Wednesday, July 12, 2023

19076. KENAPA MUSIM KEMARAU TAPI HUJAN

 


KENAPA MUSIM KEMARAU TAPI TURUN HUJAN

Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

 

 



Musim kemarau tahun 2023.

Masuk dalam kemarau basah.


Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

 

Musim kemarau kali ini.

Musim kemarau basah.

 

Karena:

1)        Faktor angin.

2)        Siklon tropis.

 

Situasi sama.

Terjadi tahun 2013.


Sejumlah daerah Indonesia.

Masuk musim kemarau.

 

Tapi tetap basah.

Akibat hujan.

 

Misalnya.

Dalam 2 hari terakhir.

 

Cuaca ekstrem di berbagai daerah.

Seperti:

1)        Jabodetabek.

2)        Bali.

3)        Jawa Timur.

 

 Di tempat itu.

Turun hujan lebat.

Umumnya siang hingga sore.


"Hujan terpantau di Jabodetabek.

Aliran hujan dari Sumatera.

 

Pengaruh vorteks Samudra Hindia.

Menciptakan kemarau basah," katanya.

 

Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

 

Erma Yulihastin.

Kamis (6/7/2023).



Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Ungkap gelombang atmosfer.

Di khatulistiwa.

Dan kondisi local.

 

Jadi pemicu hujan akhir pekan.

Pada musim kemarau ini.


Selain itu,.

El Nino fenomena pemanasan.

 

Suhu muka air laut.

Di Samudera Pasifik.

 

Juga picu turun hujan global.

Mulai aktif bulan lalu.

 

BMKG urai beberapa factor.

Pemicu dominasi hujan periode ini.

 

1.        Faktor global tak signifikan.

Dengan tanda:

 

1)        Indeks Osilasi Selatan (SOI) nilainya +3.6.

2)        Indeks NINO 3.4 baru +0.94.

 

3)        Dipole Mode Index (DMI).

Prepresentasi pemanasan suhu laut Samudera Hindia (IOD), bernilai -0.21.

 

 

2.        Faktor regional.

 

Gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO).

 

Kurang kontribusi pada proses pembentukan awan hujan.

Di wilayah Indonesia.


Tapi gangguan fenomena MJO.

Secara spasial terpantau aktif.

Di wilayah Samudera Hindia barat.

Aceh hingga Lampung.

 

Seluruh wilayah Indonesia.

Kecuali:

 

1)        Kalimantan Utara bagian utara.

2)        Papua Barat bagian utara.

3)        Papua," kata BMKG.

 

Hal itu peluang.

Tumbuh awan hujan.

Di wilayah 'terganggu' itu.


Kepala BRIN Sebut Peralatan Riset Mahal.

Sri Mulyani jelaskan.

 

Gelombang ekuator aktif.

Di wilayah Indonesia.

Picu pertumbuhan awan hujan.

Di daerah dilaluinya.

 

Yaitu:

1)        Gelombang Rossby Ekuator.

 

Merambar arah barat.

Melanda Samudera Hindia selatan.

 

 Banten, Jawa Barat, Papua.

Papua Pegunungan.

Papua Selatan bagian timur.

 

2)        Gelombang Kelvin.

Mengalir ke arah timur.

Melewati Aceh bagian selatan.

Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Kep. Bangka Belitung, Selat Malaka.

Selat Karimata, Laut Natuna.

Laut Natuna Utara, Kalimantan Barat bagian barat.

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

 

3)        Gelombang Low Frequency.

Cenderung persisten.

Mencakup wilayah Laut Sulu.

Dan Filipina bagian selatan.

 

BMKG juga sebut.

Faktor wilayah.

Bertemu beberapa gelombang.

Bisa picu hujan.


"Kombinasi MJO, gelombang tipe Low Frequency, gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby Ekuator.

Di wilayah dan periode sama," kata BMKG.

 

Bisa tingkatkan aktivitas konvektif.

Membentuk pola sirkulasi siklonik.

Di wilayah itu."



(Sumber CNN)

0 comments:

Post a Comment