KEBEBASAN DAN BATASAN TAFSIR AL-QURAN
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
Al-Quran
1)
Mukjizat.
2)
Bukti kebenaran Nabi Muhammad.
3)
Petunjuk bagi semua manusia.
Kapan pun dan di mana pun.
Al-Quran punya banyak keistimewaan.
Antara lain:
1)
Susunan bahasanya unik memesona.
2)
Mengandung makna.
Yang bisa dipahami siapa pun.
Yang paham bahasanya.
Meskipun beda pendidikan.
Redaksi ayat Al-Quran.
Seperti redaksi diucapkan atau ditulis.
Hanya bisa dijangkau maksudnya.
Secara pasti oleh pemilik redaksi.
Timbul aneka ragam tafsir.
Para sahabat Nabi.
1)
Menyaksikan turunnya ayat Al-Quran.
2)
Tahu konteksnya.
3)
Paham alamiah struktur bahasa dan arti
kosakatanya.
Terkadang beda pendapat.
Dalam pahami ayat Al-Quran.
Tafsir.
Yaitu penjelasan arti.
Atau maksud firman Allah.
Sesuai kemampuan musafir.
Kepastian arti suatu kosa kata.
Atau ayat.
Tak mungkin dicapai.
Jika pandangan.
Hanya tertuju pada kosa kata.
Atau ayat berdiri sendiri.
Mufasir.
Yaitu orang yang menerangkan makna.
Atau maksud ayat Al-Quran.
Mufasir.
Yaitu orang ahli dalam penafsiran.
Nabi Muhammad.
Bertugas menjelaskan firman Allah.
Al-Quran surah An-Nahl (surah ke-16) ayat 43-44.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا
نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang punya pengetahuan
jika kamu tidak tahu.
بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ ۗ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ
الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُونَ
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami
turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu (Muhammad) menerangkan
pada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,
Semua penjelasan Nabi pasti
benar.
Hal ini dibuktikan.
Teguran Allah dalam Al-Quran kepada Nabi.
Soal sikap dan ucapan Nabi.
Yang “kurang tepat”.
Al-Quran surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 128.
لَيْسَ
لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ
فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
Tidak ada sedikit pun campur tanganmu dalam urusan mereka atau
Allah menerima tobat mereka, atau mengazab mereka. Sesungguhnya mereka orang
zalim.
Al-Quran surah Abasa (surah ke-80)
ayat 1-4.
عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ
Karena telah datang seorang buta kepadanya.
وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ
Tahukah kamu mungkin ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ
Atau dia (ingin) mendapat pengajaran, lalu pengajaran itu
memberi manfaat kepadanya?
Nabi Muhammad.
Yaitu orang “maksum”.
Artinya Nabi dijaga oleh Allah.
Sehingga Nabi.
Tak akan berbuat salah atau dosa.
Nabi orang maksum.
Terpelihara dari kesalahan.
Bebas dari dosa.
Penjelasan Nabi.
Dalam menafsirkan firman Allah.
Jadi pedoman mutlak.
Tak boleh penafsiran.
Bertentangan dengan penjelasan Nabi.
Penafsiran Nabi.
Aneka macam.
Dalam segi cara, motif, dan hubungan.
Dengan ayat yang ditafsirkan.
Misalnya.
Nabi tafsirkan “salat wustha”.
Yaitu “salat Asar”.
Disebut penafsiran “Muthabiq”.
Karena maknanya “sama dan sepadan”.
Dengan yang ditafsirkan.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah
ke-2) ayat 238.
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ
الْوُسْطَىٰ وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
Jaga semua salat(mu),
dan (jaga) salat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam salat) dengan khusyuk.
Nabi tafsirkan “perintah berdoa”.
Yaitu “beribadah”.
Disebut penafsiran “Talazum”.
Karena tiap doa pasti ibadah.
Dan tiap ibadah mengandung doa.
Al-Quran surah Al-Mukmin (surah ke-40) ayat 60.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam
keadaan hina dina".
Nabi tafsirkan “akhirat”.
Yaitu “kubur”.
Disebut penafsiran “Tadhamun”.
Karena kubur bagian dari akhirat.
Penjelasan Nabi.
Tentang maksud ayat Al-Quran.
Tak banyak kita ketahui.
Karena tak banyak riwayat.
Yang diterima generasi setelah Nabi.
Sebagian riwayat.
Tak terjamin autentik.
Nabi juga tak tafsirkan.
Semua ayat Al-Quran.
Sehingga para ulama.
Terpaksa usah pahami ayat Al-Quran.
Berdasar kaidah:
1)
Disiplin ilmu tafsir.
2)
Kemampuan.
3)
Syarat tertentu.
Allah perintah renungkan
ayat Al-Quran.
Dan kecam orang.
Sekadar ikut pendapat.
Atau tradisi lama.
Tanpa suatu dasar.
Al-Quran turun untuk semua manusia.
Kapan pun dan di mana pun.
Maka semua manusia.
Pada zaman kapan pun.
Dituntut pahami Al-Quran.
Seperti tuntutan.
Pada umat zaman Nabi.
Pikiran orang dipengaruhi.
1)
Tingkat kecerdasan.
2)
Disiplin ilmu.
3)
Pengalaman.
4)
Temuan ilmiah.
5)
Kondisi social politik.
6)
Faktor lainnya.
Maka hasil pikiran tiap orang.
Bisa berbeda.
Tiap orang dianjurkan:
1)
Merenungkan.
2)
Memahami.
3)
Menafsirkan.
Ayat Al-Quran sesuai kemampuannya.
Hal itu.
Perintah Al-Quran.
Meskipun hasilnya berbeda.
Harus ditampung.
Semuanya konsekuensi logis.
Dari perintah Al-Quran.
Selama penafsiran dilakukan:
1)
Sadar.
2)
T anggung jawab.
Kebebasan bertanggung jawab.
Hal itu.
Batasan menafsirkan Al-Quran.
Seperti “batasan”.
Pada tiap disiplin ilmu.
Mengabaikan pembatasan.
Bisa timbul polusi.
Dalam pemikiran.
Dan musibah.
Dalam kehidupan.
Para sahabat Nabi.
Terkadang beda pendapat.
Dalam pahami ayat Al-Quran.
Muuncul pembatasan.
Dalam penafsiran Al-Quran.
Ibnu Abbas.
Salah seorang sahabat Nabi.
Paling paham maksud firman Allah.
Ibnu Abbas berpendapat .
Ada 4 bagian Tafsir Al-Quran.
1)
Bisa dipahami secara umum.
Oleh orang Arab.
Berdasar ilmu bahasa mereka.
2)
Bisa dipahami semua orang.
3)
Hanya dipahami para ahli.
4)
Hanya diketahui Allah dan Rasul-Nya.
Ada 2 batas.
Terkait materi ayat (nomor 4).
Terkait syarat penafsir (nomor 3 ).
Dalam segi materi.
Ada ayat Al-Quran.
Hanya diketahui Allah dan Rasul.
Jika Rasul terima penjelasan dari Allah.
Hal ini kandung kemungkinan.
Ada ayat Al-Quran.
Tak dipahami seseorang.
Misalnya.
1)
Ya Sin.
2)
Alif Lam Mim.
3)
Dan sejenisnya.
Berdasar firman Allah.
Membagi ayat Al-Quran.
1)
Muhkam (jelas).
2)
Mutasyabih (samar).
Al-Quran surah Ali Imran (surah
ke-3) ayat 7.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ
آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ ۖ فَأَمَّا
الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ
الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا
اللَّهُ ۗ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ
عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Dia Allah menurunkan
Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat muhkamaat, itu pokok
isi Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Ada pun orang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat mutasyaabihaat
untuk menimbulkan fitnah dalam mencari takwilnya, padahal tidak ada yang tahu
takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami". Dan tidak dapat mengambil pelajaran (darinya) melainkan orang berakal.
Ada ayat Al-Quran.
Diketahui secara umum.
Sesuai bentuk redaksinya.
Tak tak dipahami maksudnya.
Misalnya.
1)
Soal metafisika.
2)
Perincian ibadah an sich.
3)
Dan semacamnya.
Yang tidak termasuk.
Dalam wilayah akal manusia.
Syarat Penafsir Al-Quran.
1.
Kuasai bahasa Arab.
Dalam berbagai bidangnya.
2.
Kuasai ilmu Al-Quran, sejarah turunnya, hadis
Nabi, dan ushul fiqih.
3.
Kuasai prinsip pokok agama.
4.
Kuasai disiplin ilmu.
Jadi materi bahasan ayat.
Menafsirkan ayat Al-Quran.
Beda dengan berdakwah.
Dan ceramah.
Terkaitan tafsir ayat Al-Quran.
Orang tak penuhi syarat.
Boleh sampaikan uraian tafsir.
Berdasar ahli tafsir.
Seorang baca kitab.
1)
Tafsir An-Nur.
Karya Prof. Hasby As-Shiddiqie.
2)
Tafsir
Al-Azhar.
Karya Prof Hamka.
Dia sampaikan kesimpulan.
Yang dibacanya.
Dia tak menafsirkan ayat.
Faktor penyebab salah.
Dalam penafsiran ayat Al-Quran.
1.
Subjektif.
2.
Salah metode atau kaidah.
3.
Dangkal ilmu alat.
4.
Dangkal materi ilmu.
Soal bahasan ayat.
5.
Tak lihat konteks, asbabun nuzul, hubungan
antar ayat, dan kondisi sosial warga.
6.
Tak sesuai pembicara dan jamaah .
Sekarang ini.
Zaman makin maju.
Maka butuh kerja sama.
Para ahli berbagai disiplin ilmu.
Bersama tafsirkan ayat Al-Quran.
Daftar Pustaka
1.Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah
dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
0 comments:
Post a Comment