Tuesday, September 26, 2017

301. ADIL 1

MEMAHAMI KEADILAN ALLAH
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.

        Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang Cara Memahami Keadilan Allah?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
     Pembicaraan tentang “Cara Memahami keadilan Allah” bukanlah sesuatu yang baru, masalah ini hadir sejak manusia mengenal baik dan buruk, kemudian timbul pertanyaan, “Mengapa ada kejahatan, ada penyakit dan kemiskinan, bahkan mengapa Tuhan menganugerahkansi A segala kenikmatan, dan menjadikan si B tenggelam ke dalam bencana?” Semua pertanyaan itu sangat wajar.
     Tetapi, hal itu adalah sangat sulit untuk memahami apalagi untuk menjelaskannya, apabila dikaitkan dengan keadilan AIlah, maka hal ini adalah salah satu hal yang amat muskil, terutama apabila ingin memuaskan logika nalar manusia.
     Oleh karena itu, untuk merasakan Kemahabesaran dan Kemahabijaksanaan Allah, biasanya hanya berkata, “Pasti terdapat hikmah di balik setiap peristiwa yang terjadi, termasuk peristiwa yang dinilai sebagai kejahatan atau ketidakadilan dan  sebaliknya”. Tentu saja, jawaban semacam ini tidak memuaskan logika manusia.
      Dalam masyarakat primitif terdapat keyakinan adanya dua tuhan, yaitu tuhan kebaikan atau cahaya dan tuhan keburukan atau kegelapan, keyakinan dan kepercayaan seperti ini  ditolak oleh penganut paham monoteisme, yaitu ajaran agama yang memercayai satu Tuhan.
.    Al-Quran secara tegas menolak dualisme dalam penciptaan, penguasaan, dan  pengaturan alam semesta.
     Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 1.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ۖ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ

      “Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang, tetapi orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan tuhan mereka”.
      Sebagian ulama menjelaskan bahwa yang dinamakan kejahatan atau keburukan sebenarnya tidak ada, atau paling tidak, keburukan dan kejahatan hanya dalam logika nalar manusia yang memandang secara parsial, karena Allah menegaskan dalam Al-Quran bahwa, Dia yang membuat segala sesuatu dengan sebaik-baiknya.
      Al-Quran surah As-Sajdah, surah ke-32 ayat 7.

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ

     “Dia Allah yang membuat segala sesuatu, Dia menciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.
      Maka segala sesuatu diciptakan oleh Allah, dan bersumber dari Allah pasti baik, sedangkan tentang “keburukan” adalah akibat dari keterbatasan pandangan manusia, artinya segala sesuatu yang terjadi sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia mengira buruk.
      Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 216.

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

     “Diwajibkan atasmu berperang, padahal berperang adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal dia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal dia amat buruk bagimu, Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”.
     Logika nalar manusia tidak mampu menembus semua dimensi, sering kali ketika manusia memandang sesuatu secara mikro, dan menyaksikan peristiwa hanya “sesaat” atau satu “epidsode” saja, langsung menilai hal itu adalah buruk dan jahat, tetapi jika dipandang secara makro dan menyeluruh, justru hal itu merupakan unsur keindahan dan kebaikan.
      Misalnya, waktu fokus melihat sebuah tanda “tahi lalat” pada wajah seorang wanita akan terlihat buruk, tetapi apabila wajahnya dipandang secara menyeluruh, maka “tahi lalat” tadi justru menjadi unsur utama kecantikannya.
      Ketika manusia hanya fokus melihat kaki seseorang yang dipotong, maka akan menilainya kejam, tetapi setelah kita mengetahui bahwa seorang dokter yang mengamputasi pasiennya, maka kita justru akan berterima kasih dan memujinya, karena perbuatan itu dilakukan untuk menyelamatkan yang lebih besar, yaitu nyawanya.
      Oleh karena itu, sebaiknya kita jangan memandang kebijaksanaan Allah secara mikro dan “sesaat” saja, seandainya kita tidak mampu memandangnya secara makro dan global, maka yakinlah bahwa ada hikmah di balik semuanya.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.  
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

0 comments:

Post a Comment