Khotbah
Jumat
“`ALQURAN
MELARANG RIBA ”
Khutbah-1 |
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين
إِنَّ
الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْر
أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ
يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ
رَسُوْلُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ
وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
Para
jamaah yang berbahagia,
Marilah kita selalu meningkatkan takwa
kepada Allah swt. Menjalankan semua perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya.
Para
jamaah yang berbahagia,
Tahap
haramnya riba. Mirip haramnya minuman keras.
Tahap
ke-1: Sekadar tampilkan unsur negatif minuman keras.
Unsur negatif riba.
Surah
Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو
عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ
فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ
Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai rida Allah, maka
(yang berbuat demikian) orang melipat gandakan (pahalanya).
Tahap ke-2: lsyarat
haramnya minuman keras. Isyarat haramnya riba.
Surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.
وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ
بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka telah
dilarang darinya, dan karena mereka makan harta benda orang dengan jalan batil.
Kami menyediakan untuk orang kafir di antara mereka siksa pedih.
Tahap ke-3. Jelas haramnya minuman keras. Secara
jelas haramnya riba.
Surah
Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan riba berlipat
ganda dan bertakwalah kamu pada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.
Tahap ke-4: Haramnya minuman keras total. Dalam berbagai
bentuknya. Haramnya riba total.
Surah
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ
الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan
sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.
Kata “riba”. Artinya “kelebihan”. Pada arti
“kelebihan”. Logika kaum musyrik cukup beralasan.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275. Tuhan menghalalkan jual beli. Dan mengharamkan
riba.
الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ
مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ
جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka
yang demikian, sebab mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang yang sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi
(mengambil riba), maka orang itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Kata
“riba”. Terulang 8 kali. Dalam 4 surah.
Yaitu:
1)
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276,
278, 279 dan 280.
2)
Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.
3)
An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.
4)
Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
Surah ke-1, 2, dan 3 Madaniyah. Turun di Madinah. Setelah
Rasulullah hijrah. Dari Mekah ke Madinah.
Surah
ke-4 surah Makkiyah. Turun di Mekah. Rasulullah masih di Mekah. Belum hijrah ke
Madinah.
Urutan kronologis ayat riba:
1)
Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
2)
Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.
Jelas
melarang riba berlipat ganda.
An-Nisa
(surah ke-4) ayat 161.
Kecaman pada kaum Yahudi.
Yang makan riba.
4) Al-Baqarah
(surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.
Ayat riba ke-1. Surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.
وَمَا
آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ
اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْمُضْعِفُونَ
Dan
sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka
(yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).
Ayat riba ke-2. Ali Imran (surah ke-3) ayat 130. Melarang
riba berlipat ganda.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ
وَاتَّقُوا
اللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai
orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.
Ayat riba ke-3. An-Nisa’(surah ke-4) ayat 161. Kecaman
pada kaum Yahudi. Yang makan riba.
وَأَخْذِهِمُ
الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ
وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan
sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka dilarang darinya, dan
karena mereka makan harta orang dengan jalan batil. Kami menyediakan untuk
orang kafir di antara mereka siksa yang pedih.
Ayat riba ke-4. Surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat
275, 276, 278, 279 dan 280.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275.
الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ
مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ
جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian, sebab mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 276.
يَمْحَقُ
اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ
أَثِيمٍ
Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai tiap orang
yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا
إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Hai
orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang beriman.
Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 279.
فَإِنْ
لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ
فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Maka
jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahui, bahwa Allah
dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Al-Quran
surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 280.
وَإِنْ
كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ
لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan
jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguh sampai dia lapang.
Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.
Para ulama soal riba. Hanya bahas ayat pertama dan
terakhir. Dan ayat lainnya. Tahap pertengahan.
Hal ini. Tak banyak pengaruh. Arti riba diharamkan
Al-Quran.
Surah
Al-Nisa' (surah ke-4) ayat 161. Kecaman
pada kaum Yahudi. Yang melakukan riba.
Surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 130. Larangan tegas.
Agar tak kerjakan riba. “adh’afan
mudha’afah” (berlipat ganda).
Sebagian
ulama berpendapat. Ar-Rum (surah ke-30)
ayat 39. Ayat awal bahas riba.
Tapi
tak bahas haramnya riba. Sehingga disebut riba halal atau mubah.
Para sahabat. Ada yang tafsirkan riba. Dalam ayat itu.
Sebagai “hadiah”. Mengharapkan imbalan berlebih.
Sebagian ulama lain. Bahas beda tulisan. Dalam mushaf
Al-Quran.
1)
Kata “riba”. Pada surah Ar-Rum. Tanpa huruf
Arab “wau”.
2)
Surah lainnya. Pakai huruf Arab “wau”.
Para
ulama berpendapat. Ayat riba bisa dipahami. Lewat 3 kata kuncinya.
Yaitu:
“Adh’afan
mudha’afah”
(berlipat ganda).
أَضْعَافًا
مُضَاعَفَةً ۖ
“Maa
baqiya minar ribaa”
(tinggalkan
sisa riba).
مَا
بَقِيَ مِنَ الرِّبَا
“Falakum
ru’usu amwaa likum, laa tazhlimuuna wa laa tuzhlamuun”
(Maka
bagimu pokok hartamu. Kamu tak menganiaya. Dan tak dianiaya).
فَلَكُمْ
رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Dengan kata kunci. Bisa ditemukan jawaban riba.
Yang diharamkan Al-Quran. “Apakah hal yang menjadikan
kelebihan itu sehingga hukumnya haram”.
Dari
segi bahasa. Kata “adh’af”. Bentuk jamak (plural). Dari kata “dha’if”.
Artinya:
“sesuatu bersama sesuatu lain yang sama
dengannya (ganda)”.
Sehingga:
“Adh’afan mudha’afah”. Yaitu lipat ganda
berkali-kali.
Para ulama tafsir berpendapat.
Pengertian “adh'afan mudha'afah” atau riba. Yang
berlaku pada masa turunnya Al-Quran. Yaitu lipat ganda umur hewan.
Orang
utang (kreditor) ditagih debitor (yang meminjamkan). Jika tiba masa
pembayarannya.
Penagih
berkata, “Bayarlah atau kamu tambah untukku.”
Jika
pinjam unta umur 1 tahun. Dan masuk tahun ke-2. Maka bayarnya unta umur 2 tahun.
Dan masuk tahun ke-3.
Jika
utangnya 100 real. Maka tahun berikut. Bayarnya jadi 200 real.
Jika tahun ke-2 Utangnya
tak terbayar. Maka tahun ke-3 jadi 400 real.
Jika
tahun ke-3 Utangnya tak terbayar. Maka
tahun ke-4 jadi 800 real.
Begitu
seterusnya. Sampai orang berutang.
Mampu
membayar.
Ulama berpegang teks ayat. Menyatakan “berlipat ganda”. Yaitu syarat
haramnya riba.
Artinya.
Jika tidak berlipat ganda. Maka tidak haram.
Ulama lain menyatakan. Teks bukan syarat
haramnya. Tapi penjelasan tentang bentuk
riba.
Yang
sering dipraktikkan pada zaman turunnya Al-Quran.
Sehingga
semua bentuk penambahan. Meskipun tidak
berlipat ganda.
Hukumnya
haram.
Apakah
tiap penambahan atau kelebihan. Yang tak “berlipat ganda”. Jadi tidak haram?
Jawaban.
Pada kata kunci berikutnya.
Yaitu: “falakum ru'usu amwalikum”. Artinya: “Bagimu modal-modal kamu”.
Berarti
tiap penambahan. Atau kelebihan dari modal. Yang dipungut dalam kondisi sama. Dengan
masa turunnya ayat riba. Hukumnya haram.
Jadi,
kata “adh'afan mudha'afah”. Bukan syarat. Tapi sekadar penjelasan riba. Yang lumrah
mereka praktikkan.
KESIMPULAN
Haramnya
riba. Yaitu segala bentuk kelebihan. Dalam kondisi sama. Seperti terjadi. Pada
masa turunnya Al-Quran.
Yaitu:
“la tazhlimun wala tuzhlamun”. Kamu tidak menganiaya. Dan tidak pula dianiaya.
Jika orang berutang dalam kesulitan.
Sehingga
tak mampu bayar. Pada waktunya. Agar diberi waktu. Sampai dia mampu
membayarnya.
Dan
menyedekahkan sebagian. Atau semua utang. Maka lebih baik bagimu.
Ayat di atas. Memperkuat Kesimpulan. Kelebihan yang dipungut.
Apalagi berlipat ganda. Maka penganiayaan bagi si
peminjam.
Kesimpulan.
1)
Semua ulama sepakat.
Riba
hukumnya haram.
2)
Tapi beda pendapat
Arti
riba zaman Nabi.
Pendapat 1.
1)
Semua bentuk
tambahan
Termasuk riba. Hukumnya haram.
Pendapat 2.
1)
Tak semua
kelebihan disebut riba.
2)
Riba yaitu kelebihan
dari jumlah utang.
3)
Ada unsur menganiaya dan menindas.
4)
Jika sama
sama untung. Maka bukan riba.
Kesimpulan
terakhir. Pengertian riba. Pada masa turunnya Al-Quran. Yaitu kelebihan
dipungut. Bersama jumlah utang.
Mengandung
unsur:
1)
Menganiaya.
2)
Menindas.
Bukan
sekadar kelebihan.
Atau
penambahan jumlah utang.
Kesimpulan
di atas. Diperkuat praktik Nabi Muhammad. Rasululullah bayar utangnya. Dengan memberi
penambahan. Atau memberi nilai lebih.
Sahabat Nabi. Abu Hurairah cerita. Rasulullah
pinjam 1 ekor unta. Dengan usia tertentu . Pada seseorang.
Kemudian orang itu datang pada Nabi. Untuk
menagihnya. Nabi cari unta sesuai umurnya. Dengan unta yang dipinjam.
Tapi Nabi tak temukan unta. Yang umurnya sama. Kemudian Nabi memerintahkan.
Memberi unta lebih tua. Pada orang yang meminjamkan.
Nabi beri unta lebih tua. Untuk bayar utangnya.
Artinya.
Nabi bayar utangnya lebih tinggi. Dibanding
harga pinjamannya.
Nabi kembalikan utangnya. Dengan beri unta
lebih mahal. Dibanding utangnya.
Nabi
beri unta lebih bagus. Nabi bersabda,
“Inna
khayrakum ahsanukum qadha’an”.
Artinya.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang
sebaik-baiknya membayar utang”.
Jabir sahabat Nabi. Juga Hadis Bukhari dan Muslim meriwayatkan.
Jabir
pernah beri utang pada Nabi.
Ketika
Jabir mendatangi Nabi.
Maka
utang Jabir dikembalikan.
Dan
Nabi memberi kelebihan.
Para
jamaah yang berbahagia,
Semua
hal tersebut kita lakukan untuk mendapatkan ridan dan pengampunan dari Allah. Agar
dapat bahagia hidup dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ
وَ
نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ
وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
ِ-------duduk-----
0 comments:
Post a Comment