BUZZER
MENYERANG GUBERNUR ANIES
Oleh:
Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Dihajar
Buzzer, Anies Banjir Dukungan
2. Oleh:
Tony Rosyid
3. Pengamat
Politik dan Pemerhati Bangsa
4. Beberapa
orang japri saya, mengirim link media terkait petisi terhadap Anies.
5. Di antara
mereka ada orang penting di Majlis Ulama Indonesia (MUI).
6. Beliau
berkomentar: Ternyata, lawan Anies bekerja sistematis untuk menjatuhkan.
7. Semua
yang japri saya minta respon dan tanggapan.
8. Apa
jawaban saya?
9. *Hehehe*
Kok ketawa?
10. Gak
serius amat?
11. Si
Amat aja gak serius, kenapa saya harus serius?, jawabku.
12. Dalam
hati aku cuma bilang: "hanya orang bodoh yang mau merespon mainannya
buzzer."
13. Seseorang
dari fraksi PDIP DKI memberi komentar: petisi itu tak berafiliasi dengan partai
manapun.
14. Mereka
adalah orang-orang yang merasa dirugikan.
15. Oh ya?
Siapa mereka bung DPRD?
16. Dari
mana asalnya?
17. Jangan-jangan
dari Bangka Belitung. Kerugian apa yang dialaminya?
18. Mirip
banjir di Jatiasih Bekasi kemarin, yang
disalahin Anies.
19. Bekasi
bro!
20. Kenapa
gak salahin Ridwan Kamil dan Walikota/Bupati Bekasi?
21. Kenapa
salahin Anies?
22. Karena
Anies yang ditarget. Waduh!
23. Bagaimana
respon Anies?
24. "Kami bertanggungjawab, dan tidak
salahkan siapa-siapa".
25. Begitu
menghadapi banjir, Anies turun langsung dan ikut lakukan evakuasi korban.
26. Pastikan
para pengungsi teratasi dan aman logistiknya.
27. Di mana
kementerian sosial?
28. Hus...
Gak usah nanya-nanya yang lain.
29. Benar
kata kawan saya, orang penting di MUI itu.
30. Memang
ada upaya sistematis untuk mengganggu Anies.
31. Upaya
itu dimulai sejak Anies dilantik jadi gubernur.
32. Publik
tahu itu.
33. Inget
kata "pribumi" dalam pidato pelantikan Anies yang dikasuskan?
34. Itu
baru pemanasan.
35. Dan
tak berhenti sampai sekarang.
36. Sudah
lebih dari dua tahun.
37. Makin
kesini, makin kencang.
38. Ini
terjadi bukan saja karena faktor "gak move on", tapi juga terkait
kebijakan Anies yang seringkali mengganggu kepentingan oligarki.
39. Terutama
kegalauan mereka menghadapi pilpres 2024.
40. Oh ya?
Masih lama, kok galau ya?
41. Lihat
video orang-orang yang pakai atribut topi sinterklas?
42. Videonya
viral.
43. Dalam
video itu, ada beberapa orang yang karena rajin bully Anies menjadi terkenal.
44. Mereka
gelisah.
45. Gelisah
kalau Anies jadi presiden.
46. Makin
gelisah lagi ketika Anies datang dan turun langsung ke lokasi banjir, warga
teriak "Gubernur Rasa Presiden" (Kompas, 5/1)
47. Tidak
hanya Anies yang dibully.
48. Semua
pihak yang mengapresiasi kinerja Anies
juga dibully.
49. Termasuk
kompas, kumparan dan detik.com yang dalam konteks banjir ini berusaha obyektif
memotret kerja Anies dan respon warga.
50. Kena
bully juga.
51. Jangan-jangan
Jaya Suprana dan Sujiwo Tedjo juga akan dibully hanya karena mengapresiasi
kerja Anies.
52. Jangan
tanya soal moral dan etika.
53. Bagaimana
kita membuat standar moral dan etika untuk orang-orang yang mejadikan banjir
dan penderitaan para korban sebagai arena berpolitik?
54. Maksudnya
gak bermoral?
55. Ah,
jangan terlalu vulgar.
56. Rakyat
juga sudah paham.
57. Lalu,
bagaimana dari sisi politik?
58. Ini
baru butuh analisis lebih detil.
59. Selama
ini, "para buzzer" selalu gagal mengganggu Anies.
60. Alih-alih
menjatuhkan, justru sebaliknya, setiap kasus malah jadi blessing dan mengangkat
nama Anies.
61. Lem
aibon, Ambruknya jembatan di hutan kota, dan sekarang soal banjir.
62. Kenapa?
63. Ke-1,
"para buzzer" selalu kesulitan untuk mendapatkan isu seksi.
64. Setidaknya
hingga hari ini, Anies tak pernah melakukan kesalahan fatal terkait dengan
integritas, kebijakan dan komunikasi politiknya.
65. Ini
salah satu kelebihan Anies, bicara dan kerjanya sangat terukur.
66. Jadi,
tak ada ruang untuk menggarap isu yang berpotensi downgrade Anies.
67. Ke-2,
terlalu banyak rekayasa.
68. Penyebaran
hoaks dengan data-data invalid dan cenderung ngasal justru jadi faktor
kegagalan mereka.
69. Ketika
data-data asli dibuka, kelar. Ini terus berulang terjadi.
70. Intinya, para buzzer ini gak bermain taktis.
71. Hanya
eforia sesaat.
72. Ke-3,
pola komunikasi "ala preman" justru mendatangkan ketidaksimpatisan
publik.
73. Miskin
dukungan, bahkan memancing perlawanan banyak pihak.
74. Corat
coret wajah Anies dengan berbagai bentuk caci maki yang gak karuan.
75. Mereka
gak paham psikologi publik.
76. Publik
Indonesia masih waras.
77. Gak
suka sampah model seperti itu.
78. Ke-4,
walaupun sudah bekerja sistematis, terstruktur dan masif, para buzzer ini tetap
kalah jumlah, kalah cerdas, kalah kompak dan kalah militan dibanding para
pendukung Anies.
79. Ini
yang membuat setiap isu kandas di tengah jalan.
80. Kelima,
Anies tak mudah dipancing untuk bereaksi dan merespon para buzzer itu.
81. Dalam
konteks ini, Anies cukup matang dalam sikap dan melakukan komunikasi politik.
82. Sejumlah
orang justru balik simpati dan dukung Anies ketika Anies melakukan komunikasi
dengan pihak-pihak yang selama ini "memusuhinya".
83. Di samping
kerja Anies yang terukur.
84. Tentu
terukur menurut lembaga-lembaga yang dianggap kredibel oleh publik untuk
memberikan penilaian.
85. Termasuk
KPK, BPK dan sejumlah kementerian.
86. "Saya
tak akan menjawab dengan kata-kata, tapi dengan kerja dan karya", kata
Anies.
87. Dan
Anies telah membuktikannya dengan karya nyata dan sejumlah penghargaan.
88. Terkait
banjir yang tak hanya menimpa Jakarta.
89. Tapi
juga Jawa Timur, Jawa Barat, Banten dan Kalimantan Selatan.
90. Anies
tegar di tengah dibullyan, caci maki dan kebencian.
91. Fokus
kerja, turun langsung ke lapangan dan pimpin pasukan untuk mengatasi dampak
banjir.
92. Tak
mengeluh.
93. Tak
menyalahkan pusat.
94. Tak
menyalahkan presiden.
95. Tak
menyalahkan kepala daerah lain.
96. Tak
nyalahin hujan.
97. Tak
nyalahin air laut yang sedang pasang.
98. Tak
nyalahin 13 sungai.
99. Anies
juga tidak bilang: "banjir akan lebih mudah diatasi jika jadi
presiden".
100. Anies
gak pernah bilang begitu.
101. Kalau
pada akhirnya nanti Anies jadi presiden dan melanjutkan program-program yang
sudah dimulai dan dikerjakan Pak Jokowi, itu soal lain.
102. Lima
fakta ini yang membuat lawan politik Anies seperti tak menemukan ruang yang
cukup untuk merusak nama Anies.
103. Ini
bisa dilihat dari kegalauan mereka dalam video yang viral beberapa hari ini.
104. Bisa
dimaklumi.
105. Di
satu sisi, mereka tak siap ditinggal Jokowi pensiun di 2024.
106. Di
sisi lain, mereka tak punya tokoh yang kompetitif untuk dilawankan dengan
Anies.
107. Enggak
tahu kalau pada akhirnya mereka mencalonkan Abu Janda, Denny Siregar atau Ade
Armando untuk menjadi kompetitor Anies.
108. Perlu
juga dicoba dan diberi kesempatan.
109. Yang
publik gak bisa maklumi, mengapa mereka tak punya rasa empati kepada para
korban.
110. Di
saat banjir tiba dan penderitaan menimpa bangsa ini, para buzzer justru makin
masif produksi bullyan dan caci maki.
111. Di mana
nurani mereka?
112. Di
sisi lain, walaupun terus dibully, Anies justru malah banjir dukungan.
113. Jakarta,
6/1/2020
(sumber: internet Tony Rosyid)
0 comments:
Post a Comment