ARTI RAFAS, FASIK DAN JIDAL
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Di antara larangan selama berihram untuk
jamaah haji dan umrah dalam Al-Quran adalah:
1) Rafas.
2) Fasik.
3) Jidal.
2. AL-Quran surah Al-Baqarah (surah ke-2)
ayat 197.
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ
فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ
خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ
وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang
menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh
rafas, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
A. Rafas.
1. Rafas (menurut KBBI V) dapat diartikan
“perkataan yang menimbulkan berahi”, “perkataan yang tidak senonoh”, atau
“hubungan seksual”.
2. Rafas adalah:
1) Berkata tidak senonoh yang mengandung
unsur porno (cabul).
2) Senda gurau berlebihan yang menimbulkan
nahsu berahi (syahwat).
3) Termasuk hubungan badan (bersetubuh).
B. Fasik.
1. Fasik (menurut KBBI V) dapat diatikan “tidak
peduli terhadap perintah Allah ( artinya buruk kelakuan, jahat, berdosa
besar)”, atau “orang yang percaya kepada Allah, tetapi tidak mengamalkan
perintah Allah, bahkan melakukan perbuatan dosa”.
2. Fasik adalah;
a. Semua perbuatan maksiat yang disadari atau
tidak disadari oleh orang yang berbuat, antara lain:
1) Sombong, angkuh, atau takabur.
2) Sikap, perkataan, atau perbuatan yang
merugikan atau menyakiti orang lain.
3) Bersikap zalim terhadap orang lain,
misalnya mengambil hak orang lain atau merugikan orang lain.
4) Berbuat sesuatu yang dapat menodai akidah
dan keimanan kepada Allah.
5) Merusak lingkungan atau makhluk lain tanpa
alasan benar.
6) Menghasut dan memprovokasi orang lain
agar berbuat maksiat.
C. Jidal.
1. Jidal adalah:
1) Semua sikap dan perbuatan yang mengarah
pada perdebatan, perselisihan, dan permusuhan yang diiringi dengan nafsu amarah.
2) Meskipun dengan alasan untuk
mempertahankan kebenaran dan memperjuangkan haknya.
3) Misalnya berbantahan untuk berebut kamar
tidur, toilet, dan kamar mandi.
4) Termasuk melakukan demontrasi terhadap
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
2. Bermusyawarah dan berdiskusi tentang
masalah agama yang dilakukan dengan cara baik, sopan, dan santun untuk kebaikan
dan kemaslahatan bersama diperbolehkan.
(Catatan haji 2018, oleh : HM. Yusron
Hadi bin HM. Tauchid Ismail, Sidoarjo, Jawa Timur. Ketua regu 23, rombongan 6,
kloter 71 Surabaya).
Daftar Pustaka
1. Rasjid, Sulaiman. Fikih Islam (Hukum
Fikih Lengkap). Penerbit Sinar Baru
Algensindo, cetakan ke-80, Bandung, 2017.
2. Panduan Perjalanan Haji, 2018, Departemen
Agama RI
3. Bimbingan Manasik Haji, 2018, Departemen
Agama RI
0 comments:
Post a Comment