ARTI TAKDIR
DALAM BAHASA AL-QURAN (2)
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi,
MM
Semua
peristiwa di alam semesta.
Pada sisi:
1)
Kejadiannya.
2)
Kadar atau ukuran tertentu.
3)
Tempat dan waktu tertentu.
Disebut
takdir atau ketentuan.
Tak ada
sesuatu terjadi.
Tanpa
takdir Allah.
Termasuk
manusia.
Segala
peristiwa apa pun.
Dalam
pengetahuan dan ketentuan Allah.
Disebut
“sunatullah”.
Salah
kaprah disebut “hukum alam”.
Sebagian ulama bedakan:
1)
Sunatullah.
2)
Takdir.
Sunatullah
dipakai Al-Quran.
Untuk hukum
Allah yang pasti berlaku.
Bagi
masyarakat.
Tapi “takdir”.
Cakup hukum:
1)
Masyarakat.
2)
Alam.
Dalam
Al-Quran.
Kata “sunatullah” terulang 8 kali.
Kata “sunnatina”
hanya 1 kali.
Dan “sunnatul
awwalin” terulang 3 kali.
Semua mengacu
pada hukum Allah.
Yang
berlaku pada masyarakat.
Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 38.
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ
حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ ۖ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ
ۚ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا
Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang
demikian) sebagai sunah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan takdir
atau ketetapan Allah adalah suatu ketetapan yang pasti berlaku.
Al-Quran
surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 62.
سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا
مِنْ قَبْلُ ۖ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا
Sebagai sunah Allah yang berlaku atas
orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapati perubahan pada sunah Allah.
Al-Quran
surah Fathir (surah ke-35) ayat 43.
اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ
السَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ۚ فَهَلْ يَنْظُرُونَ
إِلَّا سُنَّتَ الْأَوَّلِينَ ۚ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا ۖ وَلَنْ
تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا
Karena
kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana
yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tidaklah
yang mereka nantikan melainkan (berlakunya) sunah (Allah yang telah berlaku)
kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan
penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui
penyimpangan bagi sunah Allah.
Matahari,
bulan, bintang dan seluruh alam semesta.
Ditetapkan
Allah takdirnya.
Tak
bisa ditawar.
Al-Quran
surah Fussilat (surah ke-41) ayat 11.
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ
وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا
أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Kemudian
Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata padanya
dan pada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati
atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
Ayat Al-Quran ini menjelaskan.
Bahwa
alam semesta tak bisa memilih.
“Apakah
hal ini juga berlaku bagi manusia?”
Tampaknya
tak sepenuhnya sama.
Manusia punya kemampuan terbatas.
Sesuai
ukuran yang diberikan oleh Allah.
Misalnya.
Manusia
tak bisa terbang seperti burung.
Hal
ini salah satu ukuran.
Atau batas
kemampuan.
Anugerah
Allah pada manusia.
Manusia
tak mampu melampauinya.
Kecuali
manusia pakai akalnya.
Menciptakan
suatu alat.
Tapi akal
manusia.
Juga punya
ukuran.
Tak mampu dilewati.
Manusia
diatur hukum Allah.
Segala
kegiatan manusia.
Tak terlepas
dari hukum.
Punya
kadar tertentu.
Hukum Allah untuk manusia.
Cukup
banyak.
Manusia
diberi kemampuan.
Untuk memilih.
Manusia
bisa pilih takdir.
Yang ditetapkan
Allah.
Misalnya.
Api ditetapkan
oleh Allah.
Bersifat
panas membakar.
Udara sejuk
atau dingin.
Hal itu
takdir Allah.
Manusia
boleh memilih:
1)
Api membakar.
2)
Udara sejuk.
Pentingnya
ilmu pengetahuan.
Ilham
atau petunjuk dari Allah.
Doa diajarkan
Rasulullah,
“Ya Allah, jangan Engkau biarkan aku sendiri.
Dengan
pertimbangan nafsu akalku saja.
Meskipun
sekejap."
Khalifah
Umar bin Khattab.
Mau kunjungi
negeri Syam:
1)
Syria.
2)
Palestina.
3)
Dan sekitarnya.
Tapi
membatalkan.
Saat wilayah
itu.
Terjangkit
wabah penyakit.
Sahabat
Umar bin Khattab bertanya,
”Apakah
Khalifah lari dan menghindar dari takdir Allah?”.
Khalifah
Umar bin Khattab menjawab,
”Saya
lari dan menghindar dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain”.
Ali bin Abi Thalib bersandar.
Pada tembok
rapuh.
Beliau
pindah ke tempat lain.
Penjelasan Ali bin Abi Thalib.
Hampir
sama dengan Umar bin Khattab.
Bahwa
robohnya tembok.
Hal itu
takdir Allah.
Orang tak
menghindar.
Akan
terkena akibatnya.
Tapi orang
menghindarinya.
Dia
luput dari bahaya.
Hal itu
takdir atau ketentuan Allah.
Kemampuan
manusia berpikir.
Agar
menghindar dari bahaya.
Hal itu
takdir Allah.
Bagi manusia.
Semua
manusia tak dapat luput.
Dari
takdir baik atau buruk.
Tidak elok rasanya.
Peristiwa
merugikan manusia.
Disebut
takdir Allah.
Tapi kejadian baik dan positif.
Juga takdir
dari Allah.
Kesimpulan.
Bahwa takdir
atau ketetapan.
Tak halangi
manusia.
Berusaha
sekuat tenaga dan pikiran.
Tentukan
masa depannya.
Sambil
mohon bantuan dan bimbingan.
Dari
Allah Yang Maha Kuasa.
Daftar Pustaka
0 comments:
Post a Comment