Monday, October 23, 2017

401. INDAH

MEMAHAMI SENI KEINDAHAN
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Seni keindahan menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “seni” (menurut KBBI V) bisa diartikan “halus (tentang rabaan)”, “kecil dan halus”, “tipis dan halus”, “lembut dan tinggi (tentang suara)”, “mungil dan elok (tenang badan)”, “keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya)”, dan “karya yang diciptakan denga keahlian yang luar biasa, seperti tari, luisan, ukiran”.
      Kata “indah” (menurut KBBI V) bisa diartikan “dalam keadaan enak dipandang”, “cantik”, “elok”,  “peduli (akan)”, “menaruh perhatian (akan)”.
      Seni adalah keindahan dari ekspresi roh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan, serta lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada  segala yang  indah, dorongan itu  adalah naluri   manusia atau “fitrah” yang dianugerahkan oleh Allah kepada makhluk-Nya.
      Al-Quran memperkenalkan agama yang lurus adalah agama yang sesuai dengan “fitrah” manusia, seperti dalam Al-Quran surah Ar-Rum, surah ke-30 ayat 30.

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

      “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
      Islam adalah agama “fitrah”, maka pasti mendukung semua yang sesuai dengan fitrah manusia, dan kemampuan berseni adalah salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lainnya. 
      Islam mendukung semua kesenian, asalkan penampilan lahirnya mendukung  fitrah manusia yang suci, sehingga Islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia,  seperti seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam Islam.
      Umar bin Khattab berkata,”Umat Islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi  ekonomi karena khawatir terjerumus ke dalam riba yang haram.” Ucapan ini agaknya benar apabila “transaksi ekonomi” digantikan dengan “kesenian”, karena masalah utamanya adalah khawatir melanggar sesuatu yang haram.
      Para ulama menjelaskan bahwa inti dari semua uraian dalam Al-Quran adalah memperkenalkan keesaan Allah, hal ini terlihat sejak wahyu pertama yang  memerintahkan untuk membaca dengan nama Tuhan yang diperkenalkan sebagai  Tuhan Maha  Pencipta,  Maha Pemurah, dan Pengajar.
      Allah berfirman dalam hadis qudsi,”Aku tadinya tidak dikenal, dan Aku ingin dikenal, maka  Ku-ciptakan makhluk dan alam semesta agar mereka mengenal-Ku”. Untuk tujuan memperkenalkan Allah, di samping tujuan yang lain, maka Al-Quran mengajak manusia memandang alam semesta untuk melihat keserasian dan keindahannya.
      Al-Quran surah Qaf, surah ke-50 ayat 6.

أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ
     
      “Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun?”
      Al-Quran surah Al-Anam, surah ke-6 ayat 99.

وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا وَمِنَ النَّخْلِ مِنْ طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ ۗ انْظُرُوا إِلَىٰ ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكُمْ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
   
  “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”.
      Al-Quran surah Ash-Shaffat, surah ke-37 ayat 6-7 menyatakan setelah Allah menciptakan langit, lalu memeliharanya, dan menghiasi dengan indah.

إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ

     “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka.”
      Al-Quran surah Fushshilat, surah ke-41 ayat 12.

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
    
    “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”.
     Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 14, Allah menciptakan lautan untuk memperindah alam semesta.

وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
   
  “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”
     Al-Quran surah An-Nahl, surah ke-16 ayat 6.

وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ
   
  “Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan”.
      Al-Quran surah Yunus, surah ke-10 ayat 24.

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

      “Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir”.
     Para ulama berpendapat bahwa kehidupan dunia akan berakhir apabila dunia ini  telah  sempurna keindahannya, dan manusia telah memakai semua perhiasannya, serta keindahan alam semesta adalah bukti Allah Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
      Para ulama berpendapat bahwa bukti paling kuat adanya wujud Tuhan adalah dari perasaan tentang keindahan alam semesta, bukan dari akal manusia.
      Imam Ghazali berkata,” Siapa yang tidak berkesan hatinya pada  musim bunga yang bermekaran dengan elok, atau oleh alat musik dengan getaran nadanya, maka fitrahnya sebagai manusia telah mengidap penyakit parah yang sulit diobati”.
       Nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyenangi keindahan”. Lalu seorang sahabat bertanya,”Wahai Nabi, saya senang memakai baju yang indah dan alas kaki yang indah, apakah ini sebuah keangkuhan?” Nabi bersabda, “Tidak, yang disebut keangkuhan adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”
      Ketika Nabi memakai baju yang bagus, para sahabat kagum dan merabanya, lalu Nabi bersabda,”Apakah kamu mengagumi baju ini?” Para sahabat menjawab,”Kami belum pernah melihat baju bagus yang lebih indah daripada baju ini.”
      Nabi bersabda,”Sesungguhnya sapu tangan Sad bin Muadz (pemimpin kaum Ansar) di surga jauh lebih indah daripada yang kamu lihat.”

Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment