JEMBATAN
SIRATHAL MUSTAKIM BUKAN AKIDAH
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Pengadilan di hari akhirat .
Pakai “timbangan”.
1)
Sangat adil .
2)
Tak ada pihak teraniaya sedikit pun.
Al-Quran
surah Al-Anbiya (surah ke-21) ayat 47.
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ
مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada
hari kiamat, sehingga tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun, dan jika
(amalan) hanya seberat biji sawi pasti Kami mendatangkan (pahala) nya, dan
cukup Kami sebagai pembuat perhitungan.
Apakah
timbangan itu.
1)
Bersifat materi.
2)
Kiasan adil mutlak.
Tak banyak
pengaruhnya.
Dalam
akidah.
Selama
diyakini.
Tak
ada penganiayaan sedikit pun.
Al-Quran
surah Al-A'raf (surah ke-7) ayat 8-9.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ
ۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ
Timbangan
pada hari itu adalah kebenaran (keadilan), maka barang siapa berat timbangan
kebaikannya, maka mereka orang beruntung, dan barang siapa ringan timbangan
kebaikannya, itu orang merugikan diri sendiri, sebab mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Kami.
Al-Quran
surah Al-Haqqah (surah ke-69) ayat 19-31.
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا
كِتَابِيَهْ
Adapun orang yang
diberikan padanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata:
"Ambillah, bacalah kitabku (ini)".
إِنِّي
ظَنَنْتُ أَنِّي مُلَاقٍ حِسَابِيَهْ
Sesungguhnya aku
yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab pada diriku.
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ
Maka orang itu berada
dalam kehidupan yang diridai.
فِي
جَنَّةٍ عَالِيَةٍ
Dalam surga yang
tinggi.
قُطُوفُهَا
دَانِيَةٌ
Buah-buahannya dekat.
كُلُوا
وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الْأَيَّامِ الْخَالِيَةِ
(Kepada mereka
dikatakan): "Makan dan minumlah dengan sedap karena amal yang telah kamu
kerjakan pada hari-hari yang lalu".
وَأَمَّا
مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ
كِتَابِيَهْ
Adapun orang yang
diberikan padanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: "Wahai
alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).
وَلَمْ
أَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ
Dan aku tak tahu apa
hisab pada diriku.
يَا
لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ
Wahai kiranya kematian
itu yang menyelesaikan segala sesuatu.
مَا
أَغْنَىٰ عَنِّي مَالِيَهْ ۜ
Hartaku sekali-kali tak
memberi manfaat padaku.
هَلَكَ
عَنِّي سُلْطَانِيَهْ
Telah hilang
kekuasaanku dariku".
خُذُوهُ
فَغُلُّوهُ
(Allah berfirman):
"Pegang dia lalu belenggu tangannya ke lehernya.
ثُمَّ الْجَحِيمَ صَلُّوهُ
Kemudian masukkan dia dalam api neraka yang menyala-nyala.
Al-Quran
surah As-Shaffat (surah ke-37) ayat 22-23.
Perjalanan
ke surga atau neraka.
Manusia
lewat jalan.
Disebut
“sirathal”.
۞ احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ
(Kepada malaikat
diperintahkan): "Kumpulkan orang-orang zalim beserta teman sejawat mereka
dan sembahan yang selalu mereka sembah.
مِنْ
دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْجَحِيمِ
Selain Allah; maka
tunjukkan pada mereka jalan ke neraka.
Al-Quran
surah Ya Sin (surah ke-36) ayat 66.
وَلَوْ نَشَاءُ لَطَمَسْنَا عَلَىٰ أَعْيُنِهِمْ فَاسْتَبَقُوا الصِّرَاطَ
فَأَنَّىٰ يُبْصِرُونَ
Dan jika Kami menghendaki pasti Kami hapus penglihatan mata
mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan, Maka betapa mereka dapat
melihat(nya).
Al-Quran
surah Maryam (surah ke-19) ayat 71-72.
وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا
Dan tak ada seorang pun
darimu, melainkan mendatangi neraka. Hal itu bagi Tuhanmu suatu kepastian yang
sudah ditetapkan.
ثُمَّ
نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
Kemudian Kami akan selamatkan
orang-orang bertakwa dan membiarkan
orang-orang zalim dalam neraka dalam keadaan berlutut.
Berdasar
ayat di atas.
Sebagian
ulama berpendapat.
Ada jalan
disebut “shirathal”.
Berupa
“jembatan”.
Harus
dilalui tiap orang.
Yang
akan ke surga.
Di
bawah jalan.
Berupa
“jembatan”.
Ada neraka.
Dengan
segala tingkatan.
Orang-orang
mukmin.
Lewat dengan
cepat.
Dan carantya
sesuai.
Mutu takwa
mereka.
Ada orang lewat jembatan “sirathal”.
1)
Bagaikan kilat.
2)
Seperti angin berhembus.
3)
Secepat lajunya kuda.
4)
Merangkak, tapi akhirnya sampai di surga.
Orang-orang
kafir.
Lewat jembatan
“sirathal”.
Tapi mereka
jatuh dalam neraka.
Sesuai
tingkat durhakanya.
Kata “sirath”.
Berasal
dari kata “saratha”.
Arti
harfiahnya “menelan”.
Kata
“sirath”.
Bisa
diartikan “jalan lebar”.
Sebab jalan
lebar.
Seolah-olah
jalan itu.
Menelan
orang yang melewati.
Ada riwayat jelaskan.
Bahwa jembatan “sirathal”.
1)
Lebih tipis daripada rambut dibelah 7.
2)
Lebih tajam dibanding pedang.
Sebagian
ulama rasional .
Menolak
pendapat.
Bahwa
jembatan “sirathal”.
Lebih
tipis daripada rambut dibelah 7.
Lebih
tajam dibanding pedang.
Akidah Islam harus berdasar.
1)
Dalil Al-Quran.
2)
Hadis Nabi yang pasti.
Penafsiran
jembatan “sirathal”.
Tak masuk
akidah.
Daftar
Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan
Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan
Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan
Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital
Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment