Tuesday, July 23, 2019

2734. ARTI TAWAKAL


ARTI TAWAKAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

     Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang tawakal kepada Allah menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
1.    Kata “tawakal” (menurut KBBI V) dapat diartikan “pasrah diri kepada kehendak Allah”, “percaya sepenuh hati kepada Allah (dalam penderitaan dan sebagainya)”.

2.    Al-Quran surah Al-Muzzammil (surah ke-73) ayat 9.

رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا

     (Dia-lah) Tuhan masyrik dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.
3.    Para ulama menjelaskan bahwa kata “wakil” bisa diterjemahkan sebagai “pelindung".
4.    Kata “wakil” pada hakikatnya terambil dari kata “wakala-yakilu” yang artinya “mewakilkan”.
5.    Jika seseorang “mewakilkan” kepada orang lain dalam suatu masalah, maka dia telah menjadikan orang yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam menangani masalah itu.
6.    Si wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya.
7.    Jika menjadikan Allah sebagai “wakil” sesuai dengan makna yang disebutkan di atas, artinya “menyerahkan segala masalah kepada Allah”.
8.    Para ulama menjelaskan bahwa makna seperti itu dapat menimbulkan kesalahpahaman, maka perlu penjelasan lebih jauh.
9.    Keyakinan tentang “Keesaan Allah” artinya bahwa “perbuatan Allah adalah Esa”.
10. Artinya perbuatan Allah berbeda dan tidak sama dengan perbuatan manusia, meskipun menggunakan kata atau istilah yang sama.
11. Misalnya, Allah Maha Pengasih dan Maha Pemurah.
12. Kedua sifat ini dapat pula dinisbahkan kepada manusia, tetapi hakikat dan kapasitas rahmat dan kemurahan Allah tidak dapat disamakan dengan yang dimiliki manusia.
13. Mempersamakan hal itu akan berakibat gugurnya makna keesaan.
14. Para ulama menjelaskan bahwa Allah, yang kepada-Nya diwakilkan segala masalah adalah Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana dan semua Maha yang mengandung pujian.
15. Manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan dalam segala hal.

16. Al-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 216.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

        Diwajibkan atasmu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

17. Al-Quran surah Al-Ahzab (surah ke-33) ayat 36.

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

      Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.
18. Dalam Al-Quran terulang dalam bentuk tunggal, yaitu “tawakkal” sebanyak 9 kali, dan dalam bentuk jamak, yaitu “tawakkalu” sebanyak 2 kali.
19. Semuanya didahului oleh perintah untuk melakukan sesuatu, lalu disusul dengan perintah “bertawakal”.

20. Al-Quran surah Al-Anfal (surah ke-8) ayat 61.

۞ وَإِنْ جَنَحُوا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

      Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

21. Al-Quran surah An-Nisa (surah ke-4) ayat 79.

مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا

     Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

22. Al-Quran surah Al-Fatihah (surah ke-1) ayat 7.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

     (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.  
23. Para ulama menjelaskan cara Al-Quran memberikan contoh seorang Muslim mengekspresikan keyakinan ucapannya, yaitu “petunjuk jalan menuju kebaikan” adalah bersumber dari Allah yang memberikan nikmat.
24. Al-Quran ketika berbicara tentang “jalan orang-orang sesat dan yang akan mendapatkan murka”, tidak dinyatakan sebagai “jalan orang-orang yang Engkau murkai”, tetapi “yang dimurkai”.
25. Murka dapat mengandung makna negatif, sehingga tidak wajar disandarkan kepada Allah.

26. Al-Quran surah Asy-Syuara (surah ke-26) ayat 80.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ
      Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
27. Para ulama menjelaskan bahwa karena “penyakit” adalah sesuatu yang buruk, maka tidak dinyatakan berasal dari Allah.
28. Kesembuhan adalah sesuatu yang terpuji, maka dinyatakan bahwa, “Dia (Allah) yang menyembuhkan”.

29. Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 79.

أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

      Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.

30. Al-Quran surah Al-Kahfi (surah ke-18) ayat 82.

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

      Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya".
31. Nabi Khidir membocorkan perahu, sambal berkata, “Aku ingin merusaknya”.
32. Pembocoran perahu adalah sesuatu yang buruk.
33. Ketika membangun tembok yang hampir runtuh, kalimat yang digunakan adalah “MakaTuhanmu menghendaki”, karena “membangun” adalah positif.

DaftarPustaka
1.    Shihab, M. Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.    Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3.    Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4.    Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5.    Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment