Monday, October 16, 2017

367. KIBLAT

MASJID QIBLATAIN,
BUKTI NABI TIDAK MENYEMBAH KAKBAH
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

          Kerajaan Arab Saudi atau Kingdom of Saudi Arabia adalah negara Arab di Asia Barat, dengan Riyadh sebagai ibu kota negaranya, yang mempunyai koordinat geografi 24 39 Lintang Utara dan 46 46 Bujur Timur, sebagai tempat pusat pemerintahan Arab Saudi.
    Wilayah  Arab Saudi seluas 2.150.000 km persegi adalah negara terluas ke-5 di Asia dan terbesar ke-2 di dunia Arab, setelah Aljazair.     
      Daerah Arab Saudi berbatasan dengan Yordania dan Irak di utara, dengan Kuwait di timur laut,  dengan  Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab di timur, dengan Oman di tenggara, dan Yaman di selatan, serta Laut Merah di sebelah barat.
      Arab Saudi yang memiliki dua pesisir penting yaitu Laut Merah dan Teluk Persia, serta sebagian besar wilayah Arab Saudi merupakan gurun pasir, Arab Saudi  dipisahkan oleh Teluk Aqabah dengan Israel dan Mesir.
      Kerajaan Arab Saudi didirikan oleh Ibnu Saud tahun 1932, dan Arab Saudi adalah negara monarki absolut dengan kekuasaan tertinggi berada di tangan seorang raja dengan berpedoman syariat Islam, serta Arab Saudi menggunakan hukum agama Islam, berdasarkan Al-Quran dan hadis dalam menetapkan peraturan hidup manusia serta hubungan antarmanusia dan alam sekitar. 
     Pada tahun 2017, Raja Arab Saudi Salman, Sang “Penjaga Dua Tanah Suci”,   Mekah dan Madinah, yaitu dua lokasi paling mulia dalam agama Islam mengunjungi Indonesia yang berpenduduk muslim terbesar di dunia sebagai tamu resmi negara menemui Presiden Indonesia dan tokoh lainnya, dan mampir berkunjung ke Pulau Bali dengan membawa rombongan 1.500 orang.
      Penduduk Arab Saudi sekitar 35 juta orang, dan bahasa Arab adalah bahasa resmi negara, serta moto negaranya adalah “Tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad utusan Allah” memiliki perguruan tinggi terkenal, yaitu Universitas Raja Abdul Aziz di Jeddah, dan Universitas Ummul Qura di Mekah. 
      Madinah memiliki banyak masjid bernilai sejarah, misalnya Masjid Nabawi, Masjis Quba, dan Masjid Qiblatain.
     Syeh Shafiyurrahman, penulis buku “Sirah Nabawi” menjelaskan tentang sejarah Masjid Qiblatain.
      “Masjid Qiblatain” bermakna “Masjid Dua Kiblat”, pada zaman dahulu masjid ini dikenal dengan Masjid  Bani Salamah, karena dibangun di atas tanah Bani Salamah.
      Pada permulaan Islam, umat Islam ketika salat menghadap ke arah utara, yaitu berkiblat ke arah Masjidil-Aqsa di Palestina, bukan ke arah Masjil-Haram di Mekah. Oleh karena itu, kaum Yahudi mengolok-olok kaum  muslim, bahwa Nabi Muhammad membawa agama baru, tetapi kiblatnya sama dengan kiblat mereka, yaitu ke arah Rumah Suci di Yerusalem.
      Nabi dengan umat Islam salat menghadap kiblat ke arah Masjidil-Aqsa atau Baitul- Maqdis, di Palestina selama 17 bulan.
      Selama Nabi berada di Mekah, maka Nabi senang memilih posisi salat di selatan Kakbah, sehingga Nabi bisa salat menghadap ke arah utara, yaitu ke arah Masjidil-Aqsa di Palestina sekaligus menghadap ke arah Kakbah di Masjidil-Haram. 
      Selama berada di Madinah, Nabi tidak bisa menghadap “double” kiblat atau “dua kiblat” sekaligus, karena letak Madinah berada di utara Mekah, sedangkan posisi Mekah berada di selatan Madinah.
      Hari Senin, bulan Rajab tahun ke-2 Hijriah, Nabi sedang salat Zuhur berjamaah bersama para sahabat di Masjid Bani Salamah atau Masjid Qiblatain menghadap ke arah utara,yaitu ke arah Masjidil-Aqsa di Palestina.
      Ketika Nabi mengimami salat Zuhur berjamaah, tiba-tiba turun wahyu dari Allah       Al-Quran surah Al-Baqarah, yaitu surah ke-2 ayat 144.

قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ ۗ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ

      “Sungguh, Kami sering melihat wajahmu (Muhammad) menengadah ke langit.       Sungguh, Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Hadapkan wajahmu ke arah Masjidil-Haram di mana saja kamu berada hadapkan  mukamu ke arahnya. Sesungguhnya, orang Yahudi dan Nasrani yang diberi kitab Taurat dan Injil memang memahami bahwa menghadap ke arah ke Masjidil-Haram adalah benar dari Tuhannya. Allah tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
         Nabi dan para sahabat melanjutkan salat Zuhur dengan berputar arah 180 derajat  berganti arah kiblat, yaitu berganti  arah dari menghadap ke utara, berputar menghadap ke selatan, ke arah Masjidil-Haram di Mekah, serta sejak saat itu, Masjid Bani Salamah disebut “Masjid Qiblatain” atau Masjid dua kiblat.
        Pergantian arah kiblat dalam salat menunjukkan salah satu bukti bahwa Nabi Muhammad tidak menyembah Kakbah, artinya umat Islam ketika salat tidak menyembah Kakbah. 
     Karena sebagian orang berpendapat bahwa Nabi Muhammad melarang menyembah berhala dan melarang pemujaan terhadap berhala, tetapi umat Islam sendiri ketika melakukan salat menunduk di hadapan Kakbah, yang berarti menyembah batu yang bernama Kakbah.
    Apakah umat Islam menyembah kakbah, bagaimana penjelasannya? Dr. Zakir Naik, ahli perbandingan agama yang berasal dari India memberikan penjelasan dan membuktikan bahwa umat Islam tidak menyembah Kakbah.
      Pertama, Kakbah adalah arah atau kiblat umat Islam menghadapkan wajahnya ketika melaksanakan salat, tetapi umat Islam tidak menyembah Kakbah, meskipun wajahnya menghadap Kakbah.
      Umat Islam salat menghadap Kakbah karena diperintah oleh Allah sesuai surah Al-Baqarah, surah ke-2,  ayat 144. 
        Kedua, Islam percaya pengembangan kesatuan. Jika tidak ada kiblat yang menyatukan arah, maka umat Islam akan melakukan salat ke arah yang disukainya.
      Apabila tidak ada kiblat, maka sebagian umat Islam ketika melakukan salat, akan  menghadapkan wajahnya ke arah utara, sebagian lagi menghadap ke arah yang lain, dan ke arah lainnya.
    Agar semua umat Islam bersatu, maka diperintahkan oleh Allah agar semua wajahnya menghadap ke arah satu kiblat, yaitu ke arah Kakbah di Masjidil-Haram, Mekah.
       Dengan adanya satu kiblat, maka semua umat Islam si seluruh penjuru dunia ketika salat tampak bersatu menghadapkan wajahnya ke satu arah, yaitu menghadap ke arah Kakbah di Masjidil-Haram, Mekah.
     Umat Islam yang berada di sebelah barat Kakbah, maka salatnya menghadap ke arah timur dan umat Islam yang berada di sebelah timur Kakbah, maka salatnya menghadap ke arah barat, begitu seterusnya.
      Ketiga, Kakbah terletak di pusat peta dunia. Umat Muslim adalah orang yang pertama kali menggambar peta dunia, mereka menggambar peta dunia dengan meletakkan selatan di atas peta dan utara di bawah peta, sedangkan posisi Kakbah berada di tengah-tengah pusat dunia.
      Kemudian para ahli dari Barat menggambar peta dunia, mereka meletakkan utara di atas peta dan selatan di bawah peta. Meskipun demikian, Kakbah tetap terletak di tengah-tengah pusat peta dunia.
      Keempat, umat Islam ketika tawaf di Masjidil-Haram mengelilingi Kakbah 7 kali. Hal ini menandakan bahwa hanya ada satu Tuhan Yang Maha Kuasa yaitu Allah, dan sebagai keimanan dan penyembahan kepada satu Tuhan, sebagaimana setiap lingkaran hanya memiliki satu titik pusat.
      Hal ini menandakan hanya ada satu Tuhan, yaitu cuma Allah Yang Maha Kuasa, yaitu satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.
      Kelima, hadis Umar bin Khattab yang terkait dengan batu hitam Hajar Aswad. Umar bin Khaththab berkata, “Aku tahu bahwa kau adalah sebuah batu yang tidak bisa memberikan kebaikan atau kerugian. Seandainya aku tidak pernah melihat Nabi menyentuh dan menciummu, maka aku tidak akan pernah menyentuh dan mencium mu.”
      Keenam, orang Islam  berdiri di atas Kakbah mengumandangkan azan. Pada zaman Nabi, orang Islam berdiri di atas Kabah untuk mengumandangkan azan, yaitu seruan  untuk mengerjakan salat. Ketika azan umat Islam berdiri di atas Kakbah, hal ini membuktikan bahwa mereka tidak menyembah Kakbah.
      Jadi, “Masjid Qiblatain” atau “Masjid Dua Kiblat” membuktikan umat Islam tidak menyembah Kakbah, tetapi umat Islam ketika salat menghadap Kakbah, karena diperintah oleh Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Daftar Pustaka
1. Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfury. Sirah Nabawiyah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta. 2006.
2. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Masjid Nabawi. Madinah 2004.
3. Ghani, Muhammad Ilyas Abdul. Sejarah Mekah. Mekah 2004
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

  • 2117. AGAMA SAMAWI-1 1.    Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 85. 2.   وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ… Read More
  • 2117. AGAMA SAMAWI-1 1.    Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 85. 2.   وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ… Read More
  • 2117. AGAMA SAMAWI-1 1.    Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 85. 2.   وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ… Read More
  • 2117. AGAMA SAMAWI-1 1.    Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 85. 2.   وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ… Read More
  • 2117. AGAMA SAMAWI-1 1.    Al-Quran surah Al-A’raf (surah ke-7) ayat 85. 2.   وَإِلَىٰ مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ… Read More

0 comments:

Post a Comment