Wednesday, May 20, 2020

4496. KIAI KECIL DAN KIAI BESAR


KIAI KECIL DAN KIAI BESAR
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
1.    KH Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) asal Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah sering melontarkan pandangan segar tentang keislaman berbasis tafsir.
2.    Gus Baha’ menjelaskan umpama manusia sadar, pasti akan mendahulukan kepentingan urusan akhirat dibanding kepentingan dunia.
3.    Orang hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah orang mati.
4.    Justru pada saat mereka mati, saat itu mereka malah dianggap baru hidup. 
5.    Al-Quran surah Yunus (surah ke-10) ayat 45.

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوٓا۟ إِلَّا سَاعَةً مِّنَ ٱلنَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ ۚ قَدْ خَسِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِلِقَآءِ ٱللَّهِ وَمَا كَانُوا۟ مُهْتَدِينَ

     Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugi orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.

6.    Al-Qur’an menjelaskan orang yang hidup sekarang sedang dalam kelalaian.
7.    Akan disingkap semua tirai hakikat itu pada hari kiamat kelak.
8.    Al-Quran surah Qaf (surah ke-50) ayat 22.

لَّقَدْ كُنتَ فِى غَفْلَةٍ مِّنْ هَٰذَا فَكَشَفْنَا عَنكَ غِطَآءَكَ فَبَصَرُكَ ٱلْيَوْمَ حَدِيدٌ

Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.

9.    Bukti orang hidup sekarang adalah orang mati secara hakikat, misalnya mereka sering salah paham:
1)    Menganggap uang itu penting.
2)    Kenal dengan Obama itu penting.
3)    Kenal duta besar itu penting.
10. Kita baru akan jadi paham kalau duit dan semua hal-hal tersebut kelak menjadi tidak penting. 
11. Agar kita tahu dengan jelas hal-hal itu tidak penting, kita mesti menunggu sampai di akhirat kelak.
12. Pada saat mati kelak kita baru sadar bahwa harta, tahta, pengaruh, dan jumlah pengikut, semuanya tak lagi dianggap penting.
13. Yang penting besok di akhirat adalah lamanya menikmati sujud, memberi sedekah  anak yatim, bersyukur bisa mengaji, dan sejenisnya.
14. Gara-gara malas tidak salat tahajud dan meremehkan ibadah lainnya membuat orang menyesal di akhirat.
15. Banyak hal yang terasa remeh di dunia, tapi justru besar nilainya di akhirat. 
16. Terkadang ada fenomena tentang kiai.
17. Dia hanya mengelola musala kecil reot, maka dilabeli sebagai kiai kecil.
18. Kiai menjabat secara struktural ormas besar distempel sebagai kiai besar yang top, hanya gara-gara jabatan yang ia sandang.
19. Bisa saja, kelak di akhirat yang besar hanya jadi kulit saja.
20. Kiai dianggap kecil tadi, malah bisa memberi syafa’at. 
21. Sayangnya, kiai atau ulama di akhirat mungkin boleh dendam.
22. Sehingga ia tidak mau memberi syafaat kepada orang yang menganggapnya sebagai kecil di dunia.
23. Padahal ia menjadi orang besar di mata Allah.
24. Gus Baha’ berpesan jangan suka melabeli ulama sebagai kiai kecil, karena mungkin saja ia besar menurut Allah.
25. Dan seperti ini banyak terjadi.
26.  رُبَّ أَشْعَثَ، مَدْفُوعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ

    Banyak orang yang rambutnya semrawut, compang-samping, ditolak masuk ke pintu-pintu masyarakat karena dianggap remeh, tapi orang itu jika bersumpah atas nama Allah, pasti Allah mengabulkan permintaannya. 

27. Ada cerita Uwais Al-Qarni yang masyhur.
28. Ia tak pernah mengikuti salat Jumat.
29. Ia beralasan tidak punya pakaian yang cukup untuk menutupi aurat untuk pergi Jumatan. 
30. Uwais tidak pernah berani mempunyai pakaian hingga 2 helai.
31. Dia khawatir, jangan-jangan ia mempunyai pakaian 2 helai, sedangkan ada orang lain tak punya pakaian sama sekali, ia kelak akan dihisab karenanya..
32. Sebab standarnya, jika ada orang tidak punya pakaian, di sisi lain tetangganya punya pakaian lebih dari kebutuhannya, maka harus diberikan.
33. Kalau tidak, akan dimintai tanggung jawab oleh Allah, akan dihisab. 
34. Berbeda kalau punyanya hanya 1 pakaian saja.
35. Walaupun dari sumber harta syubhat, tetap halal, dan tidak terkena hisab.
36. Sebab, ia berpakaian semata-mata untuk menutup aurat yang hukumnya wajib.
37. Dalam keadaan darurat untuk menjalankan kewajiban menutup aurat, umpama memakai harta haram tetap diperbolehkan, karena darurat. 
38. Makan juga begitu.
39. Uwais Al-Qarni tidak mau makan, kecuali kalau tidak makan, ia akan mati.
40. Jika terpaksa yang ia makan itu haram, maka menjadi halal karena darurat.
41. Jika lebih dari itu, maka terkena hisab. 
42. Gus Baha’ menjelaskan profil Uwais Al-Qarni di mata masyarakat tidak terkenal, tapi namanya tenar di langit.
43. Artinya, kiai kecil atau kiai besar tidak bisa diukur dengan pandangan masyarakat secara kasat mata.
44. Karena ukurannya bukan berdasar kealiman atau pengikutnya, tapi ketakwaannya.
45. Al-Quran surah Al-Hujurat (surah ke-49) ayat 13.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

     Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

46. Allah berfirman,“Sesungguhnya yang paling mulia kalian di sisi Allah adalah kalian yang paling taqwa.”
47. Dalam pandangan tasawuf, kita tidak bisa memetakan kiai besar dan kiai kecil jika mengacu kedudukan mereka di sisi Allah.
48. Kecuali pada ranah kredibilitas dan kapabilitas keilmuan.
49. Kita baru bisa menilai kapasitas keilmuan seseorang dengan parameter atau patokan yang sudah ditentukan oleh para ulama.
50. Sehingga kita bisa mengambil mereka sebagai rujukan masalah agama.
51. Tapi jika menyangkut mana yang paling mulia di sisi Allah, tidak ada yang bisa mengklasifikan mana yang besar mana yang kecil.

(Sumber: internet Ahmad Mundzir)




Related Posts:

0 comments:

Post a Comment