GUS
BAHA DULU MANA TELUR ATAU AYAM TERSERAH ALLAH
Oleh: Drs. HM Yusron Hadi, MM
Gus
Baha didebat orang ateis tentang bukti adanya Tuhan.
KH Ahmad Bahauddin
Nursalim atau Gus Baha.
Orang ateis tidak
percaya adanya Tuhan.
Gus Baha berkisah.
Saya ketemu orang ateis.
Dia bertanya kepada
saya,
“Pak Baha’.
Saya ini cara berpikirnya
ateis.
Saya akan beriman.
Jika Pak Baha bisa
membuktikan Tuhan ini siapa?
Dan buktinya apa kalau
ada Tuhan?”
Gus baha berkata,
“Betul Anda ini ingin beriman?”
“Iya, Pak,” jawab
pengikut ateis.
Saya pakai teori mantik.
Karena dulu pernah
belajar mantik.
Yaitu cara mengenalkan
Allah.
Dengan pikiran sehat.
Saya tanya dia,
“Saat ada rumah
terbakar.
Kamu suka jawaban ada
sebabnya.
Misalnya konslet
listrik.
Atau ada benda meledak.
Atau kamu suka.
Orang yang bilang
tidak ada sebabnya?”
“Saya senang ada
sebabnya.
Misalnya konslet
listrik.
Atau benda meledak.”
Gus Baha berkata,
“Jika alam ini wujud ada.
Kamu suka ada sebabnya.
Atau tanpa sebab?”
Jawab ateis,
“Ya sebenarnya.
Suka ada sebabnya.”
Gus Baha berkata,
“Ya sebab itu.
Yang menciptakan bumi
dan alam semesta.
Oleh Islam disebut Tuhan.”
Sebenarnya ilmu mantik tidak mengenal
Allah.
Bahkan tidak pernah
menyebut nama Allah.
Saya ulang lagi.
Ilmu mantik yang
diajarkan di pesantren.
Tak pernah menyebut
Allah.
Alam ini makhluk.
Jika ada makhluk, maka
butuh khalik.
Yaitu Pencipta.
Alam ini adalah akibat.
Karena ‘akibat’.
Maka butuh ‘sebab’.
‘Sebab’ harus ada lebih
dulu.
Daripada yang
‘disebabkan’.
“Sebab” itu harus bersifat kadim.
Yaitu “tidak ada awalnya”.
Dan kalau ‘wujud’ butuh
‘sebab wujud’.
Maka ‘wujud penyebab’
disebut wujud super.
Atau wajibul wujud.
Sehingga ‘wujud’ yang
ada ini kita butuh ‘sebab’.
Yaitu harus ada ‘wujud
yang super.
Dalam Islam disebut
“Allah”.
Tapi, uniknya orang ateis
itu langsung beriman.
Orang ateis nyaman.
Saat dikatakan,
“Tuhan adalah penyebab
dari semua ini”.
Mungkin Albert
Einstein menyebutnya kausa prima.
Saat Allah mengenalkan
dirinya.
Yaitu pada surah
Al-Alaq yang turun pertama.
Tidak menyebut nama
Allah.
Tapi “Tuhanmu.”
Al-Quran surah Al-Alaq
(surah ke-96) ayat 1-5.
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.
خَلَقَ
الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah.
اقْرَأْ
وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Bacalah, dan Tuhanmu
Yang Maha Pemurah.
الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam.
عَلَّمَ
الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.
Al-Quran surah Al-Baqarah
(surah ke-2) ayat 21.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Allah berfirman,
“Sembahlah Saya!”.
Yaitu Zat yang
menciptakan langit dan bumi.
Kemudian yang punya
sifat ini.
Dalam Islam disebut
Allah.
Jika langsung menyebut
Allah.
Allah itu siapa?
Contoh yang lain.
Jika kamu tak pernah
melihat telur burung.
Menetas dan keluar anak
burung.
Burungnya membesar.
Lalu burung bisa
terbang.
Maka kamu pasti tak
percaya.
Ada benda mati.
Berupa telur.
Nantinya bisa terbang.
Karena sering melihat.
Maka kamu percaya.
Analognya.
Manusia yang sudah mati.
Kelak akan dibangkitkan.
Untuk menghadap Tuhan.
Karena kamu belum pernah
tahu.
Maka kamu tak yakin.
Padahal itu mudah saja.
Bagi Allah yang
menciptakan bumi dan langit.
Contoh yang lain lagi.
Dulu mana telur atau
ayam?
Jawabnya.
Terserah Allah yang
menciptakan.
Telur datangnya dari
ayam
Dan ayam datangnya
dari telur.
Semua bisa terjadi.
Karena Allah Maha
Pencipta.
Manusia tak bisa menciptakan
telur dan ayam.
(Sumber Gus Baha).
0 comments:
Post a Comment