum PP ‘Aisyiyah).
3)
Suyatno
(Bendahara Umum PP Muhammadiyah).
Berangkat haji bersama.
Roda kepengurusan.
PP Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.
Berputar seperti biasa.
Tetap aman saja.
Tak takut ada kudeta.
Model ambil keputusan.
Semua jajaran pimpinan.
Harus ikut keputusan bersama.
Yang ditentukan kuorum.
Dalam rapat.
Pada posisi itu.
Ketua bukan tempatkan
diri.
Sebagai ‘paling’
dibanding lainnya.
Pimpinan atau ketua.
Harus bisa jadi makmum.
Mau jadi followers.
“Saat ini.
Pemimpin model itu.
Agak sulit.
Terutama dalam berbangsa.
Sebab orang siap memimpin.
Tapi tak siap dipimpin.
Hal itu.
Tantangan pemimpin
nasional.
Saat ini,” imbuhnya.
Beda lainnya.
Dalam Muhammadiyah.
Orang tak ajukan diri.
Sebagai pimpinan atau
ketua.
Bahkan dorong yang lain.
Untuk jadi ketua.
Dia tekankan.
Dalam konteks pemimpin
nasional.
Harus bisa tempatkan
diri.
Untuk siap dipimpin.
Bukan hanya mau
memimpin.
(Sumber
muhammadiyah)
0 comments:
Post a Comment