Friday, November 24, 2017

514. WAKTU

MEMAHAMI MAKNA WAKTU
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M

    Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang makna “waktu” menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Kata “waktu” (menurut KBBI V) bisa diartikan “seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung”, “lamanya (saat tertentu)”, “saat yang tertentu untuk melakukan sesuatu”, “kesempatan”, tempo”, “peluang”, “ketika’’,  “saat”, “hari”, “keadaan hari”, dan “saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia”.

     Dalam Al-Quran, kata “waqt” (waktu) ditemukan 3 kali, hanya saja konteks penggunaan dan makna yang dikandungnya tidak sama dengan yang dikemukakan di atas.
     Kata “waqt” digunakan dalam konteks pembicaraan tentang masa akhir hidup di dunia ini.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 187.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

      “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat,”Kapankah terjadinya?" Katakanlah,”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah,”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
      Al-Quran surah Al-Hijr, surah ke-15 ayat 38.

إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

      “Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan”.
      Al-Quran surah Shad, surah ke-38 ayat 81.

إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

      “Sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari kiamat)".
      Dapat disimpulkan bahwa kata “waqt” yang dikaitkan dengan bekerja adalah “batas akhir dari masa yang seharusnya digunakan untuk bekerja”.    
     Kata lain yang digunakan oleh Al-Quran untuk menunjuk kepada “masa” adalah “ashr”, dan kata “ashr”  hanya ditemukan sekali dalam Al-Quran surah Al-Ashr, surah ke-103 ayat 1-3 yang kaitannya dengan “kerja keras” justru sangat jelas, karena  digunakan dalam konteks pembicaraan menyangkut kehidupan dunia.

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

      “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”.  
      Kata “ashr” terambil dari akar kata yang berarti “memeras atau menekan sekuat tenaga sehingga bagian yang terdalam dari sesuatu dapat keluar dan tampak di permukaan”.
    Al-Quran menamakan “ashr”, karena manusia dituntut untuk menggunakannya dengan sekuat tenaga, memeras keringat, sehingga “inti sari” kehidupan ini dapat diperoleh.
     Sedangkan “waktu menjelang terbenamnya matahari” juga dinamakan “ashr” (Asar), karena pada siang harinya seseorang telah memeras tenaganya untuk bekerja, dan malam harinya untuk beristirahat.
      Al-Quran surah An-Naml, surah ke-27 ayat 86.

أَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِيَسْكُنُوا فِيهِ وَالنَّهَارَ مُبْصِرًا ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

       “Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan malam supaya mereka beristirahat padanya dan siang yang menerangi? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.
      Modal utama manusia adalah “waktu”, sesuatu yang tidak mampu kita dapatkan sekarang atau gagal kita raih sekarang, masih mungkin kita raih esok hari, tetapi “waktu” yang telah berlalu tidak akan kembali lagi.
      Dalam Al-Quran surah Al-Ashr, surah ke-103 ayat 1-3 Allah bersumpah,”Demi 'Ashr” (waktu) semua manusia berada dalam wadah kerugian, karena manusia tidak menggunakan “waktu” (ashr) dengan baik, dan kerugian tersebut sering kali baru disadari pada waktu “Asar” (menjelang terbenamnya matahari).
     Al-Quran menjelaskan bahwa orang yang terhindar dari kerugian adalah orang-ornga yang memenuhi empat kriteria.
     Yang pertama, yaitu orang yang “beriman” kepada Allah (amanu), yang kedua, orang-orang yang “mengamalkan kebenaran” (amilush shalihat), yang ketiga, orang-orang yang “belajar dan mengajar menyangkut kebenaran” (tawashauw bil haq), dan yang keempat, orang-orang yang “sabar dan tabah dalam beramal serta mengajarkan kebenaran” (tawashauw bish shabr).
     Manusia masih mengalami kerugian apabila sekadar mengetahui kebenaran dan mengamalkan kebenaran, ternyata manusia masih dituntut untuk saling menjaga dan saling meningkatkan mutu keimanan, kemudian berjuang bersama guna menikmati anugerah dari Allah.
     Para ulama menjelaskan bahwa para sahabat Nabi selalu membaca surah Al-Ashr, surah ke-103 ayat 1-3 setiap akan berpisah, tampaknya umat Islam sekarang ini, perlu membaca surah Al-Ashr pada saat bertemu dan ketika berpisah, agar waktu kita dapat terisi dengan aktivitas yang bermanfaat dan tidak merugikan siapa pun.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online

0 comments:

Post a Comment