PINTAR
TAPI PEMBOHONG
Oleh:
Drs. H.M. Yusron Hadi, M.M.

LABA
GARUDA
1. Senin
29 July 2019, Oleh : Dahlan Iskan
2. Saya
membedakan antara 'sikap keuangan' dan 'ahli keuangan'.
3. Belum
tentu orang yang ahli keuangan punya 'watak keuangan'.
4. Sebaliknya
belum tentu yang punya 'sikap keuangan' adalah 'ahli keuangan'.
5. Yang
terbaik adalah ahli keuangan yang punya 'sikap keuangan'.
6. Saya
kagum dengan direktur keuangan PT Garuda Indonesia itu.
7. Ia
pasti sangat ahli keuangan.
8. Kalau
tidak, mana mungkin bisa.
9. Dalam
keadaan bisnis seperti itu Garuda bisa laba Rp 70 miliar.
10. Di
laporan keuangan tahun 2018 yang ia buat.
11. Saya
ingin melansir satu mantra berikut ini:
12. "Mereka
boleh pintar, kita tidak boleh bodoh".
13. Mantra
yang saya beri tanda kutip itu baiknya dipegang oleh siapa saja.
14. Apalagi
dalam hubungan dagang dengan Tiongkok.
15. Atau
dengan siapa pun.
16. Jangan
pernah salahkan mereka yang pintar itu.
17. Tapi
kita juga harus ingat: kita jangan bodoh!
18. Kita
harus mengakui direktur keuangan Garuda itu sangat pintar.
19. Sangat
ahli keuangan: bagaimana bisa membuat Garuda terlihat laba Rp 70 miliar.
20. Padahal
rugi Rp 2,4 triliun. Sungguh pintar sekali.
21. Tapi
OJK (Otoritas Jasa Keuangan) tidak bodoh.
22. BPK
(Badan Pemeriksa Keuangan) tidak bodoh.
23. Menteri
Keuangan tidak bodoh.
24. Dua
komisaris Garuda itu tidak bodoh.
25. Mereka
menolak laporan keuangan Garuda tahun 2018 itu.
26. OJK
dan pasar modal menjatuhkan sanksi denda.
27. Denda
itu sebesar Rp 100 juta untuk perusahaan.
28. Denda
Rp 100 juta kepada seluruh jajaran direksi.
29. Serta
denda Rp 100 juta yang ditanggung bersama oleh jajaran direksi dan komisaris
yang menandatangani laporan keuangan 2018.
30. Kepintaran
direktur keuangan itu bisa dilihat dari sini: rencana pendapatan masa depan
dimasukkan ke dalam pendapatan tahun lalu.
31. Nilainya
besar pula.
32. Lebih
dari Rp 2 triliun.
33. Rencana
pendapatan itu datang dari kontrak jangka panjang.
34. Yang
ditandatangani tahun lalu.
35. Kerjasama
itu -- pintarnya lagi -- bukan dilakukan langsung oleh Garuda.
36. Tapi
oleh anak perusahaannya: Citilink.
37. Makanya
penumpang Citilink sudah pada tahu: akan ada pelayanan wifi di atas pesawat.
Sebentar lagi.
38. Sangat
menggembirakan.
39. Juga
membanggakan.
40. Mungkin
banyak yang mengira wifi itu nanti gratis.
41. Seperti
yang di dalam terminal bandara.
42. Tentu
tidak akan gratis.
43. Bisakah
jasa wifi itu menghasilkan uang Rp 2 triliun dalam waktu 10 tahun?
44. Saya
tidak mampu menghitungnya.
45. Belum
tersedia data pendapatan pesawat dari sektor wifi.
46. Saya
sering naik pesawat yang sudah memiliki layanan wifi.
47. Selama
di Amerika.
48. Atau
dalam penerbangan jarak jauh.
49. Tapi
hanya sekali menggunakannya.
50. Itu
pun hanya karena ingin merasakan.
51. Yang
benar-benar untuk keperluan mendesak belum pernah.
52. Masih
terlalu mahal. Menurut perasaan saya.
53. Apalagi
untuk penerbangan Citilink di dalam negeri.
54. Yang
jarak terbangnya hanya satu sampai dua jam.
55. Adakah
begitu pentingnya urusan yang sampai tidak bisa ditunda dua jam?
56. Sampai
harus menggunakan wifi yang mahal?
57. Untuk
ukuran saya saja masih merasa mahal.
58. Apalagi
untuk umum. Entahlah, mungkin saya yang salah sikap.
59. Meski bukan orang keuangan saya sudah tertular
untuk punya 'sikap keuangan'.
60. Mungkin
juga karena Citilink punya konsultan yang hebat.
61. Yang
tahu cara menghitung pendapatan masa depan.
62. Terutama
pendapatan dari sektor wifi.
63. Mungkin
saja mereka punya data penggunaan wifi di dalam pesawat di negara lain.
64. Atau
ada jenis kontrak yang lebih istimewa.
65. Yang
lebih pasti.
66. Bagi
Citilink.
67. Misalnya:
kontrak dengan sistem take or pay.
68. Perusahaan
swasta itu diwajibkan membayar Rp 2 triliun.
69. Selama
10 tahun.
70. Tidak
peduli berapa pun yang menggunakan wifi.
71. Resiko
ada di pihak swasta itu.
72. Kalau
rugi.
73. Durian
runtuh juga milik swasta itu.
74. Kalau untung.
75. Belum
sampai selesai membuat perkiraan, saya keburu membaca berita baru: kerjasama
itu dibatalkan.
76. Ya,
sudah.
77. Tetap
saja saya mengakui.
78. Ahli
keuangan itu hebat.
79. Bisa
membuat perusahaan rugi menjadi kelihatan laba.
80. Ia
yang mencarikan jalannya.
81. Caranya.
82. Taktiknya.
83. Ialah
yang mencarikan bedak dan gincunya.
84. Bagi seorang
yang punya 'sikap keuangan' tidak akan mau melakukan itu.
85. Ia
justru akan mengingatkan atasannya.
86. Mengenai
resiko bagi perusahaan.
87. Kalau
hal seperti itu dilakukan.
88. Ada
beberapa motif yang biasanya melatarbelakangi.
89. Untuk
perusahaan publik, kepintaran seperti itu semata-mata untuk menipu pasar. Agar
harga sahamnya naik.
90. Untuk
sebuah perusahaan negara bisa karena sikap asal bapak senang.
91. Atau
alasan politik.
92. Untuk
manajemen, bisa karena mengejar bonus.
93. Laba
besar berarti bonus besar.
94. Garuda
adalah perusahaan publik, milik negara, dan memiliki sistem bonus (tantiem)
untuk manajemennya.
95. Di
swasta juga dikenal bonus.
96. Juga
dilihat dari besarnya laba.
97. Tapi
'laba' tidak sama dengan 'laba'. Ada laba dengan kualitas baik. Ada pula laba
yang kualitasnya tidak baik.
98. Laba
yang kualitasnya rendah tadi sering saya sebut sebagai 'laba yang penuh lemak
dan kolesterol'.
99. Kelihatannya
saja laba.
100. Tapi
justru bisa mematikan.
101. Salah
satu kolesterol itu adalah 'piutang'.
102. Terutama
'piutang ragu-ragu'.
103. Yang
belum tentu bisa benar-benar menjadi pendapatan.
104. Bisa
saja tiba-tiba orangnya meninggal.
105. Atau
bangkrut.
106. Atau
justru menggugat.
107. Bisa
juga alasan administrasi: fakturnya salah, bunyi kontraknya tidak jelas, atau
tagihannya tidak sampai.
108. Piutang
itu bermuara ke laba. Laba menjadi sumber pajak dan bonus.
109. Atau
menjadi dasar kenaikan gaji.
110. Pajak
sudah dibayar.
111. Bonus
sudah dibayar.
112. Gaji
sudah dinaikkan.
113. Pendapatan
yang sudah dibukukan itu ternyata uangnya tidak jadi masuk.
114. Sangat
mematikan.
115. Masih
banyak jenis 'lemak' dan 'kolesterol' dalam sebuah laporan keuangan.
116. Sumber-sumber
penyakit itu kadang tidak terlihat.
117. Manakala
justru manajemenlah yang menghendaki dimasukkannya lemak-lemak itu.
118. Dan
kolesterol-kolesterol itu.
119. Maafkan,
seperti kuliah akuntansi tingkat TK.
120. Mana
yang lebih baik: orang keuangan yang ahli keuangan atau yang punya sikap
keuangan?
121. Yang
terbaik adalah: yang ahli keuangan sekaligus punya sikap keuangan.
122. Kalau
saya dihadapkan hanya pada satu pilihan —antara yang ahli keuangan dan yang
punya sikap keuangan-- saya akan memilih mana?
123. Anda
pasti tahu yang mana pilihan saya.(Dahlan Iskan).
124. Al-Quran
surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 6.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksa dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Daftar Pustaka.
1. Internet
2. Al-Quran
Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
3. Tafsirq.com
online.
0 comments:
Post a Comment