PERINTAH SALAT TAK
DIPERINCI AL-QURAN TAPI DIPERINCI RASUL
Oleh:Drs. H. M. Yusron
Hadi, M.M.
Kata “miskin” menurut KBBI
V dapat diartikan:
1. Tidak
berharta.
2. Serba
kekurangan.
3. Berpenghasilan
sangat rendah.
Kemiskinan adalah “hal
miskin”.
Dan “keadaan miskin”.
Al-Quran adalah kitab
petunjuk.
Dan pedoman bersifat global.
Al-Quran tidak memerinci.
Tak menguraikan sampai ke
bagian yang sekecil-kecilnya.
Masalah masyarakat.
Dan masalah terkait ibadah “mahdhah”.
Atau ibadah murni.
Yang memerincinya sunah Nabi.
Seperti perincian ibadah salat
dan haji.
Perincian petunjuk hidup masyarakat
dalam sunah Nabi.
Banyak terkait kondisi
masyarakat pada zaman Nabi Muhammad.
Sehingga masyarakat
sesudahnya.
Perlu menyesuaikan dengan
kondisi masing-masing.
Dengan pedoman ajaran
Islam.
Kemiskinan dan cara
mengatasi termasuk masalah masyarakat.
Faktor penyebab dan tolok
ukur kadarnya.
Dapat berbeda karena lokasi
dan situasi.
Al-Quran tidak menetapkan kadarnya.
Dan tidak memberi petunjuk
operasional.
Yang terperinci untuk
mengentasnya.
Dalam KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia).
Kata "miskin"
diartikan:
1. Tidak
berharta benda.
2. Serba
kekurangan.
3. Berpenghasilan
rendah.
Kata “fakir” diartikan:
1. Orang sangat
berkekurangan.
2. Orang sangat
miskin.
Dalam bahasa Arab.
Kata “miskin” terambil dari
kata “sakana”.
Yang artinya “diam” atau “tenang”.
Kata “fakir” terambil dari
kata “faqr”.
Yang pada mulanya berarti “tulang
punggung”.
Sehingga “faqir” adalah “orang
yang patah tulang punggungnya”.
Artinya beban dipikulnya sangat
berat.
Sehingga “mematahkan” tulang
punggungnya.
Al-Quran tidak memberi
definisi tentang “miskin” dan “fakir”.
Para ahli berbeda pendapat.
Dalam menetapkan tolok ukur miskin dan fakir.
Sebagian ulama berpendapat.
Bahwa “fakir” adalah orang yang berpenghasilan kurang dari separuh
kebutuhan pokoknya.
Dan “miskin” adalah orang yang
berpenghasilan di atas “fakir”.
Tetapi tidak cukup untuk
menutupi kebutuhan pokoknya.
Tapi ada yang
mendefinisikan sebaliknya.
Sehingga keadaan si “fakir”
relatif lebih baik daripada si “miskin”.
Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad.
Tidak menetapkan angka pasti
sebagai ukuran kemiskinan.
Sehingga ukuran dapat berubah.
Tetapi yang jelas.
Al-Quran menyatakan.
Bahwa orang fakir dan miskin
harus dibantu.
Menurut pandangan Islam.
Tidak dibenarkan dalam masyarakat Islam.
Termasuk warga non-Muslim.
Ada orang kelaparan.
Tidak berpakaian.
Menggelandang.
Tak bertempat tinggal.
Dan membujang.
Biaya obat dan pendidikan adalah
kebutuhan primer.
Yang harus ditanggung
masyarakat, pemerintah, dan negara.
Akar kata
"miskin".
Artinya “diam” dan “tidak
bergerak”.
Menimbulkan kesan.
Bahwa faktor utama penyebab
miskin.
Yaitu sikap berdiam
diri, enggan, tidak mau bergerak dan berusaha.
Eggan berusaha adalah menganiaya
diri sendiri.
Tidak mampu berusaha dapat karena
penganiyaan orang lain.
Yang istilahnya “kemiskinan
struktural”.
Kesan ini lebih jelas lagi.
Jika diperhatikan jaminan
rezeki dari Allah.
Ditujukan kepada makhluk.
Yang disebut “dabbah”.
Arti harfiahnya “yang
bergerak”.
Al-Quran surah Hud (surah
ke-11) ayat 6.
۞ وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا
عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي
كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam
binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang
nyata (Lauhul mahfuz).
Ayat Al-Quran ini memberi
jaminan.
Bahwa siapa pun yang aktif.
Bergerak mencari rezeki.
Pasti akan diberi rezeki
oleh Allah.
Al-Quran surah Ibrahim (surah
ke-14) ayat 34.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا
سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).
Pernyataan Al-Quran di atas
dikemukakan.
Setelah Allah menyebut berbagai
nikmat dan karunia Allah.
Seperti nikmat berupa langit, bumi, hujan, laut,
bulan, matahari, dan lainnya.
Sumber daya alam yang
disiapkan Allah untuk umat manusia.
Jumlah dan kapasitasnya tidak
terhingga.
Dan tidak terbatas.
Jika sesuatu telah habis.
Maka ada alternatif lain
yang disediakan Allah.
Selama manusia berusaha.
Sehingga tidak ada alasan
untuk berkata.
Bahwa sumber daya alam
terbatas.
Tapi sikap dan perilaku manusia.
Terhadap dirinya, pihak
lain, dan kepada alam semesta.
Yang membuat sebagian
manusia.
Tidak mendapat sumber daya
alam.
Factor Penyebab kemiskinan:
1.
Tak seimbang dalam perolehan dan
penggunaan sumber daya alam.
Yang disebut Al-Quran dengan
“perbuatan aniaya”,
2.
Karena enggan dan tidak
mampu menggali sumber daya alam.
Untuk mencari alternatif
pengganti.
Perbuatan 2 hal di atas.
Disebut manusia bersikap
“kufur”.
Artinya “tidak mensyukuri
nikmat dari Allah”.
Daftar Pustaka
1.
Shihab, M.Quraish. Lentera
Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2.
Shihab, M. Quraish Shihab.
Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan,
2009.
3.
Shihab, M.Quraish. E-book
Membumikan Al-Quran.
4.
Al-Quran Digital, Versi 3.2.
Digital Qur’an Ver 3.2
5.
Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment