Friday, June 30, 2023

18813. PUISI AZHAR BAGI BUTET PUJANGGA BEJAT BUKAN HEBAT

 


PUISI AZHAR BAGI BUTET PUJANGGA BEJAT BUKAN HEBAT

Oleh: Drs. HM. Yusron Hadi, M.M.

 

 

 

 

Azhar menyebut.

Kata-kata Butet.

 

Bukan kelas pujangga hebat.

Tapi sastrawan bejat.

 

Seorang budayawan.

Mestinya melahirkan kebijaksanaan.

Bukan penebar kebencian.

 

Dalam kehidupan.

Terkadang ditemui individu.

Tampilkan sikap dan perilaku.

 

1)                Negatif.

2)                Merusak.

3)                Merugikan warga.

 

Dalam konteks pergaulan social.

Perilaku ini.

Disebut toxic.

 

Demi kemaslahatan.

Umumnya manusia perilaku toxic.

Akan dijauhi.

 

Karena menyebabkan kerusakan.

Hubungan interpersonal.

 

Tapi terkadang.

Sebagian pendidik.

Ikut mengedukasi.

 

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang.

Azhar Muttaqin, S.Ag., M.Ag.

 

Membuat puisi balasan.

Kepada Butet Kertaradjasa.

 

Selasa, 27 Juni 2023.

 

BUTET OH BUTET

Oleh: Azhar Muttaqin

 

Butet oh Butet

Sungguh malangnya kau

Maksud hati kata-katamu dipandang bijak  Bak pujangga-pujanga hebat

 

Namun yang ada.

Kata-katamu terhina

Layaknya roman picisan.

Dari sastrawan bejat

 

Butet oh Butet

Sini kuajari kau

Jadi budayawan itu.

Tak segampang jadi politisi murahan

 

Budayawan lahir dari rahim kebijaksanaan dan nilai-nilai luhur putra-putri bangsa yang cinta akan kedamaian

 

Jauh panggang dari api dengan kau sang penebar kebencian

 

Butet oh Butet

 

Sini kututuri kau.

Dengan narasi kecerdasan

 

Jadi cendikiawan tidak semudah menjadi pelawak sepertimu dalam panggung politik kepentingan

 

Kau sematkan julukan pandir pada seseorang yang sejatinya pintar tanpa pencitraan

 

Sedangkan kau tertawa terkekeh-kekeh dengan argumentasi yang penuh kebodohan

 

Kau pun makin jumawa saat disorak-soraikan dengan tepuk tangan orang-orang

yang sesungguhnya juga tidak tahu kau ngomong apa

 

Butet oh Butet

Sini kubimbing kau merangkai realita dalam sastra

Jadi sastrawan tak sebatas pandai menggubah kata

Namun juga peka untuk tak hanya menunjuk jari ke lawan

 

Namun lupa empat jarimu mengarah ke kawan

 

Kau dera tokoh lain sebagai pelaku transaksional

 

Namun wong cilik pun tahu, junjunganmu naik kancah karena transaksi dengan para petinggi dan pemilik upeti dari negeri yang saat ini sedang resah

 

Butet oh Butet

Sini kulenakan kau dengan pantun-pantun penuh makna

 

Pepes ikan berambut putih pastilah bukan komodo yang jadi kadal

 

Apalagi dicampur santan tentulah tak enak rasanya

Kau bilang tokohku tidak sedang dijegal

 

Padahal tidak butuh kecerdasan guru besar untuk tahu pemaksaan perkara yang tidak ada

 

Sedangkan yang jelas di pelupuk mata, kalian diam seribu bahasa

 

Demikian ucap Mandalika

 

(sumber kba)

 

0 comments:

Post a Comment