ALLAH MAHA AMAT BESAR TAK BISA DILIHAT MANUSIA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Kenapa Allah tak bisa dilihat?
Kenapa mata manusia.
Tak mampu melihat Allah?
Salah satu jawabnya.
Allahu Akbar.
Allah Maha Besar.
Emha Ainun Najib.
Perbedaan:
1)
Kabir.
2)
Akbar.
Beda
1)
Allahu Kabir.
2)
Allahu Akbar.
Dalam bahas Arab.
Dalam bahasa Arab.
Kata “besar” adalah
“kabir” dengan “biir” panjang untuk Allah dan “kaa” panjang untuk selain Allah,
sehingga “Akbar” bermakna “lebih besar” dan “Allahu kabir” berarti “Allah Yang
Maha Besar”, sedangkan “Allahu Akbar” artinya “Allah Yang Maha Lebih Besar”.
Allah
selalu Maha Lebih Besar dan terus Maha Lebih Besar, seirama dengan dinamika
penghayatan manusia sebagai hamba Allah yang selalu berkembang pengalaman
hidupnya.
Manusia
selama hidupnya dapat menemukan tanpa henti sesuai dengan perkembangannya,
sehingga Allah selalu Maha Lebih Besar dibandingkan yang dirasakan manusia
sebelumnya, begitu seterusnya.
Khalid Basalamah menjawab
pertanyaan, “Mengapa Allah tidak mampu dilihat oleh mata manusia?” Salah satu
jawabnya adalah karena “Allahu akbar” (Allah Maha Amat Sangat Besar Sekali),
karena “Allah Maha Sangat Luar Biasa Besar Sekali”, maka mata manusia tidak
mampu melihat-Nya.
Nabi
bersabda, “Perumpamaan besarnya bumi dibandingkan dengan besarnya langit
pertama adalah bagaikan perbandingan sebuah cincin diletakkan di lautan padang
pasir yang sangat luas.”
Para
ulama menjelaskan bahwa bumi, bulan, matahari, planet, dan bintang kemintang
yang kita lihat setiap hari semuanya berada di bawah langit pertama, serta para
ilmuwan belum mengetahui batas terjauh langit pertama, sampai sekarang.
Nabi
bersabda,“Perumpamaan luasnya langit pertama beserta isinya dibandingkan dengan
luasnya langit kedua adalah bagaikan sebuah cincin diletakkan di lautan padang
pasir yang sangat luas.”
Luasnya
langit ke-2 yang berisi langit ke-1 dan ke-2, beserta isinya dibandingkan
dengan luasnya langit ke-3 adalah seperti sebuah cincin dibuang di lautan
padang pasir yang sangat luas.
Luasnya
langit ke-3, yang berisi langit ke-1, ke-2, dan ke-3 beserta isinya
dibandingkan dengan luasnya langit ke-4 adalah seperti sebuah cincin dibuang di
lautan padang pasir yang sangat luas.
Begitu
seterusnya perumpamaan ukuran perbandingan langit ke-4, ke-5, ke-6 , sampai
langit ke-7.
Luasnya
langit ke-7 yang berisi langit ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, apabila
dibandingkan dengan luasnya langit ke-8 ibarat sebuah cincin yang dilemparkan
ke lautan padang pasir yang sangat luas.
Luasnya
langit ke-8 yang berisi langit ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, ke-5, ke-6, dank e-7
apabila dibandingkan dengan luasnya langit di atasnya ibarat sebuah cincin yang
dilemparkan ke lautan padang pasir yang sangat luas.
Langit
ke-8 adalah “Arsy” suatu “tempat” (padahal Allah tidak butuh tempat) Allah
“bertahta”. Sungguh, “Allahu akbar”. “Allah Maha Lebih Besar. “ Allah Yang Maha
Mengetahui.
Al-Quran
surah Al-Buruj, surah ke-85 ayat 13-16.
وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيدُ
فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ
“Dia (Allah) Yang Maha
Pengampun lagi Maha Pengasih, yang mempunyai 'Arsy, lagi Maha Mulia, Maha Kuasa
berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
“Katakanlah: "Dia
Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia".
Ya Allah, ampunilah
dosa, kesalahan, dan kelemahan kami. Amin.
Daftar Pustaka
1. Bahjat, Ahmad. Nabi Nabi
Allah. Penerbit Qisthi Press. Jakarta, 2015.
2. Katsir, Ibnu. Kisah Para
Nabi. Penerbit Pustaka Azzam. Jakarta, 2011.
3. Al-Quran Digital, Versi
3.2. Digital Qur’an Ver 3.2.
4. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment