Friday, April 17, 2020

4190. VIRUS MANTAN MESKES


VIRUS MANTAN MENTERI KESEHATAN
Oleh: Drs. H. M. YusronHadi, M.M
1.    Siti Fadilah: Saya hanya bisa menangis karena tak bisa  berbuat apa-apa
2.    Eks Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah bahkan telah menyerukan pembebasan Siti jauh sebelum petisi itu diluncurkan.
3.    Menurut Fahri, Siti dijebloskan ke penjara karena membongkar konspirasi antara World Health Organization (WHO) dan Amerika Serikat dalam bisnis vaksin.

A.   Bagaimana pengalaman pandemi flu burung dan flu babi?
1.    Pada waktu flu burung, saya bisa mematahkan secara saintifik pernyataan WHO yang mengatakan sudah terjadi human to human transmission itu bohong.
2.    Mereka hanya memakai kriteria epidemiologi, saya menggunakan virologi yang lebih definit.
3.    Saya protes ke PBB dan pernyataan pandemik dicabut oleh WHO pada 2006.
4.    Saya membuat resolusi didukung 128 negara.
5.    (Kami) menghadapi adidaya membiayai WHO yang membuat sistem tidak adil.
6.    Resolusi Indonesia yang saya pimpin berhasil disetujui dunia tahun 2011.
7.    Mulai saat itu, lalu lintas virus ganas harus transparan.
8.    Saya tidak hanya menduga kongkalingkong WHO dengan perusahaan farmasi.
9.    Tapi, saya melihat buktinya ketika parlemen Uni Eropa menggerebek WHO.

B.   Untuk flu babi seperti apa?
1.    Terjadi tahun 2009.
2.    Pertengahan 2008, saya tahu virus H1N1 Puerto Rico disebut flu babiitu berada di CDC (Centre for Disease Control and Prevention) Atlanta. Saya tahu dan berkomunikasi dengan pejabatnya di sana.
3.    Sewaktu WHO mengembalikan virus H5N1 yang saya minta, ternyata ada yang tercampur dengan H1N1.
4.    Ketika pandemi flu babi merebak, saya meneriakkan bahwa virus itu berasal dari lab besar bukan berasal dari binatang seperti yang dikatakan WHO.
5.    Suara saya gayung bersambut para ahli dari Kanada dan Eropa.
6.    Akhirnya, pandemi itu berhenti, hanya Meksiko hancur ekonominya.
7.    Indonesia belum terimbas karena saya kerja sama dengan negara yang ada di perbatasan dengan Indonesia.
8.    Yaitu Singapura, Brunei, Malaysia yakni, bila ada WNI H1N1 positif dilarang masuk Indonesia.
9.    Saya minta tolong diobati di negara Singapura, Malaysia atau Brunei.
10. Saya handle sendiri mengumumkan hasil pemeriksaan spesimen yang suspect.
C.   Apa kunci keberhasilan pemerintah ketika itu?
1.    Ke-1: Pemimpin dalam mengatasi pandemik flu burung.
1)    Menkes, menguasai substansi ilmiah virus outbreak dan substansi politik kesehatan.
2.    Ke-2: Menguasai aturan internasional tentang kesehatan.
2)    Antara lain IHR (International Health Regulation) tahun 2005. K
3)    apan pandemik boleh di-declare dan sebagainya.
4)    Jadi, kita tidak bisa ditipu lembaga WHO.
3.    Ke-3: Tidak takut dengan siapa pun untuk melindungi bangsa dan negaranya.
4.    Ke-4: Menggalang  kekuatan politik antarnegara di dunia dengan transparency, equity dan fairness.
1)    Ternyata negara besar seperti Inggris, Rusia, Prancis, Jerman, India, dan China langsung berdiri di belakang kita.
2)    Kita berhasil meyakinkan mereka yang kita perjuangkan adalah keselamatan dunia.

D.   Saat ini, pemerintah pusat kerap terlibat silang pendapat dengan pemerintah daerah dalam penanganan Covid-19. Pada saat Anda memimpin penanganan flu burung, apakah situasi seperti ini juga terjadi? 
1.    Waktu saya mimpin penanganan flu burung, tidak ada tarik-menarik antara pusat dan daerah.
2.    Sepertinya ada UU Otonomi Daerah, kalau ada bencana nasional, the leader adalah pusat.
3.    Waktu itu kompak banget.
4.    Saya yang mimpin, Bapak SBY tut wuri handayani.
5.     Kalau beliau kurang paham atau punya pandangan lain, saya dipanggil untuk diskusi.
6.    Saya sangat apresiasi sikap beliau dalam memimpin, menempatkan ahli di tempatnya.
7.    Beliau mengikuti, menolong bila dibutuhkan, memberi semangat, dan menguatkan aturan birokrasi yang kami perlukan.

E.   Apa saja aset yang dimiliki bangsa ini untuk melawan pandemi Covid-19?
1.    Terus terang saya menangis.
2.    Covid-19 bisa dilawan di China ketika mulai muncul pada 1 Januari - 31 Januari.
3.    Tapi, tidak dilakukan China dan berlanjut ke tanggal 11 Maret ketika Covid-19 dinyatakan pandemi.
4.    Tidak orang protes apakah kriteria PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) dari WHO, 31 Januari itu benar?
5.    Kriteria pandemik saat itu apakah sudah sesuai?
6.    Semuanya terjadi begitu saja.
7.    Padahal, waktu antara itu sangat penting untuk kita bersiap-bersiap.
8.    Tapi, tidak ada perhatian.
9.    Akhirnya (Covid-19 sampai) ke negara kita.
10. Saya meskipun di penjara, saya ikuti terus detik demi detik.
11. Saya hanya bisa menangis karena saya tidak bisa berbuat apa-apa.
12. Berteriak tidak akan didengarkan.
13. Di sini para pemimpin lupa.
14. Tim saya, waktu itu adalah aset berharga karena berpengalaman langsung dengan pandemi dan bisa melihat solusinya.
15. Tapi, tidak ada yang ingat.
16. Mungkin, saya di penjara, dipikir saya sudah tolol.
17. Ya, sudah, saya melihat sdengan menangis.
18. Rumus saya orang mimpin penanggulangan Covid-19, apa pun namanya harus menguasai substansi ilmiah dan politik kesehatan sekaligus.
19. Tampaknya, ini tidak terjadi dalam (penanganan) Covid-19 di Indonesia.
20. Ini bencana kesehatan, bukan bencana gempa atau tsunami.
21. Penanganannya sangat beda.
22. Aset fisik dari (penangangan) flu burung sangat bisa digunakan.
23. Misalnya, saya dulu membuat 100 ICU (intenstive care unit) khusus flu burung di seluruh Indonesia.
24. Saya dulu sangat dekat ahli virologi seluruh Indonesia membuat program pencegahan dan sebagainya.
25. Lab litbangkes sekarang adalah peninggalan (penanganan) flu burung yang sangat baik, misalnya, di RS Sulianti Saroso dan sebagainya.   

F.    Para guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menganggap institusi dan fasilitas kesehatan kita tidak mampu mengatasi pertambahan pasien masif karena Covid-19. Anda sepakat?
1.    Fasilitas rumah sakit tidak mampu mengatasi ledakan sakit karena Covid-19.
2.    Harus dikerjakan pencegahan efektif, yaitu physical distancing dan screening masif dan serentak.
3.    Akan jelas yang positif dan negatif Covid-19.
4.    Screening harus memakai swab test sesuai virus, setara pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction), hasilnya langsung dibaca.
5.    Yang memamakai metode ini Korea, Singapura, Middle East.
6.    Kita belum punya.
7.    Tapi, (alat) rapid test yang dibeli ada harus dilihat juga.
8.    Ada risikonya karena virusnya memang tidak sama.
9.    Selain itu, membuat isolasi mandiri.
10. Itu untuk yang positif asimtomatik dan akan mengurangi penderita berat.
11. Membuka rumah sakit menampung banyak pasien baik, tapi disertai infrastruktur betul.

G.   Hari-hari ini, Jakarta dengan fasilitas dan infrastruktur kesehatan relatif komplet  kewalahan. Kondisi daerah tentu lebih parah. Solusinya apa?
1.    Memang infrastruktur kesehatan kita tidak bisa menampung penderita Covid-19 bila cara pencegahannya seperti ini.

H.   Jokowi menetapkan status darurat kesehatan masyarakat dan mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk meredam wabah Covid-19. Anda menilai itu cukup?
1.    PSBB baik jika dijalankan dengan disiplin.
2.    Tapi tidak efektif bila tidak disertai screening masif serentak dengan swab rapid test sesuai dengan virus kita.

I.     Anda sepakat tidak perlu karantina wilayah atau lockdown?
1.    Tidak perlu lockdown.
2.    Keputusan politik Pak Jokowi sudah tepat karena lockdown akan berdampak buruk terhadap kondisi sosial, politik, dan ekonomi.
3.    Untuk dampak kesehatannya tidak banyak berbeda dengan PSBB.
4.    Lockdown risiko ekonominya lebih berat dari PSBB dan risiko politiknya kita bisa  kehilangan kedaulatan bangsa.
5.    Untuk mencegah penyebaran Covid-19 dengan screening masif dan serentak dan  pemberlakuan PSBB, yang positif diisolasi.

J.    Sejumlah negara tidak menempuh lockdown dan berhasil melawan Covid-19, contohnya Korsel. Tapi Korsel bertindak cepat melakukan screening luas. Indonesia tidak. Pendapat Anda?
1.    Kunci Korsel mencegah penularan terletak screening masif dan serentak waktu penderita positif masih sedikit.

K.   PSBB dianggap belum efektif di lapangan. Apa yang membuat Anda yakin kebijakan ini lebih baik ketimbang lockdown?
1.    PSBB lebih diaktifkan berkeadilan sosial, tapi harus sesuai UUD 45 bahwa pemerintah harus melindungi rakyat sebaik-baiknya.

L.    Khusus screening massal, apa saran Anda supaya efektif? Perlukah tes massal Covid-19 gratis bagi warga miskin seperti di AS dan Korsel?
1.    Syarat ke-1: Screening masal harus masif serentak terhadap jumlah yang besar.
2.    Syarat ke-2: Mamakai alat tes cepat setara PCR sesuai virus.
3.    Syarat ke-3: Dilaksanakan sistematis dan gratis.

M.  Untuk deteksi Covid-19, Indonesia masih kebingungan. Semula pakai RT-PCR. Dikritik hasilnya terlalu lama, pemerintah menambah rapid test. Dikritik tidak akurat. Kini, diusulkan pakai TCM biasa dipakai untuk mendeteksi TBC. Menurut Anda, mana cocok untuk Indonesia?
1.    Untuk mendeteksi virus, saya sarankan PCR spesifikasi primer sesuai dengan virus.
2.    Untuk TCM, saya tidak tahu apa kompatibel untuk Indonesia.
3.    Kuncinya screening masif serentak dengan swab rapid test sesuai virus.

N.   Banyak pihak menilai pemerintah terlambat merespons Covid-19. Pemerintah dinilai meremehkan. Anda setuju itu?
1.    Saya tidak mau menjawab.

O.   Seperti negara lain, Indonesia berjuang menemukan vaksin Covid-19. Anda yakin?
1.    Menurut saya, tidak perlu vaksin sekarang ini.

P.   Menurut Anda, apakah kerja sama internasional menangani pandemi Covid-19 sudah baik?
1.    Saya tidak melihat kerja sama internasional menonjol untuk meringankan beban negara kita dalam menghadapi Covid-19.
(Sumber: internet)

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment