MENDIKBUD
BUKAN BIDANGNYA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

1. Merdeka.com
- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dinilai masih
memiliki rapor merah selama menjabat beberapa tahun ini.
2. Hal
ini disampaikan mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah, prof Azyumardi Azra.
3. Ia
menegaskan, Nadiem terlalu sering di Singapura disbanding di Jakarta.
4. "Kalau
ngomong sering campur aduk bahasa Inggris dan Indonesia.
5. Kinerja
Kemdikbud belum ada tanda perbaikan.
6. Kondisi
pendidikan di masa pandemi ini kita lihat Nadiem tidak mau mengurusi pendidikan
secara serius, katanya (1/7).
7. "Tidak
ada stimulus bagi pendidikan sejak tingkat dasar sampai menengah.
8. Padahal
kita tahu pendidikan mengalami krisis.
9. Dan di
masa pandemi ini pada dasarnya tidak jalan," tambahnya.
10. Azra
menilai, tidak ada dana stimulus pendidikan dari menengah sampai pendidikan
tinggi.
11. Untuk
tingkat pendidikan tinggi lebih payah lagi tidak ada dana afirmasi untuk
pendidikan tinggi.
12. "Jadi
tidak ada harapan pendidikan kita ini bisa bangkit.
13. Untuk
tingkat dikdas sampai menengah tidak ada bantuan itu, hanya BOS.
14. BOS
ini hanya ditambah judul baru saja.
15. Kemudian
PJJ tidak terlalu berhasil.
16. Kita
susah berharap," ujar Azra.
17. "Banyak
mahasiswa terpapar saat ini.
18. Ketika
mahasiswa menuntut UKT diturunkan, pemerintah menolak.
19. Ujungnya
terserah rektor.
20. Sekarang
di UGM 40 persen pendapatan UGM hilang.
21. Bayangkan
Perguruan Tinggi begini mau masuk PT besar dunia.
22. Riset
penelitian dipotong, pengabdian masyarakat dipotong.
23. Saya
sedih melihat masa pendidikan kita, terutama masa pandemi ini," bebernya.
24. Mantan
boss Gojek itu tidak ada usaha pemberdayaan.
25. Azra
menilai, Nadiem masih memiliki rapor merah.
26. "Nadiem
belum berhasil, rapornya masih merah.
27. Sama
dengan beberapa menteri lain, kebanyakan angin surga.
28. Saya
percaya kita berdiri di kaki kita sendiri.
29. Sekarang
ini banyak trik dan gimik.
30. Secara
substantif rapornya merah,” pungkasnya.
31. IBTimes.ID
– Prof. Azyumardi Azra mengatakan ketika Presiden Jokowi marah, seharusnya ia
marah kepada dirinya sendiri.
32. Karena
banyak menteri yang ia angkat tidak memiliki performa baik.
33. Diantaranya
menteri tidak cocok dengan bidangnya.
34. Hanya
diangkat untuk kepentingan akomodasi politik.
35. Banyak
menteri tidak memiliki pengalaman dalam bidangnya.
36. Azra
menyebut mendikbud tidak memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan.
37. Pengalamannya
adalah menjadi CEO Go-Jek termasuk startup unicorn.
38. Setelah
100 hari menjabat belum ada tanda perbaikan kinerja dalam Kemendikbud.
39. Kemendikbud
tidak mengurus pendidikan serius, terutama selama pandemi.
40. Ada
stimulus dan bantuan untuk pedagang kecil, UMKM, dan lain-lain.
41. Tapi
tidak ada stimulus dunia pendidikan.
42. Pendidikan
di Indonesia, selama pandemic tidak berjalan efektif.
43. Hanya
berjalan di beberapa tempat.
44. “Jadi tidak ada dana stimulus pendidikan.
45. Mulai
dari SD sampai perguruan tinggi. Yang ada hanya BOS.
46. Kemudian
di klaim dan di tambah dengan judul-judul baru seperti BOS afirmasi dan BOS
kinerja.
47. Kita
tidak bisa berharap kedepan pendidikan kita bisa bangkit,” ujarnya.
48. Menurut
Azra, di daerah banyak belum terjangkau internet dan tidak memiliki ponsel.
49. Ia
menghimbau lembaga filantropi bergotong-royong membelikan ponsel kepada
siswa-siswi yang belum punya, karena tidak ada bantuan dari pemerintah.
50. Mantan
Rektor UIN Syarif Hidayatullah menyebut karena tidak ada bantuan, guru terpaksa
keliling ke rumah siswa-siswi setiap hari.
51. Banyak
peserta didik merasa bosan selama di rumah.
52. Jika belajar
di rumah dilanjutkan sampai akhir tahun, ia menilai tidak efektif.
53. Sedangkan
untuk tingkat pendidikan tinggi, menurut Azra juga tidak ada dana stimulus.
54. Hal
ini mengakibatkan banyak mahasiswa terkapar.
55. “Di Jakarta, mahasiswa banyak tidak bisa
pulang, bahkan dari mancanegara banyak.
56. Mereka
terkapar karena masalah ekonomi.
57. Untungnya
ada organisasi filantropi yang menyediakan makanan, terutama ketika Ramadan.
58. Tidak
ada bantuan dari pemerintah satu sen pun.
59. Tidak
ada,” jelasnya.
60. Pemerintah
pusat tidak mau membantu, termasuk dalam hal penurunan UKT mahasiswa.
61. Ia
meragukan Perguruan Tinggi di Indonesia akan masuk 100 besar dunia jika
keadaannya seperti ini.
62. Pada
saat sama, gaji dosen dan professor dipotong, dan tunjangannya dipotong.
63. Dana
riset, penelitian, dan pengabdian masyarakat dipotong.
64. Ia
mengaku sedih melihat masa depan pendidikan di Indonesia.
65. “Justru
yang lebih bergerak banyak adalah perguruan tinggi swasta yang besar seperti
Muhammadiyah.
66. PTM
mengeluarkan dana hingga 90 Miliar untuk mitigasi pandemi.
67. Kalau
mahasiswa negeri yang kecil justru hampir gulung tikar karena tidak ada
pemasukan,” lanjutnya.
68. Ia
juga mengomentari perihal merdeka belajar.
69. Merdeka
belajar hanya sekedar jargon tidak jelas arahnya.
70. Guru dan
dosen diperlakukan kurang baik.
71. Gaji
guru dan dosen selalu terlambat.
72. Dalam
Islam ada hadits memerintahkan memberi gaji sebelum keringatnya kering.
73. “Pendidikan kita terlalu terbelenggu.
74. Pendidikan
menjadi penindasan terhadap mahasiswa dan dosen.
75. Merdeka
belajar ini penting.
76. Tapi
sayangnya konsep mendikbud belum jelas.
77. Saran
saya, kurikulum kita harus turun mesin, diganti baru.
78. Sikap
guru dan dosen harus di ubah.
79. Filsafat
pendidikan kita masih tabula rasa.
80. Seolah-olah
peserta didik seperti kertas putih yang bisa dijejali apa saja,” tutupnya.
(Sumber: Internet)
0 comments:
Post a Comment