MEMAHAMI KOMPLEKSNYA MANUSIA
(Seri ke-1)
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.
Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Makhluk yang bernama manusia menurut Al-Quran? Profesor Quraish Shihab menjelaskannya
Kata “manusia” (menurut KBBI V) bisa diartikan “makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain)”, dan “insan”, sedangkan kata “kompleks” dapat diartikan “himpunan kesatuan”, “kelompok”, dan “mengandung beberapa unsur yang pelik.”
Para ahli menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi dalam mempelajari hakikat makhluk hidup, dan terutama manusia, karena ilmu pengetahuan tentang makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya.
Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, tetapi manusia hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita dan tidak mengetahui manusia secara utuh.
Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri atas bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri.
Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan yang diajukan oleh orang yang mempelajari manusia kepada diri mereka sendiri, hingga kini masih tetap tanpa jawaban.
Beberapa penyebab keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya sendiri sebagai berikut.
Pertama, pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan, karena pada mulanya perhatian manusia hanya tertuju kepada penyelidikan tentang alam materi.
Pada zaman primitif, nenek moyang kita disibukkan untuk menundukkan dan menjinakkan alam sekitarnya, seperti upaya membuat senjata untuk melawan binatang buas, penemuan api, pertanian, peternakan, dan sebagainya, sehingga mereka tidak mempunyai waktu luang untuk memikirkan diri mereka sebagai manusia.
Pada Zaman Kebangkitan (Renaisans) ketika para ahli tergiur oleh penemuan teknologi baru mereka yang menghasilkan keuntungan material, dan menyenangkan masyarakat umum, karena penemuan tersebut mempermudah dan memperindah kehidupan ini.
Kedua, ciri khas akal manusia yang lebih cenderung untuk memikirkan hal-hal yang tidak kompleks, karena sifat akal manusia seperti yang dinyatakan oleh para ahli, sehingga tidak mampu mengetahui hakikat hidup.
Ketiga, multikompleksnya masalah manusia, karena kepribadian manusia yang sangat kompleks, sehingga sulit dijelaskan oleh manusia sendiri.
Para ulama berpendapat bahwa pengetahuan tentang manusia yang demikian itu, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat roh Allah, sedangkan manusia hanya sedikit diberikan ilmu pengetahuan tentang roh.
Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 85.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah,”Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.
Para ulama menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk memahami dan mengenal dengan baik tentang manusia adalah dengan merujuk kepada wahyu Allah agar kita dapat menemukan jawabannya.
Untuk maksud tersebut tentu tidak cukup dengan hanya merujuk kepada beberapa ayat, tetapi seharusnya merujuk kepada semua ayat Al-Quran atau paling tidak ayat-ayat pokok yang berbicara tentang masalah yang dibahas.
Dengan mempelajari konteksnya masing-masing, dan mencari penguatnya dengan penjelasan Rasul, serta hakikat ilmiah yang telah mapan, dan cara ini dikenal dalam disiplin ilmu Al-Quran dengan metode “maudhui” atau “tematis”.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.
0 comments:
Post a Comment