MASA SEBELUM KENABIAN MUHAMMAD
Oleh: Drs. H.M. Yusron Hadi, MM
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Masa Pra-Kenabian Nabi Muhammad?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Terdapat beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad sebelum kenabian beliau, misalnya Al-Quran surah Ad-Dhuha, surah ke-93 ayat 6-8.
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu? dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan”.
Dalam penjelasan surah ini diterangkan bahwa yang dimaksud dengan “bingung” adalah kebingungan untuk mendapatkan kebenaran yang tidak bisa dicapai oleh akal, lalu Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad sebagai jalan untuk memimpin umat menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Abdullah bin Abdul Muththalib, ayah Nabi, wafat umur 25 tahun, ketika Nabi Muhammad belum lahir. Aminah, ibu Nabi wafat, Nabi berumur 6 tahun, kemudian Nabi dijaga dan dilindungi oleh paman dan kakek beliau.
Nabi hidup dalam keresahan dan kebimbangan melihat sikap masyarakatnya, lalu Allah memberikan petunjuk, dan mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul.
Nabi Muhammad hidup miskin karena ayahnya hanya meninggalkan warisan beberapa ekor kambing dan harta lainnya yang tidak berarti.
Kemudian Allah menganugerahkan Nabi hidup berkecukupan, terutama menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid.
Para ulama berpendapat ayat Al-Quran yang berbicara tentang masa kecil Nabi Muhammad adalah surat Alam Nasyrah, surah ke-94 ayat 1.
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?”
Para ulama mengartikan kata “nasyrah” dikaitkan sesuatu yang bersifat materi artinya “memotong” atau “membedah”, apabila dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat non-materi, maka kata “nasyrah” mempunyai arti “membuka”, “memberikan pemahaman”, “menganugerahkan ketenangan”, dan semaknanya.
Para ulama yang mengaitkan dengan hal-hal materi berpendapat bahwa ayat ini berbicara tentang “pembedahan” yang pernah dilakukan oleh para malaikat terhadap Nabi Muhammad saat masih remaja.
Dalam Al-Quran kata “nasyrah” dengan berbagai bentuknya terulang sebanyak 5 kali, dan tidak satu pun yang digunakan dalam arti harfiah yang maksudnya “memotong” atau “membedah”.
Al-Quran surah Thaha, surah ke-20 ayat 25-28.
“Musa berkata, “Ya Tuhanku, lapangkan untukku dadaku, dan mudahkan untukku urusanku, dan lepaskan kekakuan dari lidahku, agar mereka mengerti perkataanku”.
Dalam penjelasan surah ini diterangkan bahwa Nabi Musa memohon kepada Allah agar dadanya dilapangkan untuk menghadapi Raja Fir'aun yang terkenal sebagai raja yang kejam.
Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah membaca sebuah buku dan tidak pernah menulis satu kata pun, sebelum datangnya wahyu Al-Quran.
Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 48.
“Dan kamu (Muhammad) tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Quran) sesuatu Kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu, andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragu orang yang mengingkari(mu)”.
Ayat Al-Quran ini secara pasti menyatakan bahwa Nabi Muhammad adalah orang yang tidak pandai membaca dan menulis.
Sebagian ulama berpendapat meskipun kemudian Nabi menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis, tetapi Nabi sendiri tidak melakukannya, karena Allah menjadikan Nabi sebagai bukti bahwa informasi yang diperolehnya benar-benar bersumber dari Allah.
Sebagian ulama memahami bahwa ketidakmampuan Nabi membaca dan menulis hanya terbatas sebelum terbukti kebenaran ajaran Islam. Setelah kebenaran Islam terbukti, artinya setelah Nabi hijrah dari Mekah ke Madinah, Nabi sudah pandai membaca dan menulis.
Pendapat ini dikuatkan dengan kata “sebelumnya” yang terdapat pada Al-Quran surah Al-Ankabut, surah ke-29 ayat 48 tersebut.
Kata “ummi” hanya ditemukan 2 kali dalam Al-Quran, yaitu surah Al-A'raf, surah ke-7 ayat 157 dan 158, yang keduanya diturunkan di Mekah dan menjadi sifat Nabi Muhammad.
Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 157-158.
• • • • • • •
“Yaitu orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang ummi, yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan segala yang baik dan mengharamkan segala yang buruk dan membuang beban dan belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya terang yang diturunkan kepadanya (Al-Quran), mereka orang-orang yang beruntung”.
“Katakan, “Hai manusia, sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia Yang Menghidupkan dan Mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi, yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-Nya (kitab-Nya) dan ikuti dia, agar kamu mendapatkan petunjuk”.
Kata “ummi” terdapat dalam Al-Quran surah Al-Jumuah, surah ke-62 ayat 2, yang diturunkan di Madinah.
“Dia yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-Nya kepada mereka, menyucikan dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As-Sunnah), dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.
Masyarakat pada zaman Nabi menganggap kemampuan membaca dan menulis adalah bukti kelemahan seseorang, karena alat dan sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat mengandalkan hafalan.
Seseorang yang menulis dianggap tidak memiliki kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Memang, nilai-nilai dalam masyarakat berubah, sehingga sesuatu yang dianggap baik sekarang, mungkin sebelumnya dinilai buruk.
Zaman terus berubah, maka pada zaman sekarang kemampuan seseorang untuk menghafalkan sesuatu tidak sepenting masa lampau, karena alat dan sarana prasarana untuk tulis-menulis sangat gampang diperoleh.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
Friday, September 15, 2017
Home »
» 268. PRA
0 comments:
Post a Comment