PARA DOKTER MENGAJI JIWA DAN
ROH
Oleh: Agus Mustofa
Saya sering diundang
kalangan dokter.
Untuk memberikan
kajian ilmiah terkait dengan agama.
Di antaranya, minggu
lalu.
Yang mengundang
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya bekerjasama dengan RS Saiful Anwar,
Malang.
“Terima kasih, Pak
Agus berkenan memberikan materi kajian ilmiah tentang keislaman kepada kami,”
kata dr. Kurnia Penta Seputra, Sp.U(K).
Mewakili para dokter
yang hadir di kajian bulanan.
Di mana saya sebagai
narasumbernya.
Selain FK Universitas
Brawijaya, adalah FK Unair.
Juga sejumlah rumah
sakit.
Seperti RS Jiwa Prof.
Dr Soerojo Magelang. RS Syuhada Haji Blitar.
RS Dr Mohammad
Hoesin Palembang. RS Hermina Malang. RS Bhineka Bhakti Husada Jakarta.
Ikatan Dokter
Spesialis Malang.
Dan, Simposium
Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) di Bandung.
Menariknya, para
dokter sering meminta kajian yang justru menjadi bidang profesi mereka.
Di antaranya, tentang
fenomena manusia terkait sistem tubuh, jiwa dan roh.
Seperti yang diminta
oleh RS Saiful Anwar bekerjasama dengan FK UB Malang minggu lalu.
“Untuk kajian bulan
ini kami mohon membahas Jiwa dan Roh.
Dalam sudut pandang
saintifik,” pinta dr Indra Kasman SpPD, panitia kajian Islam RS Saiful Anwar –
FK UB.
Tentu saja, itu adalah
materi yang sangat menarik.
Apalagi buat para
dokter.
Yang tiap saat
bergelut dengan dunia medis.
Dan bersentuhan dengan
potensi kematian pasiennya.
Terutama pasien yang
sudah dalam kondisi berat.
Di rumah sakit.
“Di manakah posisi
Jiwa orang yang masih hidup.
Dan ke mana perginya
jiwa orang yang mengalami kematian?” tanya salah seorang dokter, peserta kajian
yang digelar secara online itu.
Maka, saya pun
menguraikan struktur diri manusia dalam sudut pandang Al-Qur’an dan sains.
Sebagaimana telah saya
tulis dalam beberapa buku saya.
Di antaranya,
“Menyelam ke Samudera Jiwa dan Roh” dan “Jejak Sang Nyawa”.
Bahwa, menurut Al
Qur’an, diri manusia terdiri dari 3 lapis eksistensi.
Yakni, badan, jiwa dan
roh.
Badan adalah wadahnya.
Jiwa adalah fungsi
kemanusiaannya.
Sedangkan roh
adalah energi kehidupan.
“Ibarat sebuah
komputer.
Badan manusia
adalah hardware.
Jiwa adalah
software.
Sedangkan roh adalah
energi listrik yang menjadi basis operating system bagi komputer itu,” papar
saya panjang lebar.
Badan manusia
diciptakan oleh Allah dengan struktur yang sangat kompleks.
Ibarat komputer yang
dibuat di atas motherboard dan sirkuit microchip yang canggih.
Akan tetapi, secanggih
apapun, ia adalah benda mati.
Yang belum bisa
dioperasikan. Belum bisa difungsikan.
Komputer baru
akan berfungsi ketika sudah diberi atau diinstalkan sejumlah software.
Misalnya, program aplikasi
multimedia.
Atau, program
administrasi bisnis dan keuangan.
Atau, program aplikasi
musik.
Dan lain
sebagainya.
Itulah gambaran jiwa
manusia.
Sebagai fungsi
kehidupan.
Di mana software
kehidupan diinstalkan ke dalam diri kita melalui pendidikan.
Pelatihan.
Pengalaman hidup.
Dan, kemudian
menjadi karakter serta life skills.
Namun demikian,
sesungguhnya badan dan jiwa itu adalah eksistensi yang mati.
Kecuali, sudah
dimasuki oleh roh.
Dikarenakan
diberi roh oleh Sang Pencipta itulah, maka manusia menjadi hidup.
Ibarat komputer
dengan hardware dan software yang canggih.
Baru akan “hidup”
ketika dicolokkan ke sumber listrik.
Di mana operating
systemnya bekerja berdasar kelistrikan itu.
Tanpa listrik,
komputer itu tak lebih hanya onggokan komponen-komponen elektronik yang berisi
software.
Tidak bisa digunakan.
Seperti juga
manusia.
Tanpa roh, kita ini
tak lebih hanya onggokan daging, tulang dan biomassa yang mati.
Tak berfungsi.
Yang menghidupkan kita
adalah roh.
Yang berisi
sifat-sifat ketuhanan.
Karena Allah
Mahahidup.
Maka ketika sebagian
roh-Nya dihembuskan ke dalam diri cikal bakal manusia.
Ia menjadi ketularan
hidup.
Juga bisa mendengar,
karena ketularan sifat Allah Yang Maha Mendengar.
Bisa melihat, karena
ketularan sifat Allah Yang Maha Melihat.
Bisa berkendak, karena
roh membawa sifat Allah yang Maha berkehendak.
Juga bisa mencipta,
karena ketularan sifat Maha Mencipta.
Dan lain sebagainya.
Seperti firman Allah
ini.
Al-Quran surah
As-Sajdah (surah ke-32) ayat 9.
ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ
لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ
Kemudian Dia
menyempurnakan dan menghembuskan ke dalamnya (cikal bakal manusia) sebagian
roh-Nya. Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati.
Sedikit sekali kamu bersyukur.
Yang disebut manusia
adalah ketika badan, jiwa dan roh itu masih bersatu.
Ketika badannya
mengalami kerusakan menyeluroh, maka matilah seorang manusia.
Ditinggal pergi jiwa
dan rohnya.
Meninggalkan badan
materialnya.
Dan, memasuki alam
barzakh. Di mana manusia hidup dengan badan halusnya. Badan energial. Sosok
jiwa yang dihidupi oleh roh sebagai sumber energi kehidupannya. Dan kemudian,
disebut sebagai: nyawa.
Jadi, orang yang mati
itu sesungguhnya tidak mati.
Melainkan cuma
berpindah tempat.
Ke alam yang
berdimensi lebih tinggi.
Dikarenakan badan
wadagnya sudah rusak.
Sehingga, tidak bisa
lagi mewadahi nyawa alias badan halusnya.
Pindah alam.
Hidup di Alam Barzakh.
Al-Quran surah
Al-Baqarah (surah ke-2) ayat 154.
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ
ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
Dan janganlah kamu
mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu)
mati. Sebenarnya, mereka itu hidup. Tetapi kamu tidak menyadarinya.
Wallahu a’lam bissawab
..
(Sumber Agus Mustofa)
0 comments:
Post a Comment