Tuesday, October 24, 2017

404. ISLAMI

MEMAHAMI SENI YANG ISLAMI
Oleh: Drs. H. M. Yusron Hadi, M.M.


       Beberapa orang bertanya,”Mohon dijelaskan tentang “Seni yang Islami menurut Al-Quran?” Profesor Quraish Shihab menjelaskannya.
      Kata “seni” (menurut KBBI V) bisa diartikan “halus (tentang rabaan)”, “kecil dan halus”, “tipis dan halus”, “lembut dan tinggi (tentang suara)”, “mungil dan elok (tenang badan)”, “keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya)”, dan “karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, dan ukiran”, sedangkan yang dimaksudkan dengan “Islami” adalah “bersifat keislaman”.
      Para ulama berpendapat bahwa seni suara atau nyanyian tidak harus berbahasa Arab dan tidak harus berbicara tentang ajaran Islam, serta tidak harus berupa nasihat langsung berupa anjuran berbuat kebaikan.
     Seni yang Islami adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan Islam tentang manusia, kehidupan, dan alam semesta sesuai dengan fitrah manusia  yang bisa mengantarkan menju pertemuan yang sempurna antara kebenaran dan keindahan.
      Misalnya, seni yang menggambarkan Nabi Muhammad dengan sangat indah sebagai tokoh jenius yang mempunyai keistimewaan, harus juga dihubungkan dengan hakikat Allah yang Maha Mutlak
      Penampilan seni yang Islami harus menggambarkan hubungan antara jasmani dengan roh Allah, sehingga menjadi manusia yang sempurna, bukan hanya dalam aspek debu tanahnya saja, serta berfungsi sebagai sarana dakwah.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 23.

وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَنْ نَفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

      “Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata,”Marilah ke sini.” Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tidak akan beruntung”.
      Al-Quran surah Yusuf, surah ke-12 ayat 24.

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
   
  “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.
      Al-Quran melukiskan dengan sangat indah tentang kelemahan manusia, dan gejolak nafsu berahi pun ditampilkannya, tetapi Al-Quran tidak larut dalam melukiskannya, karena dapat  menghanyutkan.
      Al-Quran tidak berhenti sampai dalam “kisah asmara” dan “kebutuhan biologisnya”, karena itu baru aspek debu tanah manusia,  kisahnya  dilanjutkan  dengan   menggambarkan kesadaran  para  pelaku,  sehingga  pada akhirnya bertemu debu tanah dengan roh Allah pada sosok kedua hamba Allah itu.
       Al-Quran meyakinkan manusia tentang ajaran Islam dengan menyentuh seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati manusia melalui seni yang ditampilkan dengan kisah nyata  dan simbolik yang dipadu dengan imajinasi.
       Al-Quran memberikan gambaran yang konkret, nyata, yang benar-benar ada serta dapat dilihat dan diraba serta ide abstrak yang dipaparkan dalam bahasa seni yang mencapai puncaknya sebagai sarana untuk berdakwah.
      Apabila Al-Quran menggambarkan  sikap dan gejolak hati manusia dalam bahasa lisan, maka tentu boleh para seniman menggambarkan sikap, perilaku, dan gejolak hati manusia dalam bentuk bahasa gerak dan mimik, atau kreasi apa pun sesuai dengan kemampuan kreatornya.

      Al-Quran menjadikan kisah dan peristiwa sebagai salah satu sarana pendidikan  yang sejalan dengan pandangannya tentang alam, manusia, dan kehidupan, maka  pada saat seseorang menggunakan kisah dan peristiwa sebagai sarana pendidikan seni dan hiburan dengan tujuan memperhalus budi,  mengingatkan  tentang  jati  diri  manusia, menggambarkan akibat baik atau buruk dari suatu perbuatan, maka pada saat itu, seni yang ditampilkannya adalah seni yang Islami.
     Nabi bersabda, “Gunung Uhud ini mencintai kita dan kita pun mencintainya”.
     Al-Quran surah Al-Baqarah, surah ke-2 ayat 164 menggambarkan sisi kehidupan manusia dengan lingkungannya.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
 
     “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.
      Al-Quran surah Fushshilat, surah ke-41 ayat 11 melukiskan alam semesta bagai sesuatu yang hidup dan mampu berdialog.

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

      “Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab, “Kami datang dengan suka hati”.
      Al-Quran surah Al-Isra, surah ke-17 ayat 44 menyatakan segala sesuatu  dapat bertasbih kepada Allah.

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

      “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun”.
     Penggambaran alam semesta sebagai sesuatu yang hidup, bukan sekadar bertujuan seni, tetapi untuk mengingatkan kepada manusia bahwa alam semesta adalah sesuatu yang hidup dan mempunyai kepribadian, sehingga manusia perlu   menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan seluruh alam semesta, artinya alam semesta perlu dirawat, dipelihara, dan dijaga kesinambungannya serta   dilimpahkan kepadanya rahmat dan kasih sayang.
Daftar Pustaka
1. Shihab, M.Quraish. Lentera Hati. Kisah dan Hikmah Kehidupan. Penerbit Mizan, 1994.   
2. Shihab, M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Quran. Tafsir Maudhui atas Perbagai Persoalan Umat. Penerbit Mizan, 2009.
3. Shihab, M.Quraish. E-book Membumikan Al-Quran.
4. Al-Quran Digital, Versi 3.2. Digital Qur’an Ver 3.2
5. Tafsirq.com online.

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment