PUISI AZHAR BAGI BUTET PUJANGGA BEJAT
BUKAN HEBAT
Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.
Azhar menyebut.
Kata-kata Butet.
Bukan kelas pujangga hebat.
Tapi sastrawan bejat.
Seorang budayawan.
Mestinya melahirkan kebijaksanaan.
Bukan penebar kebencian.
Terkadang ditemui
individu.
Tampilkan sikap dan
perilaku.
1)
Negatif.
2)
Merusak.
3)
Merugikan warga.
Dalam konteks
pergaulan social.
Perilaku ini.
Disebut toxic.
Demi kemaslahatan.
Umumnya manusia perilaku
toxic.
Akan dijauhi.
Karena menyebabkan
kerusakan.
Hubungan
interpersonal.
Tapi terkadang.
Sebagian pendidik.
Ikut mengedukasi.
Dosen Universitas
Muhammadiyah Malang.
Azhar Muttaqin, S.Ag.,
M.Ag.
Membuat puisi balasan.
Kepada Butet
Kertaradjasa.
Selasa, 27 Juni 2023.
BUTET OH BUTET
Oleh: Azhar Muttaqin
Butet oh Butet
Sungguh malangnya kau
Maksud hati kata-katamu dipandang bijak Bak pujangga-pujanga hebat
Namun yang ada.
Kata-katamu terhina
Layaknya roman picisan.
Dari sastrawan bejat
Butet oh Butet
Sini kuajari kau
Jadi budayawan itu.
Tak segampang jadi politisi murahan
Budayawan lahir dari rahim kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur
putra-putri bangsa yang cinta akan kedamaian
Jauh panggang dari api dengan kau sang penebar kebencian
Butet oh Butet
Sini kututuri kau.
Dengan narasi kecerdasan
Jadi cendikiawan tidak semudah menjadi pelawak sepertimu dalam panggung
politik kepentingan
Kau sematkan julukan pandir pada seseorang yang sejatinya pintar tanpa
pencitraan
Sedangkan kau tertawa terkekeh-kekeh dengan argumentasi yang penuh
kebodohan
Kau pun makin jumawa saat disorak-soraikan dengan tepuk tangan
orang-orang
yang sesungguhnya juga tidak tahu kau ngomong apa
Butet oh Butet
Sini kubimbing kau merangkai realita dalam sastra
Jadi sastrawan tak sebatas pandai menggubah kata
Namun juga peka untuk tak hanya menunjuk jari ke lawan
Namun lupa empat jarimu mengarah ke kawan
Kau dera tokoh lain sebagai pelaku transaksional
Namun wong cilik pun tahu, junjunganmu naik kancah karena transaksi
dengan para petinggi dan pemilik upeti dari negeri yang saat ini sedang resah
Butet oh Butet
Sini kulenakan kau dengan pantun-pantun penuh makna
Pepes ikan berambut putih pastilah bukan komodo yang jadi kadal
Apalagi dicampur santan tentulah tak enak rasanya
Kau bilang tokohku tidak sedang dijegal
Padahal tidak butuh kecerdasan guru besar untuk tahu pemaksaan perkara
yang tidak ada
Sedangkan yang jelas di pelupuk mata, kalian diam seribu bahasa
Demikian ucap Mandalika
(sumber kba)

0 comments:
Post a Comment