Wednesday, September 25, 2024

36674. KHUTBAH JUMAT RIBA DILARANG

 


Khotbah Jumat

“`ALQURAN MELARANG RIBA  

Khutbah-1

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْر

 أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَاِلنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ

 فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ

 وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى      مُحَمَّدٍ وَ عَلىَ اَلِهِ وَ أَصْحَابِهِ

وَ مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون

 

Para jamaah yang berbahagia,

      Marilah kita selalu meningkatkan takwa kepada Allah swt. Menjalankan semua perintah-Nya. Menjauhi segala larangan-Nya.

 

Para jamaah yang berbahagia,

Tahap haramnya riba. Mirip haramnya minuman keras.  

Tahap ke-1:   Sekadar tampilkan unsur negatif minuman keras.  Unsur negatif riba.

 

Surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.


وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ

 

Dan suatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai rida Allah, maka (yang berbuat demikian) orang melipat gandakan (pahalanya).

 

Tahap ke-2:  lsyarat haramnya minuman keras. Isyarat haramnya riba.

Surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.


وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

 

Dan sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka makan harta benda orang dengan jalan batil. Kami menyediakan untuk orang kafir di antara mereka siksa pedih.

 

Tahap ke-3. Jelas haramnya minuman keras. Secara jelas haramnya riba.

Surah Ali Imran (surah ke-3)  ayat 130.

 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan riba berlipat ganda dan bertakwalah kamu pada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.

 

Tahap ke-4:   Haramnya minuman keras total. Dalam berbagai bentuknya. Haramnya riba total.

 

Surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang beriman, bertakwalah pada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.

 

Kata “riba”. Artinya “kelebihan”. Pada arti “kelebihan”. Logika kaum musyrik cukup beralasan.

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275.  Tuhan menghalalkan jual beli. Dan mengharamkan riba.

 

     الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

 

 Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian, sebab mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli  sama dengan riba, padahal Allah  menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

 

Kata “riba”. Terulang 8 kali. Dalam 4 surah.

Yaitu: 

1)                Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.

 

2)                Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.

 

3)                An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.

4)                Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.

 

Surah ke-1, 2, dan 3 Madaniyah. Turun di Madinah. Setelah Rasulullah hijrah. Dari Mekah ke Madinah.

 

Surah ke-4 surah Makkiyah. Turun di Mekah. Rasulullah masih di Mekah. Belum hijrah ke Madinah.

 

Urutan kronologis ayat riba:

 

1)        Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.

2)        Ali Imran (surah ke-3) ayat 130.

Jelas melarang riba berlipat ganda.

  An-Nisa (surah ke-4) ayat 161.

Kecaman pada kaum Yahudi.

Yang makan riba.

 4) Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.

 

Ayat riba ke-1. Surah Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39.

 

     وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ رِبًا لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ فَلَا يَرْبُو عِنْدَ اللَّهِ ۖ وَمَا آتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ

 

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).

 

Ayat riba ke-2. Ali Imran (surah ke-3) ayat 130. Melarang riba berlipat ganda.

      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ وَاتَّقُوا

  اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

 Hai orang-orang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah agar kamu mendapat keberuntungan.

 

Ayat riba ke-3. An-Nisa’(surah ke-4) ayat 161. Kecaman pada kaum Yahudi. Yang makan riba.

 

     وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

 

Dan sebab mereka makan riba, padahal sesungguhnya mereka dilarang darinya, dan karena mereka makan harta orang dengan jalan batil. Kami menyediakan untuk orang kafir di antara mereka siksa yang pedih.

 

Ayat riba ke-4. Surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275, 276, 278, 279 dan 280.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 275.

 

   الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا ۗ وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

 

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian, sebab mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli  sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

 

  Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 276.

 

     يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

  

Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai tiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 278.

      يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

 

Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman.

 

Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 279.

      فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

 

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahui, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

 

 Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 280.

     وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

 Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguh sampai dia lapang. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

 

Para ulama soal riba. Hanya bahas ayat pertama dan terakhir. Dan ayat lainnya. Tahap pertengahan.

 

Hal ini. Tak banyak pengaruh. Arti riba diharamkan Al-Quran.

  Surah Al-Nisa' (surah ke-4) ayat 161.  Kecaman pada kaum Yahudi. Yang melakukan riba.

 

Surah Ali Imran (surah ke-3) ayat 130. Larangan tegas. Agar tak kerjakan riba.  “adh’afan mudha’afah”  (berlipat ganda).

 

 Sebagian ulama berpendapat.  Ar-Rum (surah ke-30) ayat 39. Ayat awal bahas riba.

 Tapi tak bahas haramnya riba. Sehingga  disebut riba halal atau mubah.

 

Para sahabat. Ada yang tafsirkan riba. Dalam ayat itu. Sebagai “hadiah”. Mengharapkan imbalan berlebih.

 

Sebagian ulama lain. Bahas beda tulisan. Dalam mushaf Al-Quran.

1)        Kata “riba”. Pada surah Ar-Rum. Tanpa huruf Arab “wau”.

 

2)        Surah lainnya. Pakai huruf Arab “wau”.

 Para ulama berpendapat. Ayat riba bisa dipahami. Lewat 3 kata kuncinya.

Yaitu:

 “Adh’afan mudha’afah”

(berlipat ganda).

   أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً ۖ

 “Maa baqiya minar ribaa”

(tinggalkan sisa riba).

      مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا

 “Falakum ru’usu amwaa likum, laa tazhlimuuna wa laa tuzhlamuun”

(Maka bagimu pokok hartamu. Kamu tak menganiaya. Dan tak dianiaya).

    فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

 

Dengan kata kunci. Bisa ditemukan jawaban riba.

Yang diharamkan Al-Quran. “Apakah hal yang menjadikan kelebihan itu sehingga  hukumnya haram”.

 

Dari segi bahasa. Kata “adh’af”. Bentuk jamak (plural). Dari kata “dha’if”.

Artinya:  “sesuatu bersama sesuatu lain yang sama dengannya (ganda)”.

 

Sehingga:  “Adh’afan mudha’afah”. Yaitu lipat ganda berkali-kali.

 

 Para ulama tafsir berpendapat.

  Pengertian “adh'afan mudha'afah” atau riba. Yang berlaku pada masa turunnya Al-Quran. Yaitu lipat ganda umur hewan.

 

Orang utang (kreditor) ditagih debitor (yang meminjamkan). Jika tiba masa pembayarannya.

 

Penagih berkata, “Bayarlah atau kamu tambah untukku.”

Jika pinjam unta umur 1 tahun. Dan masuk tahun ke-2. Maka bayarnya unta umur 2 tahun. Dan masuk tahun ke-3.

 

Jika utangnya 100 real. Maka tahun berikut. Bayarnya jadi 200 real.

 Jika tahun ke-2  Utangnya  tak terbayar. Maka tahun ke-3 jadi 400 real.

 

Jika tahun ke-3  Utangnya tak terbayar. Maka tahun ke-4 jadi 800 real.

Begitu seterusnya. Sampai orang berutang.

Mampu membayar.

 

 Ulama berpegang  teks ayat.  Menyatakan “berlipat ganda”. Yaitu syarat haramnya riba.

Artinya. Jika tidak berlipat ganda. Maka tidak haram.

 Ulama lain menyatakan. Teks bukan syarat haramnya.  Tapi penjelasan tentang bentuk riba.

Yang sering dipraktikkan pada zaman turunnya Al-Quran.

Sehingga semua bentuk penambahan.  Meskipun tidak berlipat ganda.

Hukumnya haram.

 

Apakah tiap penambahan atau kelebihan. Yang tak “berlipat ganda”. Jadi tidak haram?

 

Jawaban. Pada kata kunci berikutnya.

 Yaitu: “falakum ru'usu amwalikum”.  Artinya:  “Bagimu modal-modal kamu”.

Berarti tiap penambahan. Atau kelebihan dari modal. Yang dipungut dalam kondisi sama. Dengan masa turunnya ayat riba. Hukumnya haram.

 

Jadi, kata “adh'afan mudha'afah”. Bukan syarat.  Tapi sekadar penjelasan riba. Yang lumrah mereka praktikkan.

 

KESIMPULAN

Haramnya riba. Yaitu segala bentuk kelebihan. Dalam kondisi sama. Seperti terjadi. Pada masa turunnya Al-Quran.

 

Yaitu: “la tazhlimun wala tuzhlamun”. Kamu tidak menganiaya. Dan tidak pula dianiaya.

 Jika orang berutang dalam kesulitan.

 

Sehingga tak mampu bayar. Pada waktunya. Agar diberi waktu. Sampai dia mampu membayarnya.

Dan menyedekahkan sebagian. Atau semua utang. Maka lebih baik bagimu.

 

 Ayat di atas. Memperkuat Kesimpulan.  Kelebihan yang dipungut.

Apalagi  berlipat ganda. Maka penganiayaan bagi si peminjam.

 

Kesimpulan.

1)        Semua ulama sepakat.

Riba hukumnya haram.

 

2)        Tapi beda pendapat

Arti riba zaman Nabi.

 

Pendapat 1.

1)        Semua bentuk tambahan

Termasuk riba. Hukumnya haram.

 

Pendapat 2.

 

1)        Tak semua kelebihan disebut riba.

2)        Riba yaitu kelebihan dari jumlah utang.

 

3)         Ada unsur menganiaya dan menindas.

4)        Jika sama sama untung. Maka bukan riba.

 

Kesimpulan terakhir. Pengertian riba. Pada masa turunnya Al-Quran. Yaitu kelebihan dipungut. Bersama jumlah utang.

Mengandung unsur:

1)        Menganiaya.

2)        Menindas.

 

Bukan sekadar kelebihan.

Atau penambahan jumlah utang.

 

Kesimpulan di atas. Diperkuat praktik Nabi Muhammad.  Rasululullah bayar utangnya. Dengan memberi penambahan. Atau memberi nilai lebih.

 

 Sahabat Nabi. Abu Hurairah cerita. Rasulullah pinjam 1 ekor unta. Dengan usia tertentu . Pada seseorang.

 Kemudian orang itu datang pada Nabi. Untuk menagihnya. Nabi cari unta sesuai umurnya. Dengan unta yang dipinjam.

 

 Tapi Nabi tak temukan unta.  Yang umurnya sama. Kemudian Nabi memerintahkan. Memberi unta lebih tua. Pada orang yang meminjamkan.

 

 Nabi beri unta lebih tua.  Untuk bayar utangnya.

 

Artinya.  Nabi bayar utangnya lebih tinggi. Dibanding harga pinjamannya.

 Nabi kembalikan utangnya. Dengan beri unta lebih mahal. Dibanding utangnya.

 

Nabi beri unta lebih bagus. Nabi  bersabda,

“Inna khayrakum ahsanukum qadha’an”.

Artinya.

 “Sebaik-baik kalian adalah orang yang sebaik-baiknya membayar utang”.

 

 Jabir sahabat Nabi. Juga  Hadis Bukhari dan Muslim meriwayatkan.

Jabir pernah beri utang pada Nabi.

Ketika Jabir mendatangi Nabi.

 

Maka utang Jabir dikembalikan.

Dan Nabi memberi kelebihan.

 

Para jamaah yang berbahagia,

Semua hal tersebut kita lakukan untuk mendapatkan ridan dan pengampunan dari Allah. Agar dapat bahagia hidup dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْمِ

وَ نَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأَيَاتِ وَ ذِكْرِ الْحَكِيْم وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

ِ-------duduk-----

 

0 comments:

Post a Comment