AKHLAK MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Akhlak manusia terhadap lingkungan menurut Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
Kata “akhlak” (menurut KBBI V) bisa diartikan “budi pekerti”, dan “kelakuan”, serta “akhlak” dalam ajaran agama Islam tidak bisa disamakan dengan “etika”, karena “etika” hanya dibatasi dalam sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Akhlak dalam agama mencakup berbagai aspek, tentang akhlak terhadap Allah, dan kepada sesama makhluk, yaitu manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa lainnya.
Kata “lingkungan” (menurut KBBI V) bisa diartikan “daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya”, “bagian wilayah dalam kelurahan yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa”, “golongan”, “kalangan”, “semua yang mempengaruhi pertumbuhan manusia atau hewan”, dan “konfigurasi sumber daya yang tersedia bagi pengguna”.
Yang dimaksudkan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, berupa binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tidak bernyawa lainnya.
Para ulama menjelaskan bahwa pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah di bumi, dan kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan manusia dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, perawatan, dan pembimbingan, agar setiap makhluk Allah dapat mencapai tujuan penciptaannya, misalnya dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberikan kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Manusia sebagai khalifah dituntut bertanggungjawab dan mampu menghormati semua proses yang sedang terjadi, sehingga manusia tidak boleh melakukan tindakan yang dapat merusak lingkungan, karena “Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.”
Al-Quran surah Al-An'am, surah ke-6 ayat 38 menyatakan bahwa binatang adalah umat seperti manusia, yang harus diperlakukan dengan baik.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tidaklah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidaklah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dihimpunkan”.
Al-Quran surah Al-Hasyr, surah ke-59 ayat 5.
مَا قَطَعْتُمْ مِنْ لِينَةٍ أَوْ تَرَكْتُمُوهَا قَائِمَةً عَلَىٰ أُصُولِهَا فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيُخْزِيَ الْفَاسِقِينَ
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik”.
Al-quran surah At-Takatsur, surah ke-102 ayat 8.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan, yang kamu megah-megahkan di dunia itu”.
Semua makhluk yang terdapat di bumi, langit, dan di ruang antara keduanya adalah milik Allah, yang mengantarkan kepada pemahaman bahwa manusia harus bertanggungjawab terhadap perlakuan dan pemanfaatannya.
Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, angin sepoi yang berhembus di udara, dan tetes hujan yang tercurah dari langit, semuanya akan dimintakan pertanggungjawaban manusia menyangkut perawatan dan penggunaannya.
Al-Quran surah Al-Ahqaf, surah ke-46 ayat 3.
مَا خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۚ وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ
“Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka”.
Al-Quran surah Az-Zukhruf, surah ke-43 ayat 13.
لِتَسْتَوُوا عَلَىٰ ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ وَتَقُولُوا سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَٰذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ
“Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”.
Al-Quran menyatakan bahwa yang menundukkan alam adalah Allah, dan manusia tidak mempunyai kemampuan sedikit pun, selain yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya.
Oleh karena itu, maka tugas manusia bukan untuk mencari kemenangan dengan menundukkan alam, tetapi manusia harus menjaga keselarasan alam dan lingkungannya, yaitu dengan mencontoh perilaku Nabi Muhammad yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Nabi Muhammad menyebarkan rahmat kepada seluruh alam dengan memberikan nama semua benda yang menjadi milik pribadi, meskipun benda-benda itu tidak bernyawa, sehingga menimbulkan kesan bahwa benda-benda itu mempunyai kepribadian, yang mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.
Nabi bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik”.
Al-Quran surah Al-Jatsiyah, surah ke-45 ayat 13.
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir’.
Al-Quran menjelaskan bahwa alam semesta ditundukkan oleh Allah untuk manusia, sehingga manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.
Tetapi pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada alam semesta, berapa pun harga benda-benda itu, manusia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda di alam semesta.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment