Saturday, September 30, 2017

310. AURAT

FITRAH MANUSIA MENUTUP AURATNYA
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


      Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Fitrah Manusia dalam Berpakaian untuk Menutup Auratnya dalam Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Fitrah (menurut KBBI V) adalah sifat asal, kesucian, bakat, dan pembawaan, sedangkan “aurat’ adalah kemaluan manusia atau organ manusia untuk mengadakan perkembangbiakan yaitu bagian badan yang tidak boleh kelihatan menurut hukum Islam.
     Al-Quran surah Al-A'raf, surah ke-7 ayat 20.
 
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ

      “Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan setan berkata, “Tuhanmu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”.
      Para ulama berpendapat bahwa berdasarkan ayat Al-Quran tersebut, maka pada hakikatnya   menutup   aurat   adalah   fitrah  manusia yang diaktualisasikan pada saat dia memiliki kesadaran.  
      Al-Quran menerangkan bahwa ketika  menjelaskan  arti  kata “tsaub”,  manusia pada  mulanya tertutup auratnya, dan ayat yang menguraikan hal ini menggunakan istilah “untuk   menampakkan  kepada  keduanya  apa  yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya”.  
       Ayat Al-Quran mengisyaratkan  bahwa  sejak semula Nabi Adam dan Hawa tidak dapat saling melihat aurat mereka, karena aurat  masing-masing  tertutup sehingga mereka sendiri pun tidak dapat melihatnya.
      Kemudian setan merayu mereka agar memakan pohon terlarang, dan akibatnya adalah aurat yang tadinya tertutup menjadi  terbuka, lalu  mereka menyadari keterbukaannya, sehingga mereka berusaha menutupinya dengan dedaunan surga.
     Hal ini menunjukkan adanya  naluri  pada diri manusia sejak awal kejadiannya bahwa aurat harus ditutup dengan cara berpakaian.  
      Al-Quran menyatakan  usaha  kedua  orang  tua  kita dengan istilah “yakhshifan” yang berasal dari  kata  “khashf”  yang  artinya “menempelkan  sesuatu pada sesuatu yang lain agar menjadi lebih kokoh”.
      Contoh yang dikemukakan oleh ahli bahasa  adalah menempelkan  lapisan  baru  pada  lapisan  yang ada dari alas kaki, agar lebih kuat dan kokoh.  
      Nabi Adam dan Hawa tidak hanya mengambil satu lembar  daun  untuk menutup  auratnya, tetapi mengambil beberapa lembar daun dengan cara  menempelkan  lembaran  daun di atas lembaran daun yang lain, sehingga menjadi tebal, sehingga tidak transparan, dan tidak tembus pandang.  
      Hal  lain  yang  mengisyaratkan  bahwa berpakaian atau menutup aurat adalah fitrah manusia adalah penggunaan  istilah  “Ya Bani  Adam” yang artinya “Wahai  putra-putri  Adam”  dalam  ayat Al-Quran yang berbicara tentang berpakaian, yang   hanya  terulang  empat   kali   dalam Al-Quran.
      Kesan  dan makna yang disampaikannya berbeda dengan panggilan “Ya ayyuhal ladzina amanu” yang  hanya  khusus  kepada orang-orang  mukmin, atau “Ya ayyuhan nas” yang mungkin hanya ditujukan kepada umat manusia sejak masa Nabi  Muhammad sampai  kiamat, sedangkan panggilan  “Ya  Bani  Adam”  jelas tertuju kepada seluruh manusia, karena Nabi Adam adalah ayah seluruh manusia. 
       Al-Quran menampilkan panggilan “Ya Bani Adam” sebanyak empat kali, dan semuanya terdapat dalam surat Al-A’raf, surah ke-7 ayat 26, 27, 31 dan 35.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 26.

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
   
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik, yang demikian adalah sebagian dari tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 27.

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

      “Hai anak Adam, jangan sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana dia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, dia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya melihatmu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan pemimpin bagi orang yang tidak beriman”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 31.

۞ يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

      ‘Hai anak Adam, gunakan pakaianmu yang indah dalam setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-7 ayat 35.

يَا بَنِي آدَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي ۙ فَمَنِ اتَّقَىٰ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

      “Hai anak-anak Adam, jika datang para rasul yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
     Para ulama menjelaskan bahwa yang disampaikan para rasul pasti termasuk    tuntunan cara berpakaian, yang menunjukkan bahwa sejak awal Allah telah  mengilhami manusia   sehingga   timbul   dorongan dalam   dirinya untuk berpakaian.
      Al-Quran surah Al-A’raf, surah ke-20 ayat 117-119.

فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ   إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَىٰ

      “Maka kami berkata, “Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali jangan sampai dia mengeluarkanmu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa haus dan tidak akan ditimpa panas matahari di dalamnya”.
      Ayat Al-Quran ini menjelaskan bahwa apabila Nabi Adam terusir dari surga, maka dia akan bersusah  payah  di dunia untuk mencari sandang, pangan, dan papan.
     Dorongan untuk menutup auratnya diciptakan  oleh Allah  dalam  naluri manusia  yang  memiliki  kesadaran  kemanusiaan, sehingga manusia primitif selalu berusaha menutupi  auratnya.  
      Al-Quran mengisyaratkan bahwa untuk melaksanakan kegiatan menutup auratnya, manusia tidak membutuhkan  upaya dan tenaga yang berat, karena dalam ayat Al-Quran dijelaskan bahwa Nabi Adam dan Hawa berusaha menutup auratnya dengan bahan apa pun yang tersedia, asalkan dapat menutupnya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment