Saturday, November 18, 2017

495. ISLAM

ISLAM AGAMA YANG SEMPURNA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

      Ketika Nabi Muhammad wukuf di Arafah bertepatan dengan hari raya umat Yahudi dan Nasrani, pada saat itu tibalah wahyu terakhir kepada Nabi Muhammad.
      Al-Quran surah Al-Maidah, surah ke-5 ayat 3 yang menyatakan bahwa pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

       “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
      Menarik sekali untuk dipahami dan dihayati berkaitan dengan wahyu terakhir yang turun pada saat umat Islam merayakan Idul Adha, misalnya, kata “akmaltu” yang diterjemahkan dengan “Ku-sempurnakan”, dan kata “atmamtu” yang diterjemahkan dengan “Ku-cukupkan”, dan AI-Quran menggunakan keduanya untuk makna yang sama tetapi tidak serupa.
      Kata “akmaltu” diartikan dengan “menghimpun banyak hal yang kesemuanya sudah sempurna dalam satu wadah yang utuh”, sedangkan kata “atmamtu” diartikan dengan "menghimpun banyak hal yang belum sempurna sehingga menjadi sempurna."
     Al-Quran menjelaskan bahwa “agama telah disempurnakan”, sedangkan “nikmat telah dicukupkan”, hal ini berarti bahwa semua petunjuk agama yang beraneka ragam itu semuanya telah sempurna dan masing-masing bagiannya juga telah sempurna.
     “Agama telah disempurnakan” artinya jangan kita menganggap bahwa petunjuk tentang salat, zakat, nikah, jual beli, dan sebagainya yang disampaikan oleh Al-Quran masih mempunyai kekurangan, tetapi semuanya telah sempurna dan dihimpun dalam satu wadah yaitu “din” atau yang dinamakan dengan agama Islam.
     Sedangkan “nikmat telah dicukupkan”, artinya banyak nikmat dari Allah, misalnya kesehatan, kekayaan, pengetahuan, keturunan, dan sebagainya, tetapi masing-masing nikmat tersebut belum sempurna, dan apabila semuanya digabungkan, maka tetap masih belum sempurna.
      Semua kenikamatan tersebut baru akan sempurna, apabila dihimpun dengan petunjuk yang berasal dari Allah, dan gabungan petunjuk dari Allah dengan anugerah kesehatan, kekayaan, pengetahuan,  dan sebagainya, akan membuatnya menjadi nikmat yang sempurna.
      Sehingga apabila kita memperoleh kenikmatan berupa apa pun dan sebanyak apa pun, tetapi tanpa agama, maka kenikmatan tersebut tetap kurang dan belum sempurna.
     Kata “din” (agama) dan kata “dain” (utang) berasal dari akar kata yang sama dan  mempunyai kaitan makna yang sangat erat,  yaitu orang yang “beragama” artinya orang tersebut berusaha mensyukuri semua anugerah Allah, atau ingin “membayar utangnya” dan membalas “budi baik” Allah kepada dirinya.
      Sayangnya, manusia tidak mampu membayar semua utangnya dengan tuntas dan sempurna, karena terlalu banyaknya nikmat yang diperoleh, sampai manusia tidak mampu menghitung nikmat dari Allah saking banyaknya.
     Untuk menampakkan itikad baik kepada Allah, maka manusia datang menghadap kepada Allah dan menyerahkan segala apa yang dimilikinya sambil berkata,”Ya Allah, saya tidak mampu membayar semua utangku, maka saya datang menyerahkan wajahku kepada-Mu”.
    Inilah “Islam” yang artinya “penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah”, dan syukurlah Allah menerima pembayaran dengan cara yang demikian, dan dinyatakan secara resmi penerimaan tersebut pada wahyu terakhir, “Telah Ku-ridai dan Ku-terima dengan puas dan senang, Islam (penyerahan dirimu) sebagai agama (pembayaran utang)”.

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

Related Posts:

  • 96. DEBAT KUSIRDEBAT KUSIR SAMPAI PENSIUN Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M. Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo       Sabtu, 29  Me… Read More
  • 96. DEBAT KUSIRDEBAT KUSIR SAMPAI PENSIUN Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M. Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo       Sabtu, 29  Me… Read More
  • 95. NABI MUSA .1NABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M. Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo       … Read More
  • 97. NABI MUSA.1NABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M. Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo       … Read More
  • 95. NABI MUSA NABI MUSA INGIN MENYAKSIKAN KEADILAN ALLAH Oleh: Drs. H. Yusron Hadi, M.M. Kepala SMP Negeri 1 Balongbendo, Sidoarjo … Read More

0 comments:

Post a Comment