Tuesday, July 9, 2019

2593. STANDAR PERILAKU MANUSIA


STANDAR PERILAKU MANUSIA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang standar ukuran perilaku manusia menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Kata “standar” (menurut KBBI V) dapat diartikan “ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”, “ukuran atau tingkat biaya hidup”, “sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran sebagai ukuran nilai atau harga”, “baku”, panji-panji, “bendera (sebagai lambang)”, “alat penopang yang berkaki (untuk menaruh bendera, menyangga sepeda, penopang alat potret, dan sebagainya)”.
2.    Para ulama berpendapat bahwa standar ukuran atau tolok ukur perilaku yang baik dan buruk mestilah merujuk kepada ketentuan Allah.
3.    Sesuatu yang dinilai baik oleh Allah, pasti dalam esensinya baik.

4.    Al-Quran surah Thaha (surah ke-20) ayat 8 menyatakan bahwa Allah mempunyai segala sifat yang baik.

اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ

      Dia Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaul husna, yaitu nama-nama yang baik.
5.    Rasulullah memerintahkan umat Islam agar berusaha sekuat kemampuan dan  kapasitasnya sebagai makhluk untuk meneladani Allah dalam semua sifat-sifat-Nya.
6.    Manusia sebagai makhluk Allah harus selalu berusaha berakhlak yang sesuai dengan akhlak Allah.
7.    Ketika Aisyah (istri Rasulullah) ditanya mengenai akhlak Rasulullah, Aisyah menjawab,”Budi pekerti Rasulullah adalah Al-Quran.”
8.    Semua sifat Allah tertuang dalam  Al-Quran.
9.    Para ulama berpendapat jumlah sifat Allah melebihi 99 sifat yang populer disebutkan dalam hadis.
10. Sifat-sifat  Allah  itu  adalah satu kesatuan, karena Allah Esa di dalam zat, sifat, dan  perbuatan-Nya. 
11. Tidak wajar jika  sifat-sifat  Allah  dinilai  saling  bertentangan, karena  semua sifat  Allah memiliki  tempatnya  masing-masing.
12. Ada tempatnya untuk  keperkasaan  dan  keangkuhan Allah, juga tempat kasih sayang dan kelemahlembutan Allah.
13. Ketika  seorang  Muslim meneladani  sifat  Al-Kibriya'  (Keangkuhan  Allah),  ia harus ingat bahwa sifat itu disandang oleh Allah dalam konteks ancaman terhadap para pembangkang dan terhadap orang yang merasa dirinya superior.
14. Ketika Rasulullah melihat seseorang yang berjalan dengan angkuh di medan perang, beliau bersabda, “Itu adalah cara berjalan yang dibenci Allah, kecuali      dalam kondisi semacam ini.”
15. Seseorang yang berusaha meneladani sifat Al-Kibriya' (Kengkuah Allah) akan meneladaninya untuk menghadapi manusia-manusia  yang angkuh.
16. Dalam konteks ini ditemukan riwayat yang menyatakan, “Bersikap sombong terhadap orang yang sombong adalah sedekah”. 
17. Ketika seorang Muslim berusaha meneladani kekuatan dan kebesaran Allah,  harus  diingat  bahwa  sebagai makhluk, manusia terdiri atas jasad dan ruh, sehingga keduanya  harus  sama-sama kuat. 
18.  Kekuatan  dan  kebesaran  itu  mesti  diarahkan  untuk membantu yang kecil dan lemah, bukan untuk menopang yang salah dan yang sewenang-wenang.
19. Allah tidak suka kepada orang yang angkuh lagi membanggakan diri.
20. Al-Quran surah Lukman (surah ke-31) ayat 18.

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

      Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

21. Jika seorang Muslim meneladani Allah Yang Maha Kaya, ia harus menyadari   bahwa istilah yang digunakan  Al-Quran untuk menunjukkan sifat  itu  adalah  Al-Ghani (tidak  membutuhkan) dan bukan kaya materi.
22. Esensi sifat kekayaan adalah kemampuan berdiri sendiri atau tidak  membutuhkan bantuan pihak  lain,  sehingga  tidak perlu meminta-minta.   
 
23. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 273.

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

     (Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
24. Tetapi dalam kedudukan sebagai makhluk, manusia pasti sadar bahwa dirinya amat membutuhkan Allah.
25. Al-Quran surah Fathir (surah ke-35) ayat 15. 

۞ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

      Hai manusia, kamu yang membutuhkan sesuatu kepada Allah; dan Allah Dia Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
26. Sifat-sifat Allah lainnya yang harus  diteladani oleh manusia  adalah:
1)    Maha  Mengetahui.
2)    Maha Pemaaf.
3)    Maha Bijaksana.
4)    Maha Agung.
5)    Maha Pengasih.
6)    Dan lainnya.
27. Adalah suatu keistimewaan bagi seseorang atau masyarakat jika menjadikan  sifat-sifat Allah sebagai  tolok ukur, dan tidak menjadikan kelezatan atau manfaat sesaat  sebagai  tolok ukur kebaikan.
28. Karena kelezatan dan manfaat dapat berbeda-beda antara seseorang  dengan  yang  lain,  bahkan  seseorang  yang berada  dalam  kondisi dan situasi tertentu juga bisa berbeda, dengan kondisi  lainnya.

Daftar Pustaka
1.    Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.


Related Posts:

0 comments:

Post a Comment